Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Kasus: pengangguran
Data Jepang-China Bakal Mewarnai Hari Ini, Kuatkah Rupiah?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih keok terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pekan lalu dan hari ini pasar akan lebih banyak diwarnai sentimen dari Asia terutama Jepang dan China.
Merujuk data Refinitiv, rupiah melemah 0,63% terhadap dolar AS ke level Rp 15.090/US$ pada perdagangan yang berakhir Jumat (28/7/2023). Hal ini berkebalikan dari penutupan perdagangan hari sebelumnya yang menguat 0,13%. Secara mingguan, mata uang Garuda telah melemah sebesar 0,47% dan merupakan pelemahan paling dalam sejak 12 Juli 2023.
Rupiah ambles pada pekan lalu disinyalir merespon sejumlah data ekonomi AS yang terpantau masih kuat mulai dari pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang ternyata lebih tinggi dari ekspektasi. Ini menunjukkan ekonomi negeri Paman Sam kemungkinan menjauhi resesi semakin nyata.
Sementara pada hari ini, pelaku pasar bakal menanti banyak sentimen dari pasar Asia terutama dari Jepang dan China. Pertama, dari negeri asal bunga Sakura yang bakal merilis penjualan ritel pada periode Juni 2023 yang diperkirakan tumbuh 5,9%, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh 5,7%. Kepercayaan konsumen juga diproyeksi meningkat ke 36,8, menurut data Trading Economics.
Kemudian, kondisi manufaktur Jepang diproyeksi masih dalam area kontraksi di bawah 50, kendati demikian tingkat pengangguran kemungkinan besar bisa membaik di 2,5%, turun sedikit dari sebelumnya di 2,6%. Perbaikan data ekonomi Jepang tak lepas dari kebijakan ultra longgar pemerintah dengan menurunkan suku bunga menjadi -0,1%.
Dari China akan rilis seperti kondisi manufaktur juga yang diperkirakan membaik, nampak dari proyeksi PMI Manufaktur olah NBS ke posisi 49,2 pada Juni 2023 dibandingkan bulan sebelumnya di 49, kendati nilainya masih dibawah 50 yang menunjukkan manufaktur negeri asal Panda tersebut masih terkontraksi.
Kondisi manufaktur dari kedua negara tersebut menjadi fokus pasar hari ini, sebab China dan Jepang merupakan negara tujuan ekspor terbesar RI. Oleh karena itu, jika ada kontraksi lagi atau tidak sesuai ekspektasi bisa mempengaruhi ekspor yang kemungkinan besar bisa melemah.
Melemahnya ekspor akan berdampak pada pasar keuangan, karena aliran dana masuk bisa berkurang yang membuat rupiah bisa lanjut melemah. Kendati demikian, mulai awal Agustus akan diterapkan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang lebih ketat, harapannya ini bisa menjadi booster bagi cadangan devisa agar semakin kuat melawan tekanan eksternal.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal mata uang Garuda kembali menembus ke atas level psikologis Rp15.000/US$ menunjukkan rupiah yang terus melemah, posisi tersebut menjadi support kuat akan tetapi ada yang lebih dekat di Rp15.030/US$ berdasarkan garis horizontal dari high candle 21 Juli 2023.
Melihat dari sisi volume mulai terlihat ada divergen, dimana harga naik tetapi volume turun yang menunjukkan tekanan pelemahan bisa semakin mereda. Oleh karena itu, penguatan potensi bisa terjadi dalam jangka pendek ke support terdekat.
Kendati begitu, tetap perlu diantisipasi apabila rupiah masih lanjut melemah. Bisa diperhatikan posisi resistance sebagai target pelemahan terdekat yang bisa diuji di posisi Rp15.100 yang diambil berdasarkan round number area.
Foto: TradingviewPergerakan rupiah melawan dolar AS
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[-]
-
Krisis Perbankan Mulai Reda, Rupiah Kembali Bertenaga(tsn/tsn)
Sentimen: netral (79.8%)