Esposin, SEMARANG – Hasil sementara real count Pilkada Serentak 2024 di Jawa Tengah (Jateng) menunjukkan persaingan yang cukup mengejutkan di beberapa daerah dengan calon tunggal. Di Banyumas dan Brebes, kotak kosong meraih suara signifikan hingga menyentuh angka 40%.

Di Kabupaten Banyumas, data real count dari 2.646 TPS (99,85%) hingga Kamis (28/11/2024) pukul 10.15 WIB mencatat bahwa kotak kosong memperoleh 40,57% suara atau sekitar 368.209 suara. Pasangan calon tunggal, Sadewo Tri Lastiono-Dwi Asih Lintarti, unggul dengan 59,43% suara atau 539.427 suara.

Hasil ini sejalan dengan penghitungan oleh Desk Pilkada Banyumas. Menurut data mereka, pasangan Sadewo-Lintarti meraih 539.098 suara (59,21%), sedangkan kotak kosong mendapatkan 371.351 suara (40,79%).

Ketua Tim Pemenangan Sadewo-Lintarti, Budhi Setiawan, mengaku optimistis pasangan yang diusung 12 partai besar ini akan memenangkan Pilkada Banyumas. Namun, ia juga menyebut hasil ini di luar prediksi karena target awal suara mereka adalah 65%.

"Melihat dukungan partai politik, kami berharap suara signifikan. Namun hasil sementara ini menunjukkan ada elemen yang kurang optimal," ujarnya dikutip dari Antara, Kamis.

Brebes: Kotak Kosong Juga Tembus 40%

Situasi serupa terjadi di Kabupaten Brebes. Berdasarkan data real count dari 2.963 TPS (99,46%), kotak kosong meraih 40,40% suara atau 339.618 suara. Sementara pasangan calon tunggal Paramitha Widya Kusuma-Wuria unggul dengan 59,60% suara atau 501.029 suara.

Paramitha-Wuria, yang diusung oleh 11 partai besar, awalnya diprediksi menang telak. Namun, hasil sementara ini menunjukkan bahwa dukungan kotak kosong tidak bisa diremehkan.

Sukoharjo: Petahana Unggul Telak

Berbeda dengan Banyumas dan Brebes, Kabupaten Sukoharjo mencatat kemenangan telak untuk pasangan calon tunggal petahana Etik Suryani-Eko Sapto Purnomo. Dari suara yang masuk, Etik-Sapto memperoleh 319.162 suara (66,79%), jauh mengungguli kotak kosong yang hanya meraih 158.893 suara (33,24%).

Fenomena kotak kosong yang mendapatkan porsi suara besar menjadi sorotan dalam Pilkada Serentak 2024, terutama di daerah dengan calon tunggal. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang efektivitas koalisi partai dalam memobilisasi dukungan serta tingkat kepuasan masyarakat terhadap calon yang diusung.