Sentimen
Positif (88%)
26 Jul 2023 : 17.13
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Rupiah Melemah Karena Pasar Was-Was Jelang Keputusan Fed

26 Jul 2023 : 17.13 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Rupiah Melemah Karena Pasar Was-Was Jelang Keputusan Fed

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan hari ini. Pelemahan terjadi di tengah sikap wait and see pelaku pasar menunggu rilisnya data suku bunga AS pada Kamis dini hari WIB.

Merujuk dari Refinitiv, Rupiah melemah 0,20% terhadap dolar AS ke angka Rp 15.020/US$1 atau kembali bergerak di atas level psikologis Rp 15.000/US$1. Pelemahan Rupiah ini berlanjut bahkan sempat menyentuh Rp 15.030/US$1.

-

-

Penggerak nilai mata uang Garuda hari ini datang dari rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan diumumkan pada hari ini waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 98,9% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5% pada bulan ini.

Dilansir dari CNBC International, analis R/Evolution Gate, Rishi Sadarangani mengungkapkan bahwa rapat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menjadi penting karena pasar berekspektasi jika hanya ada dua atau sekali lagi kenaikan (suku bunga). 
Selain itu, pelaku pasar juga menunggu apa yang disampaikan Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, terutama mengenai sinyal kebijakan ke depan.

Jika The Fed mengisyaratkan akan melunak seperti ekspektasi pasar maka hal ini akan berdampak positif bagi perekonomian AS dan pasar keuangan global. 
Aliran modal asing diharapkan mengalir ke Emerging Market, termasuk Indonesia, sehingga rupiah akan menguat.
Sebaliknya, jika The Fed masih akan hawkish ke depan, maka diperkirakan akan terjadi keruntuhan di pasar keuangan yang akan menekan rupiah.

Sementara kabar baik datang dari dalam negeri setelah Bank Sentral Indonesia (BI) menahan suku bunga kembali di level 5,75% pada bulan ini. Keputusan BI ini sejalan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan suku bunga akan tetap dipertahankan.

Gubernur BI Perry Warjiyo juga menekankan jika stabilitas rupiah kini menjadi fokus utama BI. Perry juga optimis jika mata uang Garuda akan menguat ke depan sejalan dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta mengalirnya dana asing ke Indonesia.

"BI memperkirakan nilai tukar rupiah menguat cenderung dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi rendah imbal hasil aset keuangan menarik dan dampak positif implementasi PP 36 2023 tentang DHE sumber daya alam," jelas Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur, Selasa (25/7/2023).

Dengan tidak ada kenaikan maka bunga pinjaman diharapkan tidak ikut naik sehingga permintaan pinjaman juga akan meningkat. Kondisi ini dapat mendorong baik permintaan maupun investasi domestik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Berita dari Surat Berharga Negara (SBN) pun menjadi hal yang perlu dicermati. Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik ke 6,233% dari 6,246% pada perdagangan hari sebelumnya. Yield yang melandai menjadi tanda harga SBN yang semakin mahal karena investor mengincar SBN.

Minat investor asing pada surat berharga dalam negeri juga masih tinggi. Terlihat penawaran asing yang masuk dari hasil lelang SUN per 25 Juli 2023 mencapai 15.09% atau setara Rp4,15 triliun dari total incoming bids sebesar Rp30 triliun. Sedangkan dari yang dimenangkan (awarded bid) sebanyak Rp13 triliun, ada 20,50% atau Rp2,66 triliun merupakan kontribusi investor asing.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[-]

-

Jika RI "Jauhi" Dolar AS, Rupiah Hingga Pasar Saham Aman?
(rev/rev)

Sentimen: positif (88.7%)