Hasto-Wawan Janjikan Satu Nakes di Tiap Kampung Pantau Kesehatan Warga
Harianjogja.com Jenis Media: News
Harianjogja.com, JOGJA - Paslon nomor urut 2 Hasto Wardoyo dan Wawan Harmawan menggaungkan program 1 kampung 1 bidan. Program ini sempat dipertanyakan oleh paslon nomor urut 1 Heroe Poerwadi dan Sri Widya Supena.
Heroe mengatakan, 1 kampung 1 bidan ini akan jadi program yang baik jika ter-realisasi. Namun, dia mempertanyakan bagaimana realisasinya. Utamanya berkaitan dengan anggaran dan tempat tinggal bidan jika harus menetap di satu kampung.
Di sisi lain, Heroe mengatakan sejatinya Pemkot Jogja sudah mengerahkan kader posyandu untuk bisa memantau kesehatan masyarakat, mulai dari balita, lansia, hingga ibu hamil. Pemkot Jogja juga sudah memiliki program pelayanan gawat darurat PSC 119 YES.
"Ini akam menjadi gerakan bersama, semuanya bisa dilakukan untuk mempercepat layanan kalau diperlukan secepatnya. Sekarang sudah berjalan," kata Heroe.
Menanggapi pertanyaan Heroe, calon wali kota Jogja nomor urut 2 Hasto Wardoyo menuturkan yang dimaksud dengan program 1 kampung 1 bidan ini tak selau menerjunkan bidan. Namun, bisa bidan, perawat, ataupun petugas kesehatan. Dia memastikan ini berbeda dengan program yang sudah digagas Pemkot Jogja. Sebab, tenaga kesehatan yang diterjunkan merupakan tenaga profesional, bukan kader. Ini juga bisa menjadi jawaban atas minimnya lapangan kerja bagi lulusan ilmu kesehatan.
"Kalau saya lihat di beberapa negara maju, dokter umum mengampu wilayah tertentu. Kalau di sini dokter melekat betul dengan keluarga yang ada, sulit. Tapi untuk bidan dan perawat masih sangat mungkin," jawab Hasto.
Dia menambahkan, program yang digagasnya ini juga berbeda dengan program Pemkot Jogja yang saat ini berjalan. Sebab, petugas kesehatan profesional tak hanya bertugas pada saat-saat emergency saja. Petugas kesehatan benar-benar mengawal kesehatan warga by name by address. Hasto menyebut ini layaknya rumah sakit tanpa dinding.
Program ini juga menjadi jawaban atas berbagai persoalan. Misalnya tingginya angka kematian ibu dan anak lantaran tidak terjangkau oleh layanan kesehatan. Di sisi lain, Kota Jogja juga banyak akan gang-gang kecil yang memungkinkam masyarakat sulit untuk mengakses fasilitas layanan kesehatan terdekat.
"Tidak hanya ketika emergency. Dia punya catatan semua. Punya register semua kondisi kesehatan. Kalau ada satu yang bertanggung jawab, peta kesehatan sudah diketahui dengan baik. Petugas selalu mengikuti, melekat," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentimen: positif (96.8%)