Sentimen
13 Nov 2024 : 01.44
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Beijing, Tiongkok
Tokoh Terkait
Data Inflasi AS Bikin Rupiah Terpental
Medcom.id Jenis Media: Ekonomi
13 Nov 2024 : 01.44
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Selasa merosot seiring pelaku pasar menunggu rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).
Pada akhir perdagangan Selasa, rupiah tergelincir 92 poin atau 0,59 persen menjadi Rp15.782 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.690 per USD.
Sedangkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada Selasa turun ke level Rp15.771 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.677 per USD.
"Fokus pekan ini adalah pada data inflasi indeks harga konsumen AS yang utama, yang diperkirakan akan menunjukkan inflasi tetap stabil pada Oktober. Pembacaan tersebut juga kemungkinan akan menjadi faktor ekspektasi terhadap suku bunga," kata pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, dilansir Antara, Selasa, 12 November 2024.
Pasar bertaruh kebijakan inflasi di bawah Presiden AS Donald Trump akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang. Dolar melesat ke level tertinggi empat bulan pekan ini. Sementara imbal hasil Treasury juga bergerak naik. Sikap proteksionis Trump terhadap perdagangan dan imigrasi diperkirakan akan menjadi faktor inflasi yang lebih tinggi.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Atet
Menanti pejabat The Fed berpidato
Di luar pembacaan inflasi, sejumlah pejabat Federal Reserve juga akan berpidato pekan ini, memberikan lebih banyak isyarat tentang kebijakan setelah bank sentral memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pekan lalu.
Para pedagang terlihat memperkirakan peluang 66,7 persen untuk pemangkasan 25 bps lagi pada Desember 2024, dan peluang 33,3 persen suku bunga akan tetap tidak berubah, CME Fedwatch menunjukkan.
Selain itu, Kongres Rakyat Nasional Tiongkok menyetujui 10 triliun yuan dalam langkah-langkah utang baru untuk mendukung pemerintah daerah. Namun, para pedagang menolak karena kurangnya langkah-langkah yang ditargetkan untuk konsumsi pribadi dan pasar properti, terutama dalam menghadapi peningkatan tarif perdagangan di bawah kepresidenan Trump.
Meski begitu, analis di JPMorgan mengatakan Tiongkok kemungkinan akan meluncurkan lebih banyak tindakan fiskal yang terarah dalam beberapa bulan mendatang, dan Beijing kemungkinan mencoba mengukur konsekuensi dari kepresidenan Trump.
Sementara dari dalam negeri, kinerja penjualan eceran pada Oktober 2024 diperkirakan mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Oktober 2024 yang diprakirakan mencapai 209,5 atau tumbuh melambat sebesar satu persen year on year (yoy).
Namun, jika dilihat secara bulanan, IPR Oktober mengalami kontraksi 0,5 persen month to month (mtm). Adapun, IPR Oktober 2024 ini lebih rendah dari IPR bulan September lalu yang mencapai 210,6.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
Pada akhir perdagangan Selasa, rupiah tergelincir 92 poin atau 0,59 persen menjadi Rp15.782 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.690 per USD.
Sedangkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada Selasa turun ke level Rp15.771 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.677 per USD.
"Fokus pekan ini adalah pada data inflasi indeks harga konsumen AS yang utama, yang diperkirakan akan menunjukkan inflasi tetap stabil pada Oktober. Pembacaan tersebut juga kemungkinan akan menjadi faktor ekspektasi terhadap suku bunga," kata pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, dilansir Antara, Selasa, 12 November 2024.
Pasar bertaruh kebijakan inflasi di bawah Presiden AS Donald Trump akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang. Dolar melesat ke level tertinggi empat bulan pekan ini. Sementara imbal hasil Treasury juga bergerak naik. Sikap proteksionis Trump terhadap perdagangan dan imigrasi diperkirakan akan menjadi faktor inflasi yang lebih tinggi.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Atet
Menanti pejabat The Fed berpidato
Di luar pembacaan inflasi, sejumlah pejabat Federal Reserve juga akan berpidato pekan ini, memberikan lebih banyak isyarat tentang kebijakan setelah bank sentral memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pekan lalu.
Para pedagang terlihat memperkirakan peluang 66,7 persen untuk pemangkasan 25 bps lagi pada Desember 2024, dan peluang 33,3 persen suku bunga akan tetap tidak berubah, CME Fedwatch menunjukkan.
Selain itu, Kongres Rakyat Nasional Tiongkok menyetujui 10 triliun yuan dalam langkah-langkah utang baru untuk mendukung pemerintah daerah. Namun, para pedagang menolak karena kurangnya langkah-langkah yang ditargetkan untuk konsumsi pribadi dan pasar properti, terutama dalam menghadapi peningkatan tarif perdagangan di bawah kepresidenan Trump.
Meski begitu, analis di JPMorgan mengatakan Tiongkok kemungkinan akan meluncurkan lebih banyak tindakan fiskal yang terarah dalam beberapa bulan mendatang, dan Beijing kemungkinan mencoba mengukur konsekuensi dari kepresidenan Trump.
Sementara dari dalam negeri, kinerja penjualan eceran pada Oktober 2024 diperkirakan mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Oktober 2024 yang diprakirakan mencapai 209,5 atau tumbuh melambat sebesar satu persen year on year (yoy).
Namun, jika dilihat secara bulanan, IPR Oktober mengalami kontraksi 0,5 persen month to month (mtm). Adapun, IPR Oktober 2024 ini lebih rendah dari IPR bulan September lalu yang mencapai 210,6.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(AHL)
Sentimen: negatif (88.3%)