Sentimen
Positif (94%)
15 Nov 2024 : 08.50
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Club Olahraga: PSS Sleman

Institusi: UGM

Kab/Kota: Sleman

Tokoh Terkait

Menghidupi dan Hidup dari Karakter Hewan Lucu

15 Nov 2024 : 08.50 Views 26

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Menghidupi dan Hidup dari Karakter Hewan Lucu

Harianjogja.com, JOGJA—Perlu ada tujuan yang jelas saat membuka usaha. Agar saat nantinya merasa sendiri atau bosan, pengusaha bisa mengingat tujuan awal mereka mendirikan bisnis. Prinsip tersebut, salah satunya yang CRSL pegang hingga hari ini.

Penonton CRSL Concert #5 nyaris memenuhi lapangan Kridosono, Kota Jogja menjelang malam hari. Mereka menanti para bintang tamu seperti Maliq & D’essentials, .feast, hingga Hindia. Suasana riuh saat para musisi memainkan lagu-lagu andalannya.

Di belakang para penonton, Mohamad Hidayat Rifai memantau jalannya konser. Dia berada di atas both merchandise CRSL. Bisa dibilang, hubungan konser dan CRSL cukup dekat. Bahkan kelahiran CRSL lantaran Dayat, panggilan akrabnya, harus menalangi konser yang rugi pada sebelas tahun lalu.

Saat kuliah awal di Prodi Manajemen UNY, Dayat sempat berbisnis clothing. Dia bekerja sama dengan temannya yang seorang desainer. Namun teman tersebut kurang bisa diandalkan, tidak bisa satset saat mendesain baju dan sebagainya. Akhirnya Dayat berjalan sendiri, dengan belajar desain secara autodidak.

BACA JUGA : Bagi Kaos Polo Gratis Bikin Heboh, Ozzy Clothing Sukses Buka Kembali Outlet Pusat di Jalan Ki Penjawi

Kemampuan desain itu menyebar ke banyak teman angkatannya. Dayat akhirnya banyak terlibat dalam berbagai acara, meski tidak bergabung ke organisasi mahasiswa. “Saat Badan Eksekutif Mahasiswa angkatan saya bikin [konser tahun 2013], seperti biasa, saya ikut mendesainkan. Tiba-tiba di struktur saya jadi panitia inti, secara enggak langsung nyebur di event kampus. Itulah festival yang kebetulan rugi Rp80 juta,” kata Dayat, saat ditemui di Kantor CRSL, Sleman, Rabu (6/11/2024).

Untuk bertanggung jawab, panitia inti membagi rata beban hutang tersebut. Mereka meminjam dari banyak tempat, untuk kemudian dibayar secara berkala. Salah satu cara Dayat membayar, dengan membuat usaha dropship topi bergambar hewan dengan nama CRSL. Inspirasinya saat dia menjadi event organizer kakak angkatannya, ada fans yang memberikan topi jenis itu ke idolanya.

Singkat cerita, Dayat berhasil melunasi hutangnya pada 2015. Justru usaha topi yang dia bangun bersama pacar (yang nantinya menjadi istri) berjalan semakin baik. “Bisa buat jajan bareng, ada tabungan, bayar kuliah sendiri, beli motor, dan sebagainya. Ini cukup menghasilkan, sayang kalau berhenti di tengah jalan. Berbeda dari usaha saya sebelumnya yang gagal, saat bikin CRSL, ada konsistensi dan tujuan usaha yang jelas serta tanggung jawab,” katanya.

Menjadi Intellectual Property

CRSL sempat membawa trend topi bergambar hewan di Jogja. Tantangan berikutnya, muncul para pesaing dengan produk serupa. Penjualan topi bergambar hewan CRSL semakin turun di tahun 2017. Di masa itu, Dayat sedang menempuh Magister Manajemen di UGM. Di salah satu mata kuliah, ada teknik memenangkan kompetisi.

Setidaknya ada tiga cara, dengan bersaing secara harga, masuk ke segmen khusus, atau membuat pembeda. Dayat memilih yang ketiga, lantaran pilihan satu dan dua belum memungkinkan. Dia semakin mengmbangkan produk dengan ciri khas hewan. Tidak hanya topi, namun juga apparel lainnya.

