Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Lubuk Linggau
Kasus: teror
Tokoh Terkait
Mahfud MD: Hukum Ada untuk Keadilan, Tapi Sering Tak Sejalan
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Prof. Mahfud MD, kembali menyuarakan pandangannya terkait relasi antara hukum dan keadilan.
"Hukum dan keadilan sering tak sejalan," ujar Mahfud dalam keterangannya di aplikasi X @mohmahfudmd (21/11/2024).
Dikatakan Mahfud, hukum sering kali gagal memenuhi esensinya, yaitu menegakkan keadilan.
"Terkadang formal-prosedural hukum meniadakan keadilan, padahal hukum itu ada untuk menegakkan keadilan," tukasnya.
Mahfud juga mengutip prinsip penting dalam berhukum, yakni berlandaskan keadilan sebagaimana diatur dalam norma agama dan hukum universal.
"Maka ada ayat, Jika kalian berhukum, berhukumlah dengan adil," Mahfud menuturkan.
Ia menyebutkan kasus Ibu di Lubuk Linggau sebagai contoh kasus memilukan, meskipun belum memahami sepenuhnya detail kasus tersebut.
"Saya tak tahu persis kasus Ibu di Lubuk Linggau ini. Tapi kalau benar, memilukan," tandasnya.
Sebelumnya diketahui, Novi (34), seorang ibu rumah tangga asal Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatra Selatan, harus mendekam di Lapas Kelas IIA Lubuklinggau setelah dijatuhi hukuman 14 bulan penjara.
Ia dinyatakan bersalah karena menyiramkan air keras kepada Adnan, seorang pria yang disebutnya sebagai penguntit.
Akibat hukuman ini, Novi kini terpisah dari dua anaknya. Dalam wawancara dari balik jeruji, Novi menceritakan kronologi insiden tersebut yang dipicu oleh kekesalan atas teror yang dilakukan Adnan selama berbulan-bulan.
Segala bermula ketika Novi sedang membangun rumahnya dan Adnan tiba-tiba menawarkan bantuan tanpa diminta.
Meski sempat membantu, Adnan kemudian meminta bayaran. Novi mengaku sudah memberikan uang tersebut, namun perilaku Adnan justru semakin mengganggu.
"Malam siang ngambil pakaian, banyak dicurinya seperti celana dalam, pipa air, dan lain-lain," ungkap Novi.
Adnan bahkan kerap mengintip Novi dari belakang rumah pada malam hari, dan mematikan lampu rumahnya dengan cara mencabut ampere listrik.
Novi sempat mencoba mencari perlindungan dengan melaporkan tindakan Adnan kepada keluarganya, namun pihak keluarga justru bersikap acuh.
Laporan ke kepala desa juga tak membuahkan hasil karena kades meminta bukti.
"Pak kades minta bukti, saya biarkan dia terus mengganggu, tapi tetap tidak ada tindakan. Keluarganya juga tidak mau menegur," ujarnya.
Pada suatu malam, Novi mendengar suara mencurigakan di rumahnya. Saat mengintip, ia melihat Adnan sedang memotong pipa air dengan gergaji. Dalam keadaan marah dan takut, Novi keluar rumah dan langsung menyiramkan air keras kepada Adnan.
"Pelaku itu mau mencuri. Kata orang dia suka dengan saya, tapi saya tidak mau, orangnya bodoh, tidak waras, bisu," ungkap Novi.
Novi mengaku tindakannya merupakan puncak dari kekesalan dan ketakutannya atas teror yang berlangsung selama hampir enam bulan.
Ia berharap masyarakat dapat memahami kondisinya sebagai ibu rumah tangga yang berjuang melindungi dirinya dan anak-anaknya.
(Muhsin/fajar)
Sentimen: negatif (99.2%)