Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Kab/Kota: Boyolali
Jago Koalisi PDIP Tumbang di Pilkada Boyolali, Ini Saran Presidium BMPP
Espos.id Jenis Media: Solopos
Esposin, BOYOLALI – Jago pasangan calon (paslon) bupati-wakil bupati yang diusung PDIP dan PKS serta diusung PPP, Partai Hanura, dan Partai Ummat, Marsono-Saifulhaq, harus menelan pil pahit dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Boyolali 2024, Rabu (27/4/2024).
Berdasarkan hasil penghitungan sementara, Marsono-Saifulhaq, tunduk dengan paslon yang diusung Partai Golkar, PKB, dan Partai Gerindra didukung Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB, PSI, PAN, Partai Perindo, Partai Gelora, Partai Demokrat, Partai Buruh, Partai Nasdem, PKN, serta PBB yakni Agus Irawan-Dwi Fajar Nirwana.
Diketahui, PDIP dan PKS memiliki 40 kursi di DPRD Boyolali. Sedangkan, Partai Golkar, PKB, dan Partai Gerindra memiliki 10 kursi.
Sebutan kandang banteng runtuh di Boyolali mengingat Kota Susu selama 15 tahun dipimpin oleh bupati yang berasal dari PDIP.
Menanggapi hal tersebut, Presidium Barisan Merah Putih Pengging (BMPP) Boyolali, Gombloh Sujarwanto, menyarankan beberapa hal kepada PDIP Boyolali.
“PDIP Boyolali butuh sosok pemimpin perubahan. Pertama, PDIP Boyolali harus melepaskan diri dari oligarki yang hanya memanfaatkan partai politik sebagai sarana membangun dinasti,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Espos, Senin (2/12/2024).
Pria yang juga pernah membuat sosialisasi melalui Video Compact Disk (VCD) untuk PDIP dengan lagu campur sari Coblos Moncong Putih tersebut juga menyarankan PDIP Boyolali harus kembali ke muruah sebagai pembela wong cilik. Ia menilai selama ini PDIP Boyolali justru memanfaatkan wong cilik demi kepentingan dinastinya.
Gombloh mengaku heran dengan perolehan 36 dari 50 kursi saat Pemilihan Legislatif 2024, PDIP Boyolali gagal mempertahankan lumbung suara dalam Pilkada Boyolali.
Ia menjelaskan ada kesan dan pandangan kepemimpinan PDIP Boyolali selama 15 tahun itu arogan dan tidak mengindahkan nilai kerakyatan dan demokrasi.
“Seolah-olah partai menjadi milik pribadi atau dinasti yang memiliki agenda lebih berpihak ke oligarki,” kata dia.
Selanjutnya, Gombloh mengatakan PDIP harus menentukan arah politik pascakekalahan dalam Pilkada Boyolali 2024.
Dalam menentukan berdiri sebagai koalisi atau oposisi harus dipikirkan secara matang. Menurutnya, segala bentuk pilihan baik Pilkada, Pilpres, dan Pileg 2024 telah menyedot sumber daya dan logistik internal kader PDIP.
“Untuk lima tahun ke depan, perlu sumber daya demi pemulihan dan menjaga kaderisasi partai. Sehingga butuh pemimpin PDIP Boyolali yang bisa berakselerasi dengan pemerintahan Boyolali saat ini. Kalau oposisi lalu bagaimana mengembalikan modal awal sebelumnya?” kata dia.
Saran keempat, lanjut Gombloh, PDIP Boyolali butuh pemimpin perubahan yang dapat memberikan ruang demokrasi dan tidak ada lagi tekanan serta intimidasi.
“Saya rasa, 2024 adalah saat yang tepat bagi PDIP Boyolali melakukan perubahan,” kata dia.
Sebelumnya, tim pemenangan Marsono-Saifulhaq Mayyazi, Rabu (27/11/2024) malam, mengumumkan mereka kalah hasil hitung cepat yang dilaksanakan seusai pemungutan suara di kantor DPC PDIP Boyolali.
Dalam hitungan mereka, pasangan nomor urut 1 Marsono-Saifulhaq Mayyazi mendapatkan 38% sedangkan Agus Irawan-Dwi Fajar Nirwana memperoleh 62% suara.
Pengumuman kekalahan itu disampaikan langsung oleh sesepuh sekaligus Dewan Pembina DPC PDIP Boyolali, Seno Kusumoharjo atau Seno Gede, dalam konferensi pers di kantor partai, Rabu malam.
"Hitungan baru 76%, masih akan ada penambahan baik perolehan 01 maupun 02. Namun dari analisa kami, ini tidak akan merubah komposisi siapa yang menang," kata Seno Gede.
Seno Gede menjelaskan Tim Pemenangan 01 memiliki metode hitung cepat yaitu laporan langsung lewat tempat pemungutan suara berdasarkan C1 dan foto plano dikirim ke tim pemenangan 01.
Setelah diterima tim pemenangan, data kemudian diolah. Hingga pukul 18.00 WIB, kata dia, dari daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 829.981 orang tingkat data yang masuk ke tim pemenangan yaitu 76% atau sekitar 628.500 pemilih.
Seno mengatakan angka tersebut sudah bersih dari sekitar 18.208 suara rusak.
Dari suara sah 628.500, Seno mengatakan Marsono-Saifulhaq memperoleh 231.541 pemilih atau 38% suara sedangkan Agus-Fajar memperoleh 378.738 suara atau 62% suara.
Sentimen: neutral (0%)