Dikeroyok di Jateng, Banteng Tumbang! Pertama Kali Kalah Pilkada Pasca-Reformasi

28 Nov 2024 : 12.37 Views 5

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jateng

Dikeroyok di Jateng, Banteng Tumbang! Pertama Kali Kalah Pilkada Pasca-Reformasi

Esposin, SOLO — Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) selalu menjadi jawara atau pemenang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Tengah (Jateng) pasca-reformasi pada 1998 hingga akhirnya kalah pada kali pertama di 2024 ini.

Di Pilkada Jateng 2024, PDI Perjuangan dikeroyok belasan partai hingga akhirnya tumbang di kandangnya sendiri.

Pada Rabu (27/11/2024) malam, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri mengakui bahwa Jateng sebagai kandang partai berlogo banteng moncong putih itu harus mengaku kalah di Pilkada 2024.

Menurutnya kader banteng yang militan di Jateng tidak akan terkalahkan jika Pilkada 2024 dilakukan secara fair, jujur, dan berkeadilan.

“Di Jawa Tengah, misalnya, saya mendapatkan laporan betapa masifnya penggunaan penjabat kepala daerah, hingga mutasi aparatur kepolisian demi tujuan politik elektoral,” ungkapnya, dipantau di akun Youtube PDI Perjuangan, dikutip Kamis (28/11/2024).

“Ini tidak boleh dibiarkan lagi, mengingat Mahkamah Konstitusi telah mengambil keputusan penting bahwa aparatur negara yang tidak netral bisa dipidanakan.”

Megawati mengaku mengenal baik Jateng dengan baik. Presiden ke-5 RI itu pernah terpilih sebagai anggota DPR tiga kali dari daerah pemilihan Jateng.

“Jawa Tengah bukan hanya ”kandang banteng”, namun menjadi tempat persemaian gagasan nasionalisme dan patriotisme. Saya melihat energi pergerakan rakyat, simpatisan, dan kader yang militan dan seharusnya tidak akan terkalahkan jika pilkada dilakukan secara fair, jujur, dan berkeadilan,” tegasnya.

Namun, menurut Megawati, dalam situasi ketika segala sesuatu bisa dimobilisasi oleh kekuasaan, maka yang terjadi adalah pembungkaman.

“Apa yang terjadi saat ini sudah di luar batas-batas kepatutan etika, moral, dan hati nurani. Karena itulah, kepada seluruh simpatisan, anggota, dan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan serta seluruh rakyat Indonesia, saya serukan terus-menerus: ”Jangan pernah takut untuk menyuarakan kebenaran,” katanya lagi.

Megawati kemudian mengatakan PDI Perjuangan tidak akan pernah lelah berjuang bagi keadilan dan melawan berbagai bentuk intimidasi kekuasaan.

“Ingat, bahwa pilkada seharusnya mencerminkan peningkatan peradaban, etika, moral, hari nurani harus jelas tergambarkan,” tutur Megawati.

Gubernur Jateng Pasca-Reformasi Selalu dari PDIP

Sejak era reformasi, PDI Perjuangan selalu menjadi pemenang pemilihan gubernur di Jateng. Pemilihan gubernur Jateng pertama pasca-reformasi 1998 diikuti lima calon yang diajukan DPRD Jateng ke Menteri Dalam Negeri (Mendagri) yakni Mayjen TNI Mardiyanto (Assospol Kassospol ABRI), Mayjen TNI (Purn) Setiyana (Anggota DPR RI), Mayjen TNI (Purn) Museno (Anggota DPR RI), Soetardjo (Dirjen Pembangunan Desa Depdagri) dan Winarna Surya Adisubrata (Anggota DPR RI).

Dari lima nama hanya tiga nama yang disetujui Kemendagri yakni Mayjen TNI Mardiyanto, Soetardjo Djojobroto, dan Winarna Surya Adisubrata.

Tiga nama yang disetujui itu dipilih oleh anggota DPRD Jateng dan suara terbanyak didapatkan oleh Mayjen TNI Mardiyanto yang akhirnya menjabat sebagai Gubernur Jateng periode 1998-2003.

Setelah masa jabatannya berakhir di 2003, pemilihan kembali digelar yang kali ini sistemnya masih sama dengan pemilihan gubernur pada 1998, yakni dipilih oleh DPRD.

Empat pasangan calon yang maju dalam pemilihan kali ini adalah cagub Mardijo dan cawagub Hisyam Alie, diajukan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP), pasangan Slamet Kirbiantoro-Hisyam Alie, dicalonkan Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP), pasangan Mardiyanto-Ali Mufiz diunggulkan Fraksi Kebangkitan Bangsa (F-KB), serta Fraksi Amanat Nasional (F-AN) mengajukan Hadi Pranoto-Djoko Wahyudi.

Pasangan Mardiyanto-Ali Mufiz menang mengalahkan pasangan yang diajukan F-PDIP, yakni Mardijo-Hisyam Alie.

