5 Tantangan Ekonomi Tahun Depan Versi BI
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNN Indonesia --
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan lima tantangan ekonomi yang harus menjadi perhatian pemerintah di tahun depan.
Pertama, perlambatan ekonomi global. BI memperkirakan ekonomi global yang tahun ini diproyeksikan tumbuh 3 persen, tahun depan bisa melemah ke 2,6 persen.
Perry mengatakan perlambatan ekonomi global dipicu pengetatan kebijakan moneter di negara maju. Perlambatan itu juga berdampak pada pelemahan kinerja ekonomi di negara emerging market.
Kedua, lonjakan inflasi di beberapa negara dunia. Ia menuturkan saat ini inflasi AS pun telah mencapai 9,2 persen.
Menurutnya lonjakan inflasi ini terjadi imbas ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang menyebabkan melonjaknya harga energi dan pangan.
"Ini membuat pertumbuhan ekonomi global menurun dan inflasi tinggi," kata Perry dalam konferensi pers, Kamis (20/10).
Ketiga, kenaikan suku bunga yang agresif di negara-negara maju. Perry menjelaskan bank-bank sentral di negara maju seperti AS dan Eropa mengereka suku bunga demi mengendalikan inflasi.
[-]
Ia bahkan memprediksi bank sentral AS (The Feb) masih akan terus menaikkan suku bunga acuan hingga level 4,75 persen di akhir tahun ini.
Meski begitu, Perry menyebut kenaikan suku bunga itu belum terlalu efektif menekan inflasi. Pasalnya, inflasi di negara maju tersebut tidak hanya disebabkan oleh permintaan tapi juga dari sisi pasokan.
"Ini lah yang muncul risiko-risiko stagnasi dan inflasi yang tinggi. Bahkan di sejumlah negara termasuk juga probabilitas AS masuk di Resesi itu juga meningkat," imbuhnya.
Keempat, kenaikan suku bunga The Fed yang meningkatkan indeks dolar AS. Perry mengatakan kenaikan suku bunga The Fed membuat indeks dolar menguat.
Imbasnya, mata uang negara lain pun terdepresiasi.
"Bahkan kalau dihitung dari tahun lalu penguatan dolar lebih dari 20 persen, hampir mencapai 25 persen, dan ini menyebabkan pelemahan mata uang dunia," kata Perry.
Kelima, risiko persepsi investor. Menurutnya, dalam kondisi yang serba tidak pasti ini ada kecenderungan investor untuk menarik dananya dari investasi domestik.
"Khususnya investasi portofolio dan menumpuknya di dalam tunai atau yang sering disebut cash is the king," Ujar Perry.
(mrh/agt)
[-]
Sentimen: negatif (99.9%)