Sentimen
Tata Krama dalam Bahasa Jawa
Espos.id Jenis Media: Kolom
Bahasa Jawa ragam krama adalah bahasa yang bisa digunakan untuk mencerminkan manusia yang sopan dan santun. Penggunaan bahasa Jawa krama dalam dunia pendidikan dapat menggambarkan nilai kesopanan siswa.
Sebagian besar orang tua mengeluh anak tidak dapat menggunakan bahasa Jawa krama dengan baik. Hal tersebut senada dengan hasil observasi yang saya lakukan di MTsN 2 Solo. Terdapat masalah yang berhubungan dengan kemampuan anak berbicara menggunakan bahasa daerah.
Saat anak berbicara dengan orang yang lebih tua seharusnya memakai bahasa Jawa krama inggil, tetapi anak-anak cenderung menggunakan bahasa Jawa ngoko. Banyak anak tidak bisa membedakan antara berbicara dengan orang yang lebih tua dengan berbicara dengan teman-teman sebaya.
Disadari atau tidak, sekarang banyak orang tua yang menjauhkan anak dari penggunaan bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari, apalagi bahasa Jawa krama atau halus. Mereka lebih memilih berkomunikasi dengan anak memakai bahasa Indonesia bercampur bahasa Jawa.
Anak-anak semakin terjauhkan dari warisan agung budaya dan semakin tidak mengenal identitas sendiri. Salah seorang tetangga saya memilih hanya mengajari anak berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa ngoko. Alasannya khawatir anak kesulitan dan membebani pikiran anak.
Ketika si anak menjadi remaja, ia kesulitan berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan ia hormati yang mengajak berbicara dengan bahasa Jawa. Ia ingin memakai bahasa Jawa krama inggil, tapi ia tidak bisa mengucapkan meski paham serbasedikit.
Pembiasaan dimulai dari peniruan dan keteladanan orang tua maupun pendidik. Pembiasaan sangat cocok dan sangat sesuai untuk pendidikan anak usia dini, terutama dalam membentuk karakter mereka.
Salah satu cara membentuk karakter dan mendidik anak bersikap sopan dalam masyarakat Jawa adalah dengan cara mengajarkan dan membiasakan anak berbahasa Jawa krama sedini mungkin, bahkan sebelum anak bisa berbicara.
Pembiasaan dapat dilakukan dengan menetapkan satu hari dalam sepekan menggunakan bahasa Jawa. Dalam sehari tersebut guru maupun siswa secara penuh menggunakan bahasa Jawa. Hal itu dapat dilakukan secara rutin untuk membudayakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan berbahasa Jawa juga menjadi salah satu cara mengimplementasikan pendidikan karakter cinta tanah air, disiplin, toleransi, dan aspek terpuji lainnya bagi peserta didik. Pembiasaan penggunaan bahasa Jawa dilakukan dengan berbagai cara, seperti melalui keteladanan dalam perilaku sehari-hari.
Pada aspek pembelajaran terdapat mata pelajaran Bahasa Jawa yang termasuk dalam muatan lokal. Dalam mata pelajaran Bahasa Jawa biasanya diajarkan materi-materi mengenai bahasa Jawa dan salah satunya adalah unggah-ungguh dalam penggunaan bahasa jawa.
Pembelajaran bahasa Jawa hanya dilaksanakan dua kali jam pelajaran dalam sepekan. Hal tersebut kurang dapat menanamkan unggah-ungguh bahasa Jawa. Selain itu, masih banyak siswa yang kurang tertarik dengan mata pelajaran Bahasa Jawa. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan mereka mengenai budaya dan bahasa Jawa.
Ada pula siswa yang tinggal di daerah yang mayoritas berbahasa Jawa, namun dalam keseharian bersama orang tua justru menggunakan bahasa Indonesia. Selain mata pelajaran Bahasa Jawa, biasanya di beberapa sekolah mengadakan ekstrakurikuler tambahan yang berkaitan dengan budaya Jawa, misalnya seni karawitan atau gamelan.
Kegiatan ekstrakurikuler ini dapat digunakan sebagai wahana melestarikan budaya Jawa, termasuk bahasa Jawa. Kendalanya adalah biasanya hanya diadakan satu kali pertemuan dalam sepekan.
Peminat kegiatan ekstrakurikuler ini juga sedikit. Banyak siswa yang kurang tertarik mengikuti ekstrakurikuler seni karawitan atau gamelan. Ini sangat disayangkan mengingat ekstrakurikuler seni karawitan atau gamelan dapat menjadi wahana yang baik untuk melestarikan budaya Jawa.
Seni karawitan atau gamelan merupakan sarana yang baik untuk menanamkan pendidikan budi pekerti atau moral kepada anak-anak. Seiring perkembangan zaman, ketertarikan siswa dengan seni karawitan atau gamelan semakin menurun.
Berdasar studi literatur dari banyak artikel dapat disimpulkan bahwa bahasa Jawa merupakan media verbal yang mengatur cara anak-anak/remaja berbicara dengan teman sebaya dan berbicara dengan orang tua mereka.
Penggunaan bahasa Jawa juga menjadi sarana melestarikan budaya Jawa. Ini dapat meningkatkan rasa cinta tanah air. Pembiasaan penggunaan bahasa Jawa di sekolah dasar dan menengah dapat dikaitkan atau dapat memengaruhi karakter cinta tanah air dan patriotisme siswa sekolah dasar dan menengah menengah.
Dengan begitu, penanaman karakter melalui kegiatan pembiasaan berbahasa Jawa sangat baik dilakukan sejak dini atau pada usia sekolah dasar dan menengah agar dapat dilestarikan hingga anak tumbuh dewasa.
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 20 November 2024. Penulis adalah guru Bahasa Jawa di MTsN 2 Solo)
Sentimen: neutral (0%)