Namun, Mardiyanto sebenarnya mendapatkan dukungan dari DPP PDI Perjuangan (pusat) sementara Mardijo didukung oleh pengurus daerah.

Sehingga, pemilihan saat itu menjadi kontroversi, meski akhirnya Mardiyanto tetap menjadi pemenang dan berafiliasi dengan PDI Perjuangan pada periode kedua masa jabatannya 2003-2007. Dia tak tuntas menjalankan periode kedua karena dilantik menjadi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Bibit Waluyo hingga Ganjar Pranowo

Pemilihan gubernur periode selanjutnya yakni 2008 kali pertama dilaksanakan secara langsung oleh masyarakat, atau tak lagi dipilih oleh DPRD.

Kala itu, Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) atau Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2008 diikuti oleh lima pasangan calon (paslon), yakni Bambang Sadono-Muhammad Adnan yang diusung Partai Golongan Karya (Golkar), kemudian Agus Soeyitno-Abdul Kholiq Arif dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Lalu, Sukawi Sutarip-Sudharto dari Partai Demokrat, Bibit Waluyo-Rustriningsih yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), serta Muhammad Tamzil-Abdul Rozaq Rais yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN).

Pada Pilkada atau Pilgub Jateng 2008, pasangan Bibit Waluyo-Rustriningsih menjadi pemenang dan menjabat selama lima tahun periode 2008-2013.

Selama menjabat, Bibit Waluyo yang saat itu adalah kader PDIP kerap menuai kontroversi, salah satunya berkonflik dengan sesama kader PDIP yakni Wali Kota Solo saat itu Joko Widodo (Jokowi) yang kelak menjadi Presiden ke-7 RI.

Kontroversi lain, ia tak mau berkampanye untuk Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri yang pada 2009 mencalonkan diri sebagai Presiden.

Sehingga, pada Pilgub Jateng 2013, PDIP tak lagi mencalonkan Bibit Waluyo, justru menunjuk kader lain, yakni, Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko.

Bibit Waluyo mencalonkan diri dari gabungan partai lain, yakni Partai Demokrat, Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional (PAN), menggandeng Sudijono Sastroatmodjo.

Selain kedua pasangan calon itu, Pilgub Jateng 2013 diikuti oleh Hadi Prabowo-Don Murdono diusung Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).

Pemenangnya, tentu saja Ganjar Prabowo-Heru Sudjatmoko yang kemudian menjabat pada periode 2013-2018. Kemudian, Ganjar Pranowo kembali maju di Pilgub Jateng 2018 menggandeng Taj Yasin Maimoen, diusung oleh gabungan partai PDIP, Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Nasdem, Partai Perindo, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Partai Hanura.

Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen head to head dengan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) dan Partai Bulan Bintang (PBB). Ganjar kembali terpilih menjadi gubernur di periode kedua yakni 2018-2023.

Kemudian di Pilkada atau Pilgub 2024, PDIP dikeroyok di Jateng. PDIP menjadi satu-satunya partai yang mengusung Andika Perkasa-Hendrar Prihardi, melawan pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Demokrat, Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Gerindra.

Partai nonparlemen seperti, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Buruh, Partai Garda Republik Indonesia (Garuda), Partai Kebangkitan Nasional (PKN) dan Partai Rakyat Adil Makmur (Prima) juga mendukung Luthfi-Taj Yasin.

Andika adalah mantan Panglima TNI, sementara Luthfi adalah mantan Kapolda Jateng. Sedangkan Hendi adalah mantan Wali Kota Semarang dan mantan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dan Taj Yasin adalah mantan Wakil Gubernur Jateng periode 2018-2023.

Diusung dan didukung belasan partai, Luthfi-Taj Yasin setidaknya memiliki modal 14,3 juta suara, sementara Andika-Hendi dengan suara tunggal PDIP sekitar 5,2 juta suara.

Berdasarkan hasil quick count berbagai lembaga survei, pasangan Andika-Hendi kalah dari Luthfi-Taj Yasin pada Pilkada Jateng 2024. 

Sementara, data real count dari KPU yang diakses di sini, Andika-Hendi mendapatkan suara 7.841.476 suara, sedangkan Luthfi-Taj Yasin meraih 11.350.609.

Data tersebut diakses Kamis (28/11/2024) hingga pukul 16.00 WIB dengan jumlah tempat pemungutan suara (TPS) masuk sebanyak 56.671 dari 56,812 TPS (99.75%) di Jateng.

Pie chart real count Pilkada Jateng 2024 hasil crawling data di KPU.go.id hingga Kamis (28/11/2024) pukul 16.00 WIB. (Istimewa/Tangkapan Layar)
Pie chart real count Pilkada Jateng 2024 hasil crawling data di KPU.go.id hingga Kamis (28/11/2024) pukul 16.00 WIB. (Istimewa/Tangkapan Layar)

 

Sentimen: neutral (0%)