Sentimen
Positif (87%)
5 Des 2024 : 15.02
Informasi Tambahan

Institusi: UGM

Kab/Kota: Semarang, Tokyo

Kasus: kecelakaan

BRIN Gelar Kuliah Ilmiah Peringatan Siwabessy, Liem Peng Hong Beri 5 Masukan Pengembangan SDM Nuklir

5 Des 2024 : 15.02 Views 11

Tempo.co Tempo.co Jenis Media: Nasional

BRIN Gelar Kuliah Ilmiah Peringatan Siwabessy, Liem Peng Hong Beri 5 Masukan Pengembangan SDM Nuklir

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan Gerrit Augustinus Siwabessy Memorial Lecture 2024 pada Kamis, 5 Desember 2024. Perhelatan ini merupakan apresiasi BRIN atas jasa-jasa Siwabessy terhadap perkembangan kenukliran. Kuliah ilmiah pada tahun ini disampaikan oleh Dr. Liem Peng Hong dari Nippon Advanced Information Service (NAIS), Tokyo City University (TCU).

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan kegiatan ini telah diselengarakan tiga kali sejak 2022. “Ini bertujuan untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia unggul yang mampu menguasai, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan ketenaganukliran,” kata dia di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Kamis.

Dalam orasi ilmiahnya, Liem Peng Hong menyampaikan lima masukan untuk pengembangan sumber daya manusia nuklir di Indonesia. Pertama, soal perencanaan strategis dukungan anggaran. “Kita berharap dukungan anggaaran jangka panjang dan konsisten tidak berubah-ubah,” kata dia. LPH juga menyinggung SDM yang mampu memiliki kompetensi yang diharapkan oleh industri nuklir dan memenuhi kebutuhan lapangan kerja dari sisi jenis maupun jumlah.

Kedua, soal pendidikan dan latihan. “Itu sudah lama sekali kita lakukan, tapi yang sering kita lupakan di sini adalah pembinaan karakter. Kita membutuhkan SDM nuklir yang tidak hanya pandai, tapi mempunyai keuletan, disiplin, budaya ilmiah, dan etika yang tinggi,” tuturnya.

Ketiga, soal manajemen pengetahuan keahlian dan keterampilan. Menurut dia, keahlian bisa diturunkan dengan sistem dokumentasi dan basis data yang mapan, tapi keterampilan merupakan hal sulit karena harus bekerja bersama-sama di tempat dan waktu yang sama. “Dan ini juga kami hadapi di Jepang, di mana dari senior termasuk pensiunan harus dimanfaatkan secara maksimal untuk mentransfer keterampilan yang kami punya ke junior-junior,” ujarnya.

Keempat, soal kolaborasi internasional. Dia mengatakan banyak fasilitas-fasilitas eksperimen yang mahal dan tidak dimiliki Indonesia. Hal ini bisa dimanfaatkan lewat kolaborasi internasional. Kelima, penggunaan teknologi informasi terutama dengan berkembangnya secara pesat open source. “Ini perlu kita manfaatkan jauh lebih optimal lagi,” ujarnya.

Liem juga menyampaikan soal prioritas pembenahan SDM di Indonesia. “Ini pendapat pribadi, dengan keterbatasan setiap situasi nasional kita, saya berharap bahwa pembenahan SDM kita itu secara bertahap dimulai dari fisika reaktor. Kalau sudah selesai ke data nuklir dan ke fisika inti,” kata dia. “Tentu saja idealnya adalah ketiganya yang dilakukan bersamaan, tapi saya kira kita perlu melakukan penajaman prioritas.”

Pria yang lahir dan dibesarkan di Semarang ini menempuh pendidikan S1 di Jurusan Teknik Nuklir Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM). Liem terpilih mendapat tugas belajar pascasarjana bidang teknik nuklir di Tokyo Institute of Technology (TIT) Jepang pada 1987. Program pascasarjana S3-nya selesai pada 1993 (cum-laude, dengan gelar Doctor of Engineering).

Disertasi S3-nya bertema "Litbang desain reaktor riset fluks tinggi dengan moderator grafit dan pendingin gas helium, yang mencakup aspek desain neutronik, manajemen bahan bakar teras, termo hidrolik, serta analisis; simulasi kecelakaan reaktor". Setelah menyelesaikan pendidikan program S3, Liem ditempatkan di Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG) G.A. Siwabessy (RSG GAS) di Bidang Fisika Reaktor (BFR).

Dalam perjalanan karir di Jepang, Liem mengalami dua kecelakaan nuklir utama, yakni kecelakaan kekritisan JCO Tokaimura (5 km dari rumah, September 1999) dan kecelakaan parah PLTN Fukushima Dai-Ichi (125 km dari rumah, Maret 2011), yang memberikan dampak khusus pada kegiatan litbang dan isi kontrak komersial yang diterima yang tidak bisa dijumpai di negara lain.

Sentimen: positif (87.7%)