Sentimen
Undefined (0%)
3 Des 2024 : 17.17
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Solo

Tokoh Terkait
Sudarno

Sudarno

Mantap! Pasar Jebres Jadi Pasar Tradisional Minim Sampah Pertama di Kota Solo

3 Des 2024 : 17.17 Views 12

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Mantap! Pasar Jebres Jadi Pasar Tradisional Minim Sampah Pertama di Kota Solo

Esposin, SOLO -- Pasar Jebres dideklarasikan sebagai pasar tradisional minim sampah pertama di Kota Solo. Deklarasi tersebut dilakukan Gita Pertiwi, Dinas Perdagangan, dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo dalam acara bertajuk Launching Pasar Minim Sampah di Pasar Jebres, Selasa (3/12/2024).

Direktur Badan Usaha Gita Pertiwi, Rossana Dewi, menyampaikan tujuan deklarasi pasar minim sampah itu sebagai upaya mewujudkan Solo sebagai kota yang bersih, sehat, dan sejahtera. Salah satu pilarnya adalah pengelolaan sampah khususnya di area pasar, yaitu dengan adanya pemisahan sampah berdasarkan jenis masing-masing.

Pemilihan Pasar Jebres sebagai pionir program pasar minim sampah dilatarbelakangi tingginya volume sampah yang dihasilkan Solo tiap harinya. Berdasarkan riset Gita Pertiwi, dalam sehari ada 22.000 lembar kantong plastik dan ada 8 kilogram sampah organik yang tidak terkelola.

“Sebanyak 66 persen sampah di Solo itu organik baik sampah pangan berlebih maupun sampah organik lainnya. Sampah pangan berlebih itu sisa bahan pangan yang sebetulnya masih layak konsumsi namun terbuang misalnya sayur daunnya bolong atau tomat yang agak cokelat,” kata dia.

"Sedangkan sampah organik sisanya berupa adalah sampah yang sudah tidak layak dikonsumsi manusia namun bisa jadi pakan ternak [maggot]," tambahnya.

Dia menekankan kunci keberhasilan program ini adalah kolaborasi bersama. Artinya pasar minim sampah bukan hanya kemauan Gita Pertiwi, melainkan didukung oleh Pemkot, para pedagang, dan unsur lainnya.

Dewi berharap Pasar Jebres bisa menjadi role model pasar tradisional minim sampah pertama di Indonesia bahkan dunia. Sebab, jika program ini bisa konsisten akan menarik lebih banyak pengunjung karena lingkungannya bersih dan sampahnya terkelola dengan baik.

Kepala Bidang Sarana Distribusi Perdagangan Dinas Perdagangan Solo, Joko Sartono, menyambut baik program pasar minim sampah yang digagas Gita Pertiwi di Pasar Jebres. Dia ingin ke depan tidak hanya Pasar Jebres yang menjalankan program ini melainkan di 44 pasar tradisional di Solo.

Joko mengatakan tahun ini Dinas Perdagangan telah menginisiasi lahirnya Perda Nomor 2 Tahun 2024 tentang Pengelolaan Pasar dan Pemberdayaan Pasar Rakyat dan dalam waktu dekat akan menyusun Perwali dari Perda tersebut. Dengan adanya Perda tersebut, kata dia, tata kelola pengelolaan sampah di Solo bisa lebih baik.

“Tata kelola sampah pasar di Solo beda dengan daerah lain karena di Solo pengelolaannya secara mandiri, kami sediakan armada dan tim sendiri. Sementara daerah lain masih bergantung dengan DLH,” kata dia.

Dampak Positif bagi Pasar

Joko berpesan dengan fasilitas yang telah disediakan pedagang di pasar bisa menjaga kebersihan pasar. Dia meyakini pasar yang bersih, pedagang yang ramah, dan barang jualannya menarik, akan menjadi magnet bagi banyak orang untuk datang.

“Saya berharap pasar ora ilang kumandange [pasar tradisional keramaiannya tidak hilang]. Di tengah banyaknya toko modern, kami sudah berusaha maksimal agar pasar tradisional jangan sampai kalah bersaing,” jelas dia.

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Jebres, Cokro Sudarno, menilai program ini terbukti sudah memberikan dampak positif bagi pasar. Sebelum adanya program ini kesadaran pedagang akan kebersihan pasar masih rendah.

Cokro mencontohkan selama enam bulan pasar minim sampah dijalankan Gita Pertiwi, jumlah sampah harian di pasar itu berkurang signifikan dari 10-12 dim (bak sampah) per hari menjadi 4-5 dim.

“Setelah kami menerima edukasi bahwa sampah itu punya nilai ekonomis bila dikelola dengan baik, kami lebih peduli. Sampah kardus, kaleng, plastik, dan sisa makanan kini sudah kami kumpulkan dan pilah-pilah melalui bank sampah,” kata dia.

Dia berharap program ini bisa berjalan konsisten karena manfaat dan hasilnya secara ekonomi sudah dirasakan. Selain itu, lingkungan pasar menjadi bersih dan nyaman.

Sementara itu, hasil riset dari Yayasan Gita Pertiwi 2024 menunjukkan jumlah rata-rata pemakaian Kantong Plastik Sekali Pakai (KPSP) di beberapa pasar tradisional di Solo masih tinggi. Kepraktisan dan belum adanya regulasi pembatasan KPSP dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menjadi penyebabnya.

Riset itu menyebut rata-rata tiap pasar tradisional di Solo dalam sehari total rata-rata penggunaan KPSP mencapai 4.452 biji. Dengan 44 pasar tradisional di Solo, potensi sampahnya mencapai 195.888 KPSP.

Sentimen: neutral (0%)