Sentimen
Undefined (0%)
24 Nov 2024 : 04.51

Mangkunagoro X dan Zagy Berian Hadiri WPRF 2024 untuk Kebudayaan & Energi Hijau

24 Nov 2024 : 11.51 Views 2

Espos.id Espos.id

Mangkunagoro X dan Zagy Berian Hadiri WPRF 2024 untuk Kebudayaan & Energi Hijau

Esposin, BALI — Ada satu sesi menarik di tengah perhelatan World Public Relation Forum (WPRF) yang berlangsung di Bali (19-22 November 2024) dengan hadirnya dua anak muda dalam sesi Indonesia Young Public Relations Gathering.

Mereka adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagoro X dan Zagy Yakana Berian yang hadir dalam satu panel pada Jumat (22/11/2024). 

Zagy Berian adalah Sustainability Practitioner yang perannya sudah mendunia dan saat ini dikenal sebagai Youth-Led Climate Initiative, pendiri Society Renewable Energy (SRE). Keduanya masih muda dan penampilannya di WPRF menyegarkan suasana.

Mangkunagoro X berbicara tentang Purposeful Social Change Through Culture sedangkan Zagy berbicara tentang Engaging Youth in Sustainability Initiatives. Sesi ini mendapat sambutan yang cukup antusias. Ribuan anak muda memenuhi ruangan di Ballroom Hotel Merusaka, Nusa Dua Bali untuk mendengarkan paparan mereka.

“Diperlukan harmoni antara manusia dan alam untuk dapat membangun budaya masa depan. Mangkunegaran mengartikan hal itu menjadi 10 pilar seperti kesehatan, kemanusiaan, pendidikan, tradisi, inovasi, lingkungan, tata keola, seni dan budaya, keberagaman, dan komunitas,” ujar Mangkunagoro X.

Mangkunegaran menciptakan komunikasi yang lebih kreatif melalui penyajian hal-hal berkelanjutan, inovasi kebudayaan, dan kolaborasi internasional dengan kegiatan seperti kolaborasi bersama Balet id, pentas budaya anak melalui Mangkunegaran Soiree, penampilan Universitas Chulalongkorn, simposium internasional, dan kegiatan roadshow pengenalan budaya.

“Sudah saatnya, komunikasi harus diciptakan lebih kreatif seperti perpaduan tradisional dan modern baik visual dan komunikasi tertulis,” tambah Mangkunagoro X, yang lahir pada 29 Maret 1977 dengan nama Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo.

Menurutnya, pengenalan budaya Indonesia kepada generasi muda adalah sebuah keharusan, agar dapat terjadi regenerasi dan keberadaan budaya bisa terus berlanjut. 

“Di Mangkunegaran, kami berusaha sebaik mungkin menjadi jembatan penyebaran budaya kepada generasi muda melalui pengemasan yang baik, kegiatan ringan dan menyenangkan, mudah dicerna,” ujarnya.

Hasil Nyata dan Tematik

Zagy Berian berbicara tentang pentingnya komunikasi yang unik, berbasis hasil nyata dan tematik agar generasi muda tergerak melakukan aksi-aksi untuk Indonesia, khususnya pada isu keberlanjutan dan transisi energi, yang saat ini menjadi fokus perhatiannya.

Indonesia memiliki potensi energi baru yang berlimpah. Dia memperkirakan ada delapan hingga 13 juta green jobs atau pekerjaan hijau dari potensi tersebut. Karenanya, untuk mendukung pencapaian bonus demografi di tanah air, diperlukan dukungan dari 12 juta orang yang peduli terhadap isu keberlanjutan. Tanpa hal tersebut, penciptaan pekerjaan ramah lingkungan di masa depan sulit terealisasi.

“Kita membutuhkan strategi public relations atau hubungan masyarakat [humas] demi menyambut Indonesia ramah lingkungan, terutama melibatkan generasi muda,” kata Zagy, yang lahir pada April 1998.

Sangat penting peran hubungan masyarakat dalam membangun kepercayaan dan meyakinkan publik akan pentingnya keberlanjutan. Saat ini, banyak investasi yang fokus pada strategi keberlanjutan dan komunikasi yang efektif telah membantu menciptakan kepercayaan publik terhadap isu tersebut. 

Namun, ia menegaskan perjalanannya tidak mudah. Meskipun komunikasi mengenai isu sustainability yang inklusif dan kuat itu penting, namun ada tantangan besar dalam mewujudkannya. Yaitu, posisi Indonesia sebagai negara kepulauan, memerlukan pendekatan atau cara komunikasi yang khusus.
 
