Sentimen
Undefined (0%)
2 Des 2024 : 10.19
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Event: Rezim Orde Baru

Kab/Kota: Kashmir, Makasar, Solo

Cara Unik Mencari Ide Kreatif untuk Mulai Menulis Cerita

2 Des 2024 : 10.19 Views 8

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Cara Unik Mencari Ide Kreatif untuk Mulai Menulis Cerita

Esposin, SOLO—Menemukan ide kreatif dalam proses menulis cerita baik fiksi atau nonfiksi kadang menjadi kendala tersendiri untuk penulis. Proses ide kreatif seringkali tidak hanya sekedar berkaitan tentang teknik menulis, namun lebih dari itu. Para penulis terkadang memiliki cara unik dalam mencari ide.

Misalnya yang dilakukan oleh penulis puisi asal Makasar, Ibe S. Palogai. Dia memulai mencari ide dengan cara yang unik, yakni berjalan menyusuri satu tempat. Meski cara ini terkesan sepele, namun ketika berjalan detail peristiwa di sekitar terasa lebih sampai dibandingkan ketika menggunakan kendaraan.

“Jadi bagaimana kita memanfaatkan jalan kaki itu sebagai praktik seni. Ketika saya mulai jalan kaki biasanya yang saya lakukan adalah meninggalkan rumah ke tempat kerja itu jalan kaki,” kata dia dalam acara Ubud Writers & Readers Festival Satellite Program di Prangwedanan Mangkunegaran Solo, Kamis (28/11/2024).

Menurutnya, jalan kaki menghadirkan pengalaman yang empiris dalam mengumpulkan ide menulis. Ide itu tidak muncul jika dirinya mengendarai motor. Sebab kecepatan motor yang dia kendarai membuatnya melewatkan momen-momen unik di jalan.

“Banyak hal yang sebelumnya ketika saya berkendara itu diabaikan karena kecepatan berfokus pada tujuan. Sementara kelambanan memberikan kita kesempatan dan banyak waktu untuk memperhatikan hal-hal sederhana dan kecil di sekitar kita,” kata dia.

Ibe sering melakukan praktik jalan kaki untuk tidak saja sekadar pergi ke tempat kerja, namun juga ke tempat-tempat bersejarah di daerah asalnya, Makassar.

Dari situ Ibe menyadari bahwa proses kreatif tidak melulu soal teknik menulis, namun yang lebih penting dan mendasar adalah keterbukaan menerima dan memperhatikan sekitar kita.

“Jangan-jangan kreativitas itu bukan tentang teknik menulis, tapi bagaimana cara kita terbuka mendengarkan cerita orang lain dan orang lain mendengarkan cerita kita. Itu juga membuat saya menyadari bahwa kita lebih banyak memiliki kemiripan ketimbang perbedaan,” kata dia.

Penulis perjalanan, Agustinus Wibowo, mengatakan sebagian proses kreatif memang tentang kemampuan mendengar suara orang lain. Menurutnya terkadang kita bisa melihat cermin diri dari cerita atau kisah orang lain.

Sebagai penulis perjalanan, cara seperti itu sering kali membantunya dalam proses menulis kisah tentang tempat-tempat yang dia kunjungi di banyak negara. Sebab menurutnya menjelaskan tentang perjalanan harus mampu menghidupkan tempat tersebut. Salah satu caranya adalah mendengar cerita warga lokal.

“Tulisan tentang perjalanan buat saya adalah tulisan yang bisa membuat roh sebuah tempat itu hidup. Jadi untuk membuat tulisan perjalanan yang hidup, kita perlu pengetahuan atau pengalaman yang mendalam,” kata dia.

Penulis yang pernah melakukan perjalanan ke Afganistan selama tiga tahun itu mengatakan salah satu cara mencari ide kreatif adalah melakukan perjalanan fisik. Menurutnya perjalanan fisik menuntut penulis untuk keluar dari lingkungannya menuju ke lingkungan yang baru. Di lingkungan yang baru itu penulis harus mampu menekan ego dan membaur dengan masyarakat.

“Dengan melakukan perjalanan fisik ke daerah lain kita akan belajar tentang budaya orang lain, kita akan lebih toleran, dan yang lebih penting kita akan bisa melihat cerminan diri kita dari orang lain,” kata dia.

Dia mencontohkan ketika dirinya melakukan perjalanan ke negara Kashmir yang merupakan daerah dengan mayoritas penduduknya adalah muslim. Kashmir merupakan bekas negara bagian di India.

Agustinus menceritakan orang-orang Kashmir membenci India yang disebabkan oleh konflik sejarah panjang. Sehingga ketika ada pertandingan olahraga seperti kriket orang-orang Kashmir mendukung siapapun yang menjadi lawan timnas India.

Agustinus sebagai warga negara Indonesia keturunan Tionghoa yang hidup pada masa Orde Baru, merasa melihat cerminan dirinya di masa lalu. Ketika dirinya bahkan tidak berani keluar rumah karena perlakuan rasis dari orang lain. Kemudian membuatnya bertanya-tanya identitas mana yang dia miliki, Tionghoa atau Indonesia.

“Dari cerita mereka di Kashmir itu saya jadi berdamai dengan konflik masa lalu saya yang terus membayangi diri saya. Saya ini siapa, dan jawabannya saya temui dari cerita orang lain,” kata dia.

Cerpenis asal Solo, Indah Darmastuti mengatakan pada dasarnya ide kreatif bisa muncul dari mana saja. Salah satunya melalui aktivitas sehari-hari yang secara rutin dilakukan. Seringkali bahkan perbincangan dengan teman bisa menjadi inspirasi untuk menulis cerita.

“Sebenarnya untuk membuat satu cerita atau mempertahankan ide biasanya hanya dari hal-hal kecil dan sederhana di sekitar kita, bisa dari burung-burung, kopi, buku, sampai cerita teman,” kata dia.

Indah lebih suka mengumpulkan bahan dan ide terlebih dahulu kemudian diolah menjadi kerangka tulisan. Dalam proses pengolahan ide menjadi tulisan terkadang bisa berbelok sebab dirinya terkadang menemukan bahan lain dari buku atau obrolan sehari-hari.

“Pertemuan dengan bacaan, obrolan dengan teman, menonton film, dan kejadian di sekitar kita itu berpengaruh. Maka seringkali saya berkhianat dengan kerangka awal yang sudah disusun,” kata dia.

Menurutnya proses kreatif setiap penulis akan berbeda-beda. Namun terdapat benang merah yang hampir dihadapi setiap penulis yakni mengalami pertemuan dengan orang lain, lingkungan baru, dan interaksi dengan budaya lain.

Ketika menghadapi itu, menurutnya penulis harus jujur terhadap yang indra mereka rasakan dan jujur ketika menjadikannya tulisan.

 

Sentimen: neutral (0%)