Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Unilever
BUMN: BRI, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Tokoh Terkait
IHSG Gagal Double Hattrick, 10 Saham Ini Biang Keroknya
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (27/7/2023), di mana IHSG gagal mempertahankan penguatannya selama lima hari beruntun.
IHSG ditutup melemah 0,74% ke posisi 6.896,663. IHSG kembali menyentuh level psikologis 6.800 pada akhir perdagangan hari ini, setelah sempat bertahan di zona psikologis 6.900.
Setidaknya ada lima sektor yang memberatkan IHSG pada hari ini, di mana sektor teknologi menjadi pemberat terbesar yakni mencapai 2,31%. Selain sektor teknologi, ada sektor kesehatan (-1,2%), sektor infrastruktur (-1,11%), energi (-1,06%), dan industri (-0,8%).
Selain itu, beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada perdagangan hari ini.
Emiten Kode Saham Indeks Poin Harga Terakhir Perubahan Harga Telkom Indonesia TLKM -19,65 3.720 -4,12% Bank Central Asia BBCA -8,36 9.225 -1,34% Bayan Resources BYAN -4,67 20.700 -1,31% GoTo Gojek Tokopedia GOTO -4,35 111 -1,77% Sumber Alfaria Trijaya AMRT -3,92 2.750 -2,83% Astra International ASII -3,58 6.525 -1,14% Bank Rakyat Indonesia BBRI -2,75 5.650 -0,44% Unilever Indonesia UNVR -1,86 3.840 -3,27% Adaro Energy Indonesia ADRO -1,68 2.450 -2,00% Kalbe Farma KLBF -1,51 1.905 -1,55% Semen Indonesia SMGR -1,29 6.675 -2,20%Sumber: Refinitiv
Saham telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi pemberat terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 19,6 indeks poin.
Koreksi IHSG terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) mengumumkan hasil rapat dua harinya dini hari tadi waktu Indonesia.
The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bp) menjadi 5,25-5,5%, setelah pada pertemuan sebelumnya yakni edisi Juni 2023 menahan suku bunga acuannya.
Dengan kenaikan tersebut, suku bunga The Fed (Federal Fund Rate/FFR) sudah naik sebanyak 11 kali dengan total kenaikan sebesar 525 bp sejak Maret 2022. Suku bunga di level 5,25-5,5% saat ini adalah yang tertinggi sejak 2001 atau 22 tahun terakhir.
Kenaikan suku bunga sebesar 25 bp memang sudah sesuai ekspektasi pasar. Tetapi, yang membuat pasar kecewa adalah The Fed masih membuka kemungkinan kenaikan ke depan tergantung pada perkembangan data ekonomi.
Padahal, pasar berekspektasi jika kenaikan pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini.
Chairman The Fed, Jerome Powell menjelaskan keputusan suku bunga akan sangat tergantung pada data yang berkembang.
"Bisa saya katakan ada kemungkinan bahwa kami akan menaikkan suku bunga kembali di September jika datanya meyakinkan," tutur Powell.
Namun, Powell juga mengindikasikan ada peluang The Fed untuk menahan suku bunga ke depan jika datanya mendukung.
"Saya juga bisa katakan ada peluang bagi kami untuk memilih menahan suku bunga. Kami akan melakukan penilaian secara hati-hati dari meeting ke meeting," imbuh Powell.
Belum jelasnya kebijakan The Fed ke depan akan menimbulkan lebih banyak ketidakpastian global karena investor harus menunggu dan mempertimbangkan rilis data ekonomi AS terbaru.
Alhasil, investor akan cenderung kembali wait and see dan membuat pasar saham kembali mengalami volatilitas yang tinggi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[-]
-
IHSG Loyo Lagi, 4 Saham Big Cap Ini Jadi Pemberatnya(chd/chd)
Sentimen: negatif (72.7%)