Liputan6.com, Garut - Warga Desa Simpang, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, dihebohkan temuan mengejutkan situs bersejarah batu berstruktur menyerupai candi, di tengah hutan blok Pasirerih.

Temuan situs bersejarah baru tersusun rapi itu, memunculkan spekulasi dugaan adanya peninggalan sejarah kerajaan di wilayah itu.

Suryana, penggarap kebun sekaligus penemu pertama situs bersejarah itu mengaku kaget saat pertama kali melakukan penggalian. Awalnya ia berencana mencangkul lahan di sekitar penemuan situs bersejarah untuk kepentingan bercocok tanam.

“Setelah dilakukan penggalian lebih ke tanah bagian dalam akhirnya ditemukan situs menyerupai benteng atau mungkin candi,” ujar Suryana, penggarap kebun sekaligus penemu pertama situs bersejarah, Senin (18/11/2024).

Tidak hanya di lokasi penemuan awal, warga kemudian melakukan penggalian secara bersama-sama di lokasi yang masih berdekatan, dan menemukan lagi situs bersejarah berupa hamparan batu tersusun.

“Di lokasi itu juga kami menemukan sebilah pisau dan serpihan pecahan semacam kendi yang diduga peninggalan jaman kerajaan tempo dulu,” ujar dia menambahkan.

Untuk mengetahui secara pasti penemuan situs bersejarah hamparan batu bersusun itu, Ia bersama tokoh masyarakat berkoordinasi dengan pemerintah desa dan kecamatan Cibalong.

“Saya berharap lokasi penemuan tersebut dibuat cagar budaya oleh pemerintah,” ujar dia.

Hal senada disampaikan Kepala Desa Simpang Kecamatan Cibalong Yadi Kurniadi. Menurutnya, setelah heboh penemuan situs bersejarah itu, ia meminta adanya penelian lebih lanjut. “Kita juga pastikan pengamanannya,” kata dia.

Seperti diketahui, kawasan pantai selatan dan hutan wilayah Garut Selatan, terutama sepanjang kecamatan Cibalong-Pameungpeuk Garut, memang sejak lama dikaitkan mitos adanya peninggalan kerajaan Padjajaran.

Hal itu dikuatkan dengan carita dari mulut ke mulut warga sekitar, jika kawasan hutan Sancang yang berada di Kecamatan Cibalong Garut, merupakan kawasan petapaan sekaligus daerah Prabu Siliwangi dan Kiansantang, sebagai Raja dan Putra Mahkota Kerajaan Padjajaran melakukan ritualnya.