Harga Emas Tertekan, Dolar AS Menguat Pascakemenangan Trump
8 Nov 2024 : 14.24
Views 3
Medcom.id Jenis Media: Ekonomi
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) menunjukkan tren penurunan tajam pada Rabu, 6 November 2024, mencapai kisaran USD2.660-an.
Menurut analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, sentimen ini didorong oleh penguatan dolar AS (USD) yang meningkat setelah Donald Trump, kandidat Partai Republik, dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden AS.
"Situasi ini telah memicu aliran modal dari aset safe haven seperti emas ke dolar AS, bitcoin, dan saham, yang dianggap lebih menarik di tengah kondisi pasar yang bergejolak," kata Andy dalam keterangan tertulis, Kamis, 7 November 2024.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi penurunan harga emas adalah penguatan dolar AS. Terpilihnya Trump sebagai Presiden AS berikutnya menciptakan ekspektasi kebijakan ekonomi yang pro-bisnis dan pro-pasar akan segera diterapkan.
Indeks dolar AS (DXY) melonjak lebih dari 1,3 persen ke level tertinggi 105,32 pada Rabu, mengindikasikan arus modal besar ke USD dan memukul harga emas ke level terendah dalam tiga minggu terakhir di USD2.646 pada Kamis, 7 November 2024.
Kenaikan pasar saham Trump berjanji akan menurunkan pajak dan melonggarkan regulasi bagi sektor bisnis, mendorong pasar saham AS untuk reli. Di pasar saham berjangka AS, S&P 500 naik 2,2 persen dalam perdagangan pra-pasar, sementara Dow 30 futures naik lebih dari 1,3 persen.
"Kenaikan pasar saham ini semakin menekan permintaan untuk emas, yang sering dianggap sebagai investasi defensif ketika pasar sedang volatil," ucap dia.
Dari segi analisis teknikal, Andy Nugraha mencatat bahwa indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menunjukkan tren bearish yang kuat pada XAU/USD.
Dengan dominasi tren bearish ini, emas diproyeksikan memiliki peluang untuk jatuh lebih lanjut hingga level USD2.637. Namun, jika terjadi pantulan harga (rebound) di level tersebut, maka harga emas memiliki potensi untuk naik kembali menuju target terdekat di USD2.676.
Proyeksi ini menegaskan bahwa tekanan dari penguatan dolar AS, yang didorong oleh ekspektasi kebijakan ekonomi pro-bisnis Trump, membuat emas kehilangan daya tariknya sebagai safe haven.
"Di tengah pasar yang sangat optimis terhadap kebijakan pajak rendah dan prospek regulasi yang lebih longgar di sektor bisnis dan kripto, pergerakan emas kemungkinan akan terus mengalami tekanan," ucap dia. Trump bisa selesaikan konflik Timur Tengah dan Ukraina Selain itu, klaim Trump yang optimistis ia dapat menyelesaikan konflik di Timur Tengah dan Ukraina hanya dalam waktu satu hari memberikan angin segar bagi pasar.
Meski tampak berlebihan, klaim ini cukup mengurangi kekhawatiran geopolitik yang biasanya mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas.
Sentimen ini diperparah oleh kekhawatiran Federal Reserve (The Fed) mungkin tidak akan melanjutkan kebijakan pelonggaran yang agresif, mengingat defisit belanja yang tinggi di AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS yang terus naik akibat spekulasi ini menambah tekanan pada harga emas, karena investor lebih memilih aset yang memberikan imbal hasil ketimbang emas yang tidak memberikan imbal hasil sama sekali.
"Hal ini semakin memicu aksi jual pada emas, menjadikannya jalur yang paling mudah untuk bergerak ke bawah dalam jangka pendek," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
Menurut analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, sentimen ini didorong oleh penguatan dolar AS (USD) yang meningkat setelah Donald Trump, kandidat Partai Republik, dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden AS.
"Situasi ini telah memicu aliran modal dari aset safe haven seperti emas ke dolar AS, bitcoin, dan saham, yang dianggap lebih menarik di tengah kondisi pasar yang bergejolak," kata Andy dalam keterangan tertulis, Kamis, 7 November 2024.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi penurunan harga emas adalah penguatan dolar AS. Terpilihnya Trump sebagai Presiden AS berikutnya menciptakan ekspektasi kebijakan ekonomi yang pro-bisnis dan pro-pasar akan segera diterapkan.
Indeks dolar AS (DXY) melonjak lebih dari 1,3 persen ke level tertinggi 105,32 pada Rabu, mengindikasikan arus modal besar ke USD dan memukul harga emas ke level terendah dalam tiga minggu terakhir di USD2.646 pada Kamis, 7 November 2024.
Kenaikan pasar saham Trump berjanji akan menurunkan pajak dan melonggarkan regulasi bagi sektor bisnis, mendorong pasar saham AS untuk reli. Di pasar saham berjangka AS, S&P 500 naik 2,2 persen dalam perdagangan pra-pasar, sementara Dow 30 futures naik lebih dari 1,3 persen.
"Kenaikan pasar saham ini semakin menekan permintaan untuk emas, yang sering dianggap sebagai investasi defensif ketika pasar sedang volatil," ucap dia.
Dari segi analisis teknikal, Andy Nugraha mencatat bahwa indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menunjukkan tren bearish yang kuat pada XAU/USD.
Dengan dominasi tren bearish ini, emas diproyeksikan memiliki peluang untuk jatuh lebih lanjut hingga level USD2.637. Namun, jika terjadi pantulan harga (rebound) di level tersebut, maka harga emas memiliki potensi untuk naik kembali menuju target terdekat di USD2.676.
Proyeksi ini menegaskan bahwa tekanan dari penguatan dolar AS, yang didorong oleh ekspektasi kebijakan ekonomi pro-bisnis Trump, membuat emas kehilangan daya tariknya sebagai safe haven.
"Di tengah pasar yang sangat optimis terhadap kebijakan pajak rendah dan prospek regulasi yang lebih longgar di sektor bisnis dan kripto, pergerakan emas kemungkinan akan terus mengalami tekanan," ucap dia. Trump bisa selesaikan konflik Timur Tengah dan Ukraina Selain itu, klaim Trump yang optimistis ia dapat menyelesaikan konflik di Timur Tengah dan Ukraina hanya dalam waktu satu hari memberikan angin segar bagi pasar.
Meski tampak berlebihan, klaim ini cukup mengurangi kekhawatiran geopolitik yang biasanya mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas.
Sentimen ini diperparah oleh kekhawatiran Federal Reserve (The Fed) mungkin tidak akan melanjutkan kebijakan pelonggaran yang agresif, mengingat defisit belanja yang tinggi di AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS yang terus naik akibat spekulasi ini menambah tekanan pada harga emas, karena investor lebih memilih aset yang memberikan imbal hasil ketimbang emas yang tidak memberikan imbal hasil sama sekali.
"Hal ini semakin memicu aksi jual pada emas, menjadikannya jalur yang paling mudah untuk bergerak ke bawah dalam jangka pendek," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(ANN)
Sentimen: positif (94.1%)