Sentimen
Undefined (0%)
29 Nov 2024 : 19.38
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Bata

Institusi: University of London

Kab/Kota: Boyolali, London

Renovasi Dihentikan, Gapura Batas Kota Boyolali Dikembalikan ke Bentuk Semula

29 Nov 2024 : 19.38 Views 6

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Renovasi Dihentikan, Gapura Batas Kota Boyolali Dikembalikan ke Bentuk Semula

Esposin, BOYOLALI - Proyek renovasi gapura batas kota Boyolali akhirnya resmi dihentikan pada Jumat (29/11/2024) setelah sempat setop sementara per Senin (25/11/2024).

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali akan mengembalikan bentuknya seperti semula. 

Diketahui, gapura batas kota tersebut berada di Jalan Pandanaran dan masuk wilayah Kelurahan Siswodipuran, berbatasan dengan Kecamatan Boyolali dan Mojosongo.

Keputusan tersebut diambil setelah adanya rapat yang membahas soal renovasi gapura batas kota Boyolali di ruang Mawar Setda Boyolali, Jumat.

Rapat tersebut dihadiri Asisten III Setda Boyolali Arief Gunarto, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Keuangan Daerah (BKD), Inspektorat, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah X, dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), serta dari pihak Keraton Kasunanan Surakarta.

Arief Gunarto menyampaikan pelaksanaan renovasi gapura batas kota Boyolali dihentikan.

Ia menjelaskan penyebanya karena gapura yang dibangun pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono X itu patut diduga sebagai objek diduga cagar budaya (ODCB).

"Hasil rapat hari ini, kesimpulannya, renovasi yang dilakukan DPUPR Boyolali tersebut direkomendasikan untuk dihentikan dan dikembalikan sebagaimana kondisi semula sebelum dilakukan perubahan," jelasnya saat dihubungi wartawan, Jumat.

Arif menjelaskan pada gapura tersebut juga terdapat prasasti beraksara jawa yang ditempel di gapura sisi utara.

Diketahui, renovasi gapura batas kota Boyolali dilakukan dengan menempel batu bata merah. 

Pekerjaan penempelan bata merah tersebut itu sudah mencapai sekitar setengah badan gapura baik di sisi selatan dan utara

Arief menjelaskan gapura batas kota Boyolali adalah tinggalan Sunan Pakubuwono X dan dibangun pada 1936. 

Dibuktikan dengan adanya prasasti yang ditempelan pada dinding sisi utara gapura.

Kemudian secara teknis, gapura batas kota Boyolali memiliki ciri model gapura yang dibangun pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono X, baik model struktur maupun penggunaan bahan.

"Sesuai nilai penting yang dikandungnya, Gapura Batas Kota Boyolali patut diduga sebagai ODCB. Menimbang pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh DPUPR Boyolali, direkomendasikan pekerjaan tersebut dihentikan dan dikembalikan sebagaimana kondisi semula sebelum dilakukan perubahan," kata dia.

Sementara itu, pegiat sejarah asal Boyolali, Muhammad Faiz, mengapresiasi langkah Pemkab Boyolali tersebut.

Ia mendukung upaya Pemkab untuk mengembalikan gapura batas kota Boyolali seperti semula.

"Akan tetapi tetep perlu ada bimbingan dari ahli [dalam proses pengembalian ke bentuk semula], enggak bisa serampangan. Tetep dia [gapura batas kota] objek diduga cagar budaya. Harapan saya, setelah ini bisa ditetapkan sebagai cagar budaya," kata dia.

Sebelumnya pria 26 tahun yang saat ini menempuh studi Magister jurusan History of Art and Archaeology, SOAS University of London tersebut menyayangkan adanya renovasi gapura batas kota Boyolali tersebut. 

Ia menilai proyek tersebut dikerjakan tanpa memperhatikan nilai sejarah.

Menurutnya, renovasi yang dilakukan juga aneh dan tidak sesuai dengan bentuk seharusnya. 

Seharusnya, ketika belum ditetapkan menjadi cagar budaya bisa dirawat seperti biasa. 

Renovasi dengan cara menempelkan batu bata hias seperti yang dilakukan pada gapura itu malah menyamarkan keaslian gapura batas kota yang merupakan peninggalan era PB X.

“Harusnya ada studi atau kajiannya dulu [sebelum dipugar atau direnovasi], tidak hanya melibatkan Pemkab tapi juga sama TACB dan instansi terkait. Enggak bisa serampangan, CB [cagar budaya] jangan dibiarkan, kalau mau direnovasi harus sesuai bentuk aslinya. Jangan diberi bata merah yang sekarang, itu enggak masanya banget, malah jadi seperti bangunan baru. Mungkin niatnya biar seperti Majapahitan bukan gaya Surakarta,” kata dia.

Sentimen: neutral (0%)