Beberapa inisiatif yang saat ini dia jalankan semisal konferensi tahunan, platform untuk talenta kerja inklusif, pemberdayaan gender, dan edukasi melalui podcast, diharapkan bisa memberikan kontribusi dan pemahaman kepada anak muda mengenai isu sustainability dan transisi energi.

“Satu hal penting yang ingin kami tekankan adalah pentingnya strategi green PR dan peluang kolaborasi yang luas,” tambahnya.

Saat ini, dia telah merancang jalur pembelajaran untuk memberdayakan generasi muda agar siap bersaing di dunia kerja dalam tiga tahap progresif. Tahap pertama adalah penjelajahan, di mana generasi muda mulai memperdalam pengetahuan mereka. 

Tahap kedua adalah navigasi perjalanan, peserta mulai menetapkan tujuan dan target yang jelas, dengan fokus pada perencanaan strategis. Dan tahap terakhir adalah menjadi juara, di mana peserta mengasah keterampilan kepemimpinan dan membangun tim, memastikan perjalanan pengembangan yang menyeluruh dari kesadaran diri hingga kepemimpinan.

Zagy menunjukkan sejumlah aktivitas yang telah dia kerjakan. Yaitu fokus pada penyediaan akses listrik ramah lingkungan di desa-desa di wilayah terpencil. 

Upaya ini tidak mudah, karena Indonesia adalah negara kepulauan, dengan wilayah yang luas dan tersebar. Sehingga diperlukan komunitas yang terdesentralisasi untuk dapat melakukan kegiatan secara paralel.

Setiap kegiatan, harus dimulai dengan pemetaan sosial terlebih dulu agar bisa dipahami kebutuhan dan solusinya di tiap lokasi. Dalam tahap pekerjaannya, dia melibatkan peran masyarakat setempat. 

Dari mulai konstruksi, hingga operasional. Sistem kerjanya menggunakan blended finance, yaitu menggabungkan dana CSR, donor dan crowdfunding. Dalam tiga tahun, telah berhasil menginstal lebih dari 100 lokasi pemasangan listrik berbasis energi terbarukan.
 
Selama ini, ia telah menerapkan strategi green PR dengan berpikir kreatif dan menyelesaikan masalah sektor energi melalui advokasi tematik. 

“Kami membawa isu tematik agar generasi muda  tersaring sesuai minat dan tergerak melakukan aksi yang nyata,” katanya.

Zagy menekankan generasi muda di tanah air menunjukkan antusiasme dan komitmen yang serius terhadap green energy dan aksi-aksi penanganan perubahan iklim. “Kami berharap dari acara yang luar biasa ini, para profesional PR muda yang hadir dapat memanfaatkan gerakan sustainability sebagai alat untuk menciptakan kesejahteraan sosial bagi masyarakat,” katanya.

Ketua Perhumas, Boy Kelana Soebroto dalam sambutannya di sesi Perhumas Muda, mengutip Nelson Mandela Presiden berkulit hitam pertama di Afrika Selatan yang menyebutkan" The youth of today are the leaders of tomorrow".

Boy mengatakan pemuda melambangkan energi, kreativitas, dan keberanian untuk bermimpi besar. Mereka berani melampaui batas, menantang norma yang ada, dan membayangkan masa depan yang belum terlihat oleh orang lain. 

Boy mengatakan Perhumas muda adalah pelopor komunikasi yang bertanggung jawab, menghadirkan perspektif baru serta solusi inovatif di bidang hubungan masyarakat. 

Bagi profesional public relations atau hubungan masyarakat muda, kata Boy, hal ini adalah pelajaran penting. Meski teknologi dan inovasi terus mendorong kemajuan, identitas serta nilai-nilai nasional harus tetap menjadi melekat. 

Fokusnya adalah menciptakan perubahan yang bermakna bagi masyarakat.  Demi menjadi pemimpin masa depan, Boy mengatakan pemuda diperlukan visi, empati, dan kemampuan beradaptasi. Saat ini, tantangan seperti perubahan iklim dan penyebaran informasi keliru menjadi perhatian utama.
WPRF berlangsung empat hari dari 19-22 November dihadiri oleh 1.400 peserta dari dalam dan luar negeri. 

WPRF menghadirkan total 37 pembicara internasional dan 41 pembicara nasional dalam rangkaian acara yang berlangsung selama empat hari. Forum ini juga diikuti oleh perwakilan dari 22 negara, termasuk Australia, Bangladesh, Prancis, Jerman, Amerika Serikat, Arab Saudi, Nigeria, dan Afrika Selatan. 

Sentimen: neutral (0%)