Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Bata
Kab/Kota: Boyolali, Dukuh, Solo, Yogyakarta
Kampanye Peduli Lingkungan Lewat Pengolahan Sampah Menjadi Barang Bernilai
Espos.id Jenis Media: News
Esposin, SOLO — “Harus diakui bahwa sampah berasal dari manusia itu sendiri. Jadi ya kita sebagai manusia harus memiliki kesadaran atau tanggung jawab agar sampah yang kita hasilkan tersebut tidak menjadi sebuah masalah,” demikian kata Saryono saat ditemui Espos, Kamis (21/11/2024).
Saryono adalah Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kampung Asri di Dukuh Karangwuni, Desa Doplang, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Dia getol mengedukasi pengelolaan sampah demi menjaga lingkungan sekitar.
Menurutnya, permasalahan sampah ini tidak selesai jika masyarakat tidak mampu mengolahnya karena akan menciptakan masalah baru di hilir. Berawal dari itulah, Saryono membentuk KSM yang berfokus pada pengelolaan sampah.
Sampah-sampah yang ada di lingkungan dikumpulkan kemudian dipilah untuk dimanfaatkan menjadi bahan baku produk kerajinan tangan. Tak hanya handy craft, Saryono yang dibantu oleh rekan-rekannya bisa membuat bahan bangunan berbahan baku sampah plastik residu.
Sampah residu adalah jenis sampah yang tidak dapat didaur ulang atau dimanfaatkan kembali melalui proses pengelolaan sampah yang umum, seperti komposting atau daur ulang. Sampah residu biasanya berasal dari bahan yang sulit terurai secara alami atau memiliki komposisi material yang tidak memungkinkan untuk diproses lebih lanjut.
Sampah residu yang digunakan oleh Saryono adalah kantong plastik yang banyak ditemukan di lingkungannya. Ketika ditanya alasan di balik inisiatifnya mengolah sampah plastik kresek, Saryono menuturkan hal itu berasal dari keprihatinan terhadap limbah plastik kresek yang sering dianggap tak bernilai.
Plastik kresek, menurutnya, sering kali diabaikan, bahkan oleh pemulung, yang lebih memilih plastik keras seperti botol atau ember karena memiliki nilai jual.
“Karena itu, kami mencoba bereksperimen untuk menciptakan produk yang tidak hanya bermanfaat, tetapi juga bernilai guna dan ekonomis. Dengan cara ini, kami berharap bisa menghadirkan solusi inovatif dalam mengelola limbah plastik kresek yang selama ini menjadi masalah,” jelasnya.
Lewat kreativitasnya, kantong plastik yang dianggap sepele itu ternyata bisa disulap menjadi bahan bangunan seperti paving, batu candi, hingga bata dinding. Proses pembuatannya tidak harus menggunakan plastik bersih, yang terpenting kondisi kreseknya harus dalam keadaan kering.
Untuk membuat satu paving, butuh sampah plastik kresek sekitar tiga kilogram yang dibakar sekitar 10 menit. Bahan terebut kemudian dicampur dengan bahan material untuk menambah berat paving. Saryono menamai produknya itu sebagai paving bergaransi.
“Kenapa namanya bergaransi? Karena saya bisa menggaransi produk ini bisa tahan lama. Selain itu, tentu saja paving blok ini tidak bisa ditembus air karena bahan bakunya dari plastik, sehingga bisa awet,” terang pria 42 tahun tersebut.
Satu produk unggulan lainnya adalah batu candi. Batu candi ini biasanya menjadi hiasan yang ditempel di tembok, pagar, atau gapura. Untuk produknya, Saryono menamainya dengan Batu Cantik alias batu candi plastik. Sama halnya dengan paving, Batu Cantik ini juga diklaim awet dan minim perawatan.
“Kita nanti tinggal tempel saja, karena Batu Cantik ini tidak perlu di-coating karena sudah mengkilap sejak awal,” terangnya.
Menariknya lagi, batu candi bikinan Saryono ini sempat menjadi suvenir untuk Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier, saat berkunjung di Yogyakarta pada Jumat (17/6/2022). Batu candi itu juga dipesan oleh Kedubes Jerman dengan jumlah mencapai 8.000 pcs.
Inovasi
Tak berhenti di situ, Saryono membuat inovasi baru berupa bata dinding apit. Ini merupakan produk baru dan belum diperkenalkan ke publik. Batu apit ini bisa berfungsi sebagai sekat rumah karena portable. Sehingga orang lebih mudah untuk bongkar pasang dinding.
Dalam menggerakkan kelompok ini, Saryono tentu tak sendiri. Dia mengajak sejumlah warga setempat ikut terlibat. Salah satunya adalah Iswati Ariningsih. Dia bersama sejumlah ibu-ibu lainnya ikut mengelola sampah untuk pembuatan handycraft hingga sabun.
Ririn, sapaannya, mengatakan banyak ide yang bisa digunakan dalam pengolahan sampah. Salah satunya adalah minyak goreng bekas yang termasuk kategori sampah residu bisa dijadikan sabun. Bahkan pembuatan sabun dari minyak goreng bekas ini cukup mudah, karena tinggal dicampurkan dengan senyawa lain agar bisa mengeras dan harum.
Untuk pendistribusian sabun berbahan minyak goreng bekas ini, pihaknya bekerjasama dengan PKK dari wilayah lain. Bahkan ada sejumlah UMKM yang ikut memasarkan. Selain sabun, Ririn juga pernah membuat handycraft dari popok.
Kini tempat pengelolaan sampah dari KSM Kampung Asri di Dukuh Karangwuni, Desa Doplang, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, itu kerap dikunjungi berbagai pihak untuk belajar pengelolaan sampah. Mulai dari ibu-ibu PKK hingga anak-anak TK. Tentu tak cuma dari Boyolali dan Soloraya melainkan dari wilayah lainnya bahkan luar Pulau Jawa.
Saryono bersyukur dapat berbagi informasi mengenai pengelolaan sampah terutama sampah residu yang memang tidak dilirik oleh pemulung. Dia menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak dalam pengelolaan sampah yang ada di lingkungan masyarakat.
“Tak cuma dari pemerintah, swasta bahkan individu pun sangat penting untuk saling berkolaborasi dalam mengelola sampah,” tuturnya.
Dia berpandangan bahwa ketika semua pihak mau terlibat dalam mengelola sampah, maka sampah itu akan selesai di lingkungan. “Jadi tidak perlu sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, karena sampah sudah dikelola sejak di level rumah tangga atau kampung,” tandasnya.
Sentimen: neutral (0%)