Sentimen
Undefined (0%)
25 Nov 2024 : 11.29

Kronologi Wapres Filipina Sara Duterte Ancam Bunuh Presiden Bongbong Marcos

25 Nov 2024 : 11.29 Views 2

Espos.id Espos.id

Kronologi Wapres Filipina Sara Duterte Ancam Bunuh Presiden Bongbong Marcos

Esposin, MANILA — Wakil Presiden (Wapres) Filipina Sara Duterte secara terang-terangan merencanakan pembunuhan atau mengancam akan membunuh Presiden Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong Marcos. Hal itu menyiratkan keretakan koalisi penguasa Filipina, begini kronologi lengkapnya.

Dilansir Antara, dalam pernyataan yang memicu reaksi keras dari pihak kepresidenan, Sara Duterte mengatakan dia telah mengatur seseorang untuk membunuh Marcos, istrinya Liza Araneta-Marcos, dan sepupunya, Ketua DPR Martin Romualdez, jika dia terbunuh. Pernyataan kontroversial itu kali pertama dilaporkan oleh media Inquirer.net.

"Saya sudah berbicara dengan seseorang. Saya mengatakan kepada orang itu, 'Jika mereka membunuh saya, bunuh Bongbong Marcos, Liza Araneta, dan Martin Romualdez.' Tidak bercanda, tidak bercanda. Saya sudah memberi petunjuk," kata Duterte dalam konferensi pers daring yang diadakan Jumat (22/11/2024) malam.

Asal Muasal

Sara Duterte menuduh Romualdez, sepupu Marcos, menghendaki dirinya tewas. Sang Wapres menduga Ketua DPR memandangnya sebagai "ancaman terbesar" terhadap potensi pencalonan dirinya dalam pemilu presiden 2028.

"'Jika saya terbunuh,' saya bilang, 'jangan berhenti sampai kamu menghabisi mereka. Dia lantas berkata, 'iya'," ucap dia.

Gertakan Sara Duterte tersebut dilontarkan di tengah menguatnya tekanan politik terhadapnya, termasuk dalam bentuk ancaman pemakzulan di DPR Filipina.

Upaya memakzulkan Sara Duterte, menurut laporan, dicetuskan oleh Romualdez yang disebut berupaya mencalonkan diri dalam pemilu selanjutnya.

Tanggapan Kepresidenan

Istana kepresidenan menanggapi dengan tegas, menyebut pernyataan itu sebagai ancaman aktif terhadap nyawa presiden.

“Menindaklanjuti pernyataan jelas dan tegas dari Wakil Presiden bahwa dia telah mengontrak seorang pembunuh untuk membunuh Presiden jika rencana dugaan terhadap dirinya berhasil, Sekretaris Eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini kepada Komando Keamanan Presiden untuk segera ditindaklanjuti dengan tindakan yang tepat," bunyi pernyataan dari istana.

“Setiap ancaman terhadap nyawa Presiden harus selalu ditanggapi dengan serius, apalagi ancaman ini telah diungkap ke publik dengan kata-kata yang jelas dan pasti,” tambah pernyataan itu.

Komando Keamanan Kepresidenan (PSC) Filipina menegaskan terus berkoordinasi dengan penegak hukum terkait untuk "mendeteksi, mencegah, dan menahan semua bentuk ancaman terhadap presiden dan keluarganya".

"Ancaman apapun terhadap nyawa presiden dan keluarganya, terlepas asalnya -- dan khususnya terhadap ancaman yang sedemikian gamblang disampaikan di depan umum -- akan ditangani dengan sangat serius," ucap badan tersebut.

“Kami menganggap persoalan ini sebagai isu keamanan nasional dan akan mengambil semua tindakan yang perlu demi menjaga keamanan presiden," demikian pernyataan PSC.

Pernyataan tersebut menandai titik terendah baru dalam hubungan antara kedua pemimpin yang semakin mempertegas perpecahan dalam koalisi pemerintahan.

Duterte mengundurkan diri dari jabatannya di Kabinet pada Juni dengan alasan perbedaan pandangan dengan Marcos, meskipun dia tetap menjabat sebagai wakil presiden.

Sentimen: neutral (0%)