Harga Minyak Dunia Terbang 15% Bulan Juli, Ulah Kartel OPEC+?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dibuka melemah pada pembukaan perdagangan Selasa (1/8/2023) setelah mengalami kenaikan 15% dalam sepanjang bulan Juli karena kebijakan pemotongan minyak oleh OPEC+.
Harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,09% di posisi US$81,73 per barel, begitu juga harga minyak mentah brent dibuka melemah 0,37% ke posisi US$85,24 per barel.
Pada perdagangan Senin (31/7/2023), minyak WTI di tutup melesat 1,51% ke posisi US$81,8 per barel, begitu juga minyak brent naik 0,67% ke posisi US$85,56 per barel.
Sepanjang Juli 2023 harga minyak mentah WTI melonjak 15,80% sedangkan harga minyak mentah brent terapresiasi 14,23%.
Kenaikan harga minyak sepanjang bulan Juli didorong dari penurunan produksi minyak OPEC setelah Arab Saudi melakukan pemotongan sukarela tambahan sebagai bagian dari perjanjian terbaru kelompok produsen OPEC+ untuk mendukung pasar dan pemadaman yang membatasi pasokan Nigeria.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak telah memompa 27,34 juta barel per hari (bpd) pada bulan Juli, turun 840.000 bpd dari bulan Juni. Hal itu menjadi yang terendah sejak September 2021 menurut survei Reuters.
Arab Saudi berjanji untuk memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari pada bulan Juli sebagai bagian dari kesepakatan OPEC+ pada bulan Juni yang membatasi pasokan hingga tahun 2024. Minyak mulai reli, dengan minyak mentah Brent LCOc1 diperdagangkan di atas US$85 per barel, naik dari mendekati US$71 pada akhir Juni .
Langkah Arab Saudi yang dilakukan oleh Menteri Energi Pangeran Abdulaziz bin Salman disebut sebagai "Lollipop Saudi," muncul di atas pemotongan sukarela sebelumnya yang telah diumumkan oleh Riyadh dan beberapa anggota OPEC+ lainnya, dan menambah pengurangan yang dibuat berdasarkan perjanjian OPEC+ akhir tahun 2022.
Kenaikan di Angola dan Irak karena ekspor yang lebih tinggi membatasi penurunan produksi OPEC pada bulan Juli.
Output OPEC masih di bawah jumlah yang ditargetkan hampir 1 juta barel per hari sebagian karena Nigeria dan Angola tidak memiliki kapasitas untuk memompa sebanyak tingkat yang disepakati.
Arab Saudi menurunkan produksi sebesar 860.000 bpd dari bulan ke bulan. Angka dari Kpler menunjukkan ekspor minyak mentah turun lebih dari 600.000 bpd dari bulan ke bulan, meskipun pelacak kapal tanker lain menemukan penurunan ekspor yang lebih kecil.
Penurunan terbesar kedua terjadi di Nigeria di mana Shell menangguhkan pemuatan minyak mentah Forcados karena potensi kebocoran di terminal ekspor. Output Libya melemah karena penghentian singkat di beberapa lapangan karena protes.
Dari China, langkah-langkah stimulus China dan peningkatan perjalanan udara dapat meningkatkan harga akhir tahun ini. Permintaan minyak global diperkirakan meningkat sekitar 1-2,1 juta barel per hari (bph) pada tahun 2023, dipimpin oleh China.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[-]
-
Harga Minyak Mentah Dunia Anjlok Gara-gara Ulah Libya(saw/saw)
Sentimen: negatif (100%)