Sentimen
Undefined (0%)
24 Nov 2024 : 12.23

Perkuat Ekosistem Perfilman, 14 Film Dokumenter dari 7 Negara Diputar di Solo

24 Nov 2024 : 12.23 Views 9

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Perkuat Ekosistem Perfilman, 14 Film Dokumenter dari 7 Negara Diputar di Solo

Esposin, SOLO — Sebanyak 14 film dokumenter pendek dari tujuh negara Asia Tenggara diputar di Hetero Space, Jl Jenderal Urip Sumoharjo No 92, Purwodiningratan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Sabtu-Minggu (23-24/11/2024).

Acara yang diinisiasi In-Docs dan Objectifs itu menghadirkan film dokumenter pendek dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Myanmar, Thailand, Singapura, dan Vietnam.

Program Officer In-Docs, Hasta Trida, mengatakan pemutaran film dokumenter tersebut bertujuan untuk memberikan referensi kepada praktisi dan mahasiswa film di Solo. Terlebih saat ini film dokumenter pendek dari negara-negara di Asia Tenggara jarang diputar di Indonesia. 

“Maka kami rasa perlu memutar [film dokumenter] di Asia Tenggara untuk mendukung film maker di Asia Tenggara juga,” kata dia kepada Espos di Hetero Space Solo, Minggu (24/11/2024) malam. 

Hesta mengatakan proses kurasi film didasarkan pada aspek visual. Visual film yang unik dari masing-masing film dokumenter ini diharapkan bisa memberikan gambaran dan referensi film maker Indonesia dalam membuat karya. 

“Film-film yang tayang ini kami lihat secara visual kira-kira apakah film ini bisa memberikan referensi baru atau tidak untuk film maker dan mahasiswa yang hadir,” kata dia.

Lalu kriteria lain, film yang tayang adalah terkait isu yang diangkat dan kepantasannya. Pemutaran tersebut dilakukan di tiga tempat yakni Solo, Jakarta, dan Singapura dengan materi film yang sama.

Ekosistem Film Dokumenter

Ini juga menjadi upaya untuk mengembangkan ekosistem film dokumenter di Indonesia. Sekaligus menghubungkan dengan negara-negara lain di Asia.

Ekosistem film dokumenter yang dia maksud yakni berkaitan dengan pelatihan untuk film maker, distribusi, dan organisasi film. “Pemutaran ini kan menjadi bagian dari distribusi,” kata dia. 

Secara khusus, ekosistem film dokumenter di Indonesia sendiri masih belum sepenuhnya berkembang terutama dalam proses distribusi karya film. "Kalau film maker sekarang sudah banyak. Tapi yang menjadi kesulitannya adalah menayangkannya ke publik,” kata dia. 

Tantangan penayangan film dokumenter terletak pada minat publik yang masih minim jika dibandingkan dengan film fiksi. “Tantangan kami untuk menembus itu, minimal tahu dulu nih ada film dokumenter,” kata dia.

Dia meyakini skema pemutaran film dokumenter tidak bisa disamakan dengan film fiksi. Menurutnya, akan lebih efektif jika film dokumenter diputar dengan format screening dengan skala yang lebih kecil dari kota ke kota lain.

“Ya balik lagi, komunitas dan film maker di kita [Indonesia] itu udah banyak, tapi bagaimana cara membangkitkan orang mau nonton, nah salah satunya lewat pemutaran seperti ini,” kata dia.

Menurutnya, keberadaan film dokumenter penting di tengah-tengah masyarakat. Sebab sifat film dokumenter mampu menggambarkan realitas dan problem sosial secara objektif. 

“Jadi film dokumenter memang merekam kejujuran yang ada tanpa script. Harapannya dengan itu bisa memberikan kesadaran tentang masalah yang perlu diperhatikan bersama,” kata dia. 

Dalam penyelenggaraan pemutaran film kali ini, In-Docc dan Objectifs menggandeng komunitas film dari Solo yakni Kembang Gula dan Sinema Warga. In-Docs merupakan organisasi nonprofit yang berbasis di Jakarta dan bergerak di bidang film dokumenter di Asia.

Sentimen: neutral (0%)