Sentimen
Undefined (0%)
30 Nov 2024 : 13.51
Informasi Tambahan

BUMN: PLN, TransJakarta

Grup Musik: BTS

Kab/Kota: bandung, Batang, Kendal, Magelang, Paris, Rio De Janeiro, Solo, Surabaya, Yogyakarta

Bus Listrik untuk Dekarbonisasi

30 Nov 2024 : 13.51 Views 20

Espos.id Espos.id Jenis Media: Kolom

Bus Listrik untuk Dekarbonisasi

Indonesia memiliki tanggung jawab besar mengurangi dampak perubahan iklim global. Emisi gas rumah kaca (GRK)  adalah faktor utama pendorong perubahan iklim global.

Data Institute for Essential Service Reform (IESR) menunjukkan sektor transportasi menjadi sumber polusi dan penyumbang emisi GRK terbesar kedua setelah sektor energi, yakni sebesar 23%. 

Dari 600 MtCO2-eq emisi GRK di sektor transportasi, 90% dihasilkan angkutan darat. Dekarbonisasi menjadi langkah strategis. Ini bukan hanya solusi menanggulangi perubahan iklim, tetapi juga menciptakan peluang baru dalam pembangunan ekonomi yang lebih ramah lingkungan atau ekonomi hijau. 

Sebagai negara terbesar dengan penduduk terbanyak di Asia Tenggara, Indonesia memiliki potensi dan harus berperan aktif dalam transisi menuju ekonomi hijau.  

Dalam konteks global, Perjanjian Paris yang merupakan hasil Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa/Conference of the Parties (COP) pada 2015 menjadi landasan aksi iklim global dengan target membatasi pemanasan global hingga 1,5°C atau 2°C. 

Indonesia sebagai salah satu negara peserta berkomitmen menurunkan emisi karbon dan menetapkan target net zero emission (NZE) pada 2060 yang dipercepat menjadi 2050 oleh Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan G20 di Rio de Janeiro pada November 2024. 

Elektrifikasi kendaraan bermotor didorong melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang percepatan produksi dan penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KLBB) yang ditandatangani Presiden Joko Widodo. Ini adalah langkah strategis untuk mencapai NZE. 

Salah satu upaya konkret adalah mempercepat implementasi bus listrik di sektor transportasi umum. Transisi ini harus didukung percepatan menuju ekonomi hijau. Pertumbuhan ekonomi seimbang dengan pelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam.

Uji Coba 

Untuk mewujudkan transportasi rendah emisi, sejumlah daerah telah menguji coba dan beralih ke bus listrik. Transjakarta memulai uji coba bus listrik pada rute Blok M—Balaikota (2021). Bandung menguji delapan bus listrik di koridor Leuwi Panjang—Dago (2022). 

Surabaya mengoperasikan tujuh bus listrik untuk Piala Dunia U-17 (2023). Daerah Istimewa Yogyakarta menguji dua unit bus listrik di rute Kepatihan—Malioboro (2024). Medan menghadirkan 60 bus listrik untuk program bus rapid transit buy the service (BRT BTS) yang diresmikan Wali Kota Bobby Nasution (24 November 2024). 

Shifting ke bus listrik menghadapi tantangan, seperti komitmen pemerintah, keterbatasan infrastruktur (charging station, energi, depo), kurangnya sumber daya manusia terampil, dan kebutuhan modal besar. 

Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) telah menyerahkan peta jalan dan program insentif nasional kepada Kementerian Perhubungan (21 Mei 2024). Universitas Sebelas Maret (UNS) bersama mitra riset telah mengkaji jalur dekarbonisasi untuk infrastruktur bus Indonesia (DIBI) menggunakan pemodelan energi terbarukan dan ekosistem. 

Transisi ke bus listrik membutuhkan dukungan pemerintah, masyarakat, industri-dunia usaha-dunia kerja (iduka), akademikus, dan investor karena membutuhkan investasi besar. Fakultas Teknik dan Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Penyimpanan Energi Listrik (PUI TPEL) UNS memiliki teknologi dan keahlian mendukung DIBI dan ekonomi hijau. 

Sektor industri harus berperan aktif dengan penyediaan baterai listrik yang dapat diproduksi di kawasan industri Batang dan Kendal serta fasilitas manufaktur bus listrik di Magelang. Ini akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mendukung pertumbuhan ekonomi hijau di wilayah Jawa Tengah.  

UNS juga dapat berperan menyiapkan sumber daya manusia sebagai tenaga terampil. Tidak hanya pengemudi, tetapi juga operator yang merawat bus listrik, mengisi energi listrik, melakukan penjadwalan, dan lain-lain serta dukungan infrastruktur yang memiliki keberpihakan pada GEDSI (gender, equity, disability, and social inclusion). 

UNS juga dapat menjadi mitra dalam penyusunan sustainable urban mobility plan (SUMP) untuk mendorong peralihan ke moda transportasi yang lebih berkelanjutan. 

Kota Solo 

Kota Solo memiliki potensi besar mengakselerasi transisi ke transportasi ramah lingkungan dan ekonomi hijau. Batik Solo Trans (BST) didukung subsidi BTS dari Kementerian Perhubungan melayani 12 koridor dengan armada 192 unit. 

Wali Kota Gibran Rakabuming Raka kala memimpin Kota Solo mengungkapkan transportasi umum di Kota Solo harus aman, nyaman, dan inklusif dengan perhatian khusus pada kelompok rentan sepert ipenyandang disabilitas, warga lanjut usia atau lansia, dan anak-anak. 

Digitalisasi melalui aplikasi TEMAN Bus telah  meningkatkan efisiensi dan pelayanan transportasi umum di kota ini. Shifting BST ke bus listrik perlu dilakukan dengan dukungan insentif nasional elektrifikasi transportasi publik perkotaan berbasis jalan untuk mendukung akselerasi elektrifikasi bus di perkotaan. 

Kota Solo memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan, antara lain,  pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). PLTSa yang berlokasi di tempat pembuangan akhir sampah Putri Cempo dapat menjadi sumber energi yang mendukung pengoperasian bus listrik.

PLTSa ini membutuhkan sekitar 545 ton sampah per hari dan menghasilkan listrik lima MW yang dapat digunakan untuk mendukung sistem transportasi listrik di Kota Solo. Ada potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cengkik atau sekitar Kota Solo lainnya yang dapat memperkuat pasokan energi terbarukan di kota ini. 

Tentu, jika kurang, masih dapat didukung sumber listrik on grid dari PT PLN (Persero).  Transisi energi ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau dan mempercepat dekarbonisasi nasional.

Dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan, teknologi, dan kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, serta sektor swasta, Pemerintah Kota Solo dapat menjadi pelopor dan akselerator penerapan kendaraan listrik berbasis baterai di sektor transportasi publik. 

Inisiatif ini tidak hanya mendorong Indonesia menuju target nol emisi karbon pada 2050, tetapi juga mempercepat terciptanya ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan. Kini saatnya Kota Solo bergerak maju, memimpin perubahan dengan bus listrik demi dekarbonisasi nasional.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 29 November 2024. Penulis adalah Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan peneliti di Pusat Unggulan Iptek dan Teknologi Penyimpanan Energi Listrik (PUI TPEL) Universitas Sebelas Maret)

 

Sentimen: neutral (0%)