“Dulu sempat diragukan, sempet dipandang sebelah mata, kenapa market orang dewasa tapi desainnya karakter hewan yang unik dan lucu. Sempet dikira brand anak-anak atau cewek. Kami coba komunikaskan karakter hewan itu dengan foto model orang dewasa dan cowok, serta membuat kampanye sesuaikan dengan preferensi orang keren,” kata Dayat, laki-laki berusia 31 tahun tersebut.

Setelah penjualan sempat turun, perlahan perputaran ekonomi di CRSl semakin membaik. Kini mereka tidak hanya menjual apparel, namun juga merambah ke helm, tumbler, membuka café, boneka, dan sebagainya. Karakter hewan CRSL menjadi intellectual property (IP), yang bisa dikembangkan ke banyak lini usaha.

Mengalahkan Kebosanan

Target market CRSL berupa anak muda dengan usia 18 hingga 25 tahun. Untuk semakin menjangkau pasar dan menguatkan brand, Dayat membuat CRSL Concert. Sejak 2019 hingga tahun ini, sudah lima kali CRSL berlangsung. Bintang tamu disesuaikan dengan trend yang sedang ada saat itu. CRSL Concert pernah mengundang Didi Kempot, Feel Koplo, Tulus, Kunto Aji, The Adams, Vierratale, Pamungkas, Kunto Aji, Nadin Amizah, Phum Viphurit, hingga Seringai.

“Aku dulu bikin usaha karena konser rugi, sekarang udah ada untung, yuk bikin konser lagi. Konser secara tim berbeda dengan apparel. Pengurus konser ada empat orang, temen-temen saya dulu pas bikin event,” katanya. “Setelah konser kedua, image CRSL di Jogja naik, ada peningkatan market yang baik, rencana akan mempertahankan agenda CRSL Concert.”

Apabila melihat ke belakang, Dayat melihat berhasil dan bertahannya CRSL lantaran memiliki tujuan usaha yang jelas. Itu pula yang dia sarankan pada orang yang hendak memulai usaha, untuk tahu tujuan yang nantinya turun ke visi misi jangka pendek dan panjang. Dan yang tidak kalah penting, pengusaha perlu mencari cara bertahan dari rasa bosan dan kesendirian saat menjalankan bisnisnya.

“Jadi pengusaha, kalau mengurus semuanya sendiri, kadang merasa lonely, kalau udah set visi misi bisa remain lagi, misal lagi capek, lagi suntuk, bisa inget tujuan awal berusaha,” katanya.

Dari yang membuka usaha hanya bersama pacarnya, kini CRSL sudah memiliki 40 karyawan, baik full time maupun part time.

CRSL Ingin Mendunia

Sejak 2023, CRSL punya target untuk mendunia di tahun 2025. Dalam perjalanannya, CRSL beberapa kali melayani pesanan ke luar negeri. Namun sifatnya masih parsial, dan belum konsisten.

CRSL pernah mengirim produknya ke Amerika Serikat, Peru, Taiwan, Malaysia, hingga Thailand. Produknya beragam, dari footwear, kaos, jaket, hingga tas. Di tahun 2025, Dayat ingin penjualan di luar negeri lebih masif.

BACA JUGA : Perkuat Ekosistem Bisnis Aviasi di Asteng, Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Perluas Kerja Sama Komersil

“Tahun 2025 pengen buka e-commerce di Singapura. Kemarin sempet ikut pop up di luar negeri dan riset market. Harapannya tahun 2025, punya set CRSL harus mendunia, masuk ke Singapura,” katanya.

Dengan tetap mengejar target itu, saat ini CRSL juga semakin menguatkan penjualan di dalam negeri. Salah satu caranya dengan banyak berkolaborasi. Terakhir, mereka berkolaborasi dengan klub sepak bola PSS Sleman. CRSL membuat merchandise dan jersey fantasinya. Sebelumnya, mereka juga sempat berkolaborasi dengan Semar Nusantara, permen Fox’s, Ultra Milk, Teh Botol Sosro, hingga Kemenparekraf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sentimen: positif (94.1%)