Sentimen
Solo Kerap Dilanda Puting Beliung, Ini Penyebabnya menurut Pakar Studi Bencana
Espos.id Jenis Media: Solopos
Esposin, SOLO -- Bencana puting beliung dan angin kencang beberapa kali melanda wilayah Solo. Setelah angin kencang yang mengakibatkan puluhan rumah rusak di wilayah Kelurahan Mojo, Pasar Kliwon, Sabtu (16/11/2024), bencana serupa terjadi di Kelurahan Joglo, Banjarsari, Solo, pada Minggu (24/11/2024).
Kejadian di Joglo mengakibatkan dampak yang tidak kalah parah dengan 67 rumah rusak dan dua orang terluka. Pakar Studi Bencana Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Chatarina Muryani, mengatakan ada sejumlah potensi bencana yang mengintai Solo saat memasuki musim pancaroba seperti sekarang ini. Bencana itu di antaranya banjir dan angin kencang atau puting beliung.
Terkait potensi bencana angin kencang, Chatarina mengatakan hal itu disebabkan topografi Solo yang berbentuk seperti mangkuk sehingga memudahkan terbentuknya pusaran angin atau puting beliung terutama saat musim pancaroba.
Sedangkan terkait banjir, Chatarina mengatakan tahun ini adalah tahun normal, artinya curah hujan dalam batas normal karena efek La Nina tergolong lemah. Sehingga diprediksi tidak menimbulkan banjir skala besar.
Meski begitu, lanjut dia, Pemkot dan warga Solo tetap wajib waspada, karena Solo punya potensi untuk terjadi banjir kiriman dan banjir lokal. Menurutnya, banjir kiriman di Solo tergantung tingkat curah hujan di daerah hulu seperti Wonogiri, Karanganyar, Boyolali, dan Klaten.
“Banjir kiriman di Solo itu biasanya berasal dari daerah Karanganyar, Wonogiri, Boyolali atau mungkin Klaten atau biasa disebut daerah hulu. Lha ini sangat tergantung curah hujan yang di sana. Saat curah hujan di hulu tinggi, debit air yang melewati wilayah Solo menjadi besar dan berpotensi membuat tanggul sungai jebol,” kata dia saat ditemui Espos di UNS Tower, Solo, Senin (25/11/2024).
Sedangkan banjir lokal, kata dia, dipicu adanya hujan lokal dan debit Sungai Bengawan Solo sedang tinggi. Hal itu mengakibatkan genangan di berbagai wilayah dan air yang tertampung di drainase tidak bisa mengalir ke sungai.
Antisipasi Banjir
Menurutnya, salah satu kunci untuk mengantisipasi dua banjir tersebut adalah mengoptimalkan pompa-pompa air yang sudah dipasang di berbagai titik di Solo. Dia menyarankan musim curah hujan yang tinggi petugas dan pompa-pompa air perlu disiagakan.
“Menurut saya kalau mekanisme pompa-pompa air ini dijalankan secara baik [petugasnya siaga dan pompanya prima], Solo ini aman dari banjir. Tapi kadang itu kan pompanya rusak lah petugasnya tidak siaga, nah itu yang bisa memicu banjir,” terang dia.
Selain banjir dan puting beliung, potensi bencana berikutnya adalah longsornya tebing-tebing sungai akibat kiriman air dari wilayah Boyolali yang melewati Sungai Anyar dan Kali Pepe. Hal ini menurutnya membahayakan bagi warga yang tinggal di bantaran dua sungai tersebut, ditambah belum meratanya pembangunan tanggul atau tebing pembatas.
Sementara itu, berdasarkan unggahan di akun Instagram BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani @cuaca_jateng, hampir semua wilayah di Jawa Tengah mengalami cuaca ekstrem yang berupa hujan lebat disertai kilat dan angin kencang.
Cuaca ekstrem di Jawa Tengah dipicu dinamika atmoster seperti aktifnya gelombang ekuatorial Rossby, pola siklonik perairan barat Kalimantan, kelembapan udara yang cenderung basah, hingga hangatnya suhu permukaan air laut di Laut Jawa dan Samudera Hindia Selatan Jawa.
Sekretaris Daerah (Sekda) Solo Budi Murtono menjelaskan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo melakukan sejumlah antisipasi menghadapi cuaca ekstrem dan memasuki musim hujan. Salah satunya menyiapkan pompa air dan tim yang siaga 24 jam per hari untuk mengantisipasi banjir.
“Sudah ada tim yang siaga 24 jam dan dibantu sukarelawan. Peralatan untuk keadaan darurat sudah ready,” jelas BM, sapannya.
Sentimen: neutral (0%)