Sentimen
Negatif (92%)
27 Jul 2023 : 17.00
Informasi Tambahan

BUMN: Bank Mandiri, Garuda Indonesia

Rupiah Berjaya Meski The Fed Masih Berpotensi 'Galak'

27 Jul 2023 : 17.00 Views 3

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Rupiah Berjaya Meski The Fed Masih Berpotensi 'Galak'

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah pengumuman kebijakan moneter Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed)

Merujuk dari

Rupiah menguat 0,10% terhadap dolar AS ke level Rp 15.000/US$1. Hal ini berkebalikan dari penutupan perdagangan kemarin yang melemah 0,17% ke angka Rp 15.015/US$1.

-

-

Rupiah tetap menguat meskipun pasar kecewa karena The Fed tidak memberi sinyal pelonggaran dalam waktu dekat. The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25-5,5%. The Fed masih membuka kemungkinan kenaikan ke depan tergantung pada perkembangan data ekonomi.
Padahal, pasar berekspektasi jika kenaikan pada Juli akan menjadi yang terakhir tahun ini.

Chairman The Fed Jerome Powell menjelaskan keputusan suku bunga akan sangat tergantung pada data yang berkembang.
"Bisa saya katakan ada kemungkinan bahwa kami akan menaikkan suku bunga kembali di September jika datanya meyakinkan," tutur Powell, dalam konferensi pers, dikutip dari CNBC International.

Namun, Powell juga mengindikasikan ada peluang The Fed untuk menahan suku bunga ke depan jika datanya mendukung.
"Saya juga bisa katakan ada peluang bagi kami untuk memilih menahan suku bunga. Kami akan melakukan penilaian secara hati-hati dari meeting ke meeting," imbuh Powell.

Belum adanya kejelasan kebijakan The Fed ke depan juga akan membuat investor tidak akan jor-joran dalam mengalirkan dananya ke Emerging Markets seperti Indonesia.
Kondisi ini bisa membuat bursa saham, rupiah, dan SBN rentan ditinggalkan investor sehingga melemah.
Belum jelasnya kebijakan The Fed ke depan juga akan menimbulkan lebih banyak ketidakpastian global karena investor harus menunggu dan mempertimbangkan rilis data ekonomi AS terbaru.

"Tekanan kepada mata uang (rupiah) masih akan berlanjut dalam 1-2 bulan ke depan karena market akan sangat bergantung kepada data inflasi AS atau data lain lain mempengaruhi The Fed," tutur kepala ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, kepada CNBC Indonesia.

Namun, Andry mengingatkan jika ekspektasi pasar masih bergerak saat ini masih memproyeksi The Fed akan menahan suku bunga pada September.

"Ini akan menjadi penopamg positif ke rupiah dan SBN pada akhir tahun. Kami perkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.800-14.900/US$1 hingga akhir tahun," imbuh Andry.

Gubernur BI Perry Warjiyo juga menekankan jika stabilitas rupiah kini menjadi fokus utama BI. Perry juga optimis jika mata uang Garuda akan menguat ke depan sejalan dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta mengalirnya dana asing ke Indonesia.

"BI memperkirakan nilai tukar rupiah menguat cenderung dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi rendah imbal hasil aset keuangan menarik dan dampak positif implementasi PP 36 2023 tentang DHE sumber daya alam," jelas Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur, Selasa (25/7/2023).

Dengan tidak ada kenaikan maka bunga pinjaman diharapkan tidak ikut naik sehingga permintaan pinjaman juga akan meningkat. Kondisi ini dapat mendorong baik permintaan maupun investasi domestik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[-]

-

Jika RI "Jauhi" Dolar AS, Rupiah Hingga Pasar Saham Aman?
(rev/rev)

Sentimen: negatif (92.8%)