Sentimen
Undefined (0%)
28 Nov 2024 : 12.17
Informasi Tambahan

Event: Pilkada Serentak

Kab/Kota: Boyolali, Dukuh, Solo, Sragen

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Sigit-Suroto Unggul 20 Kecamatan di Sragen, di Jenar Menang Tipis

28 Nov 2024 : 12.17 Views 18

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Sigit-Suroto Unggul 20 Kecamatan di Sragen, di Jenar Menang Tipis

Esposin, SRAGEN—Pasangan calon bupati (cabup) Sigit Pamungkas dan calon wakil bupati (cawabup) Suroto (Sigit-Suroto) unggul di 20 kecamatan berdasarkan data perolehan suara yang dihimpun dalam sistem aplikasi di Desk Pilkada Pemkab Sragen, Rabu (27/11/2024) malam. Data tersebut masih bersifat sementara karena data resminya dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sragen.

Berdasarkan data itu, pasangan Sigit-Suroto unggul dengan perolehan suara 330.358 suara atau 56,66%. Sementara pasangan cabup Untung Wibowo Sukawati dan cawabup Suwardi (Bowo-Suwardi) mendapat 252.719 suara atau 43,34%. Bowo-Suwardi kalah di seluruh kecamatan. Dari 20 kecamatan, hanya perolehan suara Bowo-Suwardi di Kecamatan Jenar yang hampir menyamai suara Sigit-Suroto dengan selisih 247 suara. Pasangan Sigit-Suroto mendapat 8.866 suara sedangkan Bowo-Suwardi mendapat 8.619 suara di Kecamatan Jenar.

Suara tertingi Sigit-Suroto berada di wilayah kecamatan yang menjadi basis kedua pasangan calon, yakni Kecamatan Karangmalang. Sigit yang tinggal di Dukuh Ngembat, Desa Mojorejo, Karangmalang, Sragen, lebih berpengaruh daripada Bowo yang tinggal di wilayah Dukuh Dayu, Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Sragen.

Di kecamatan ini, Sigit-Suroto mendapat suara paling tinggi bila dibandingkan kecamatan lainnya, yakni 27.444 suara, sedangkan Bowo-Suwardi mendapat 16.663 suara atau selisih 10.781 suara. Selisih suara itu juga terhitung selisih suara tertinggi.

Perolehan suara tertinggi kedua bagi Sigit-Suroto berada di Kecamatan Masaran, yakni 26.262 suara sedangkan Bowo-Suwardi mendapat 21.293 suara atau selisih 3.969 suara. Perolehan suara tertinggi ketiga untuk Sigit-Suroto berada di Kecamatan Kedawung dengan 23.126 suara sedangkan Bowo-Suwardi 16.620 suara atau selisih 6.506 suara. Kemudian disusul Kecamatan Sragen Kota dan Sidoharjo diurutan keempat dan lima.

Perolehan suara di basisnya cawabup Suroto di Kecamatan Gemolong juga cukup signifikan dengan 17.615 suara untuk Sigit-Suroto sedangkan Bowo-Suwardi mendapat 13.493 suara.

Kakak kandung Bowo yang juga Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan mesti ada evaluasi, apa mungkin strateginya kurang tepat atau tim belum melakukan finishing touch yang baik. Yuni, sapaannya, menyampaikan apa pun itu masyarakat Sragen sudah memutuskan untuk memilih dan menginginkan Sigit-Suroto menjadi pemimpin Sragen ke depan.

Sementara itu, Anggota Tim Pemenangan Sigit-Suroto Sragen, Rus Utaryono, yang juga mantan politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP), menyampaikan kemenangan Sigit-Suroto di 20 kecamatan di Sragen itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dia menjelaskan pertama, sejak awal banyak kalangan masyarakat dari level elite sampai akar rumput itu memiliki suasana batin yang menginginkan perubahan atau pergantian pemimpin. Dia melihat keinginan itu kuat bahkan sampai menanyakan tentang cara untuk melakukan perubahan itu bagaimana.

“Kemudian lahirnya GPS [Gerakan Pembaharuan Sragen], koalisi partai politik, dan membentuk tim pemenangan untuk Sigit-Suroto. Semua itu berangkat dari tesis masyarakat yang mengingkan perubahan. Kemudian kami berkolaborasi dan menemukan rumus-rumus aktivitas dari diskusi-diskusi yang dilakukan,” jelas Rus.

Dia melanjutkan faktor kedua adanya kegelisahan dan kekecewaan masyarakat terkait dengan pengentasan kemiskinan yang dinilai belum berhasil di Sragen, bahkan Sragen menjadi daerah termiskin di Soloraya. Ihwal kemiskinan itu, jelas dia, menjadi isu yang dibicarakan di hampur seluruh lampisan masyarakat karena sebenarnya mereka malu kalau Sragen menjadi zona miskin di Jawa Tengah.

Dia menilai prestasinya dianggap masih biasa meskipun ada beberapa yang dinilai berhasil. Persoalan pembangunan infrastruktur, kata dia, juga menjadi isu hangat di masyarakat apalagi penyelesaian infrastruktur dengan cara berutang. Ketika infrastruktur itu tidak layak, kata dia, tidak sampai memaksa harus berutang. Problem lainnya, sebut dia, terkait dengan persoalan air di utara Bengawan Solo. Di wilayah Sragen itu, ungkap dia, menjadi genangan air terbesar Waduk Kedung Ombo (WKO) tetapi manfaatnya bagi Sragen sangat kecil dibandingkan Boyolali dan Grobogan.

“Persoalan air itu diharapkan bisa menjawab kebutuhan riil petani di utara Bengawan Solo sehingga bisa menjawab problem kemiskinan struktural di utara Bengawan Solo. Tidak adanya air itu akan sulit mengentaskan kemiskinan di sana,” katanya.

Sentimen: neutral (0%)