Harga Emas Anjlok 1,2%, Pemilik Emas Jantungnya Masih Sehat?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terus merosot menjelang pengumuman kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Pada perdagangan Senin (24/7/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.954,52 per troy ons. Harganya melemah 0,29%.
Pelemahan ini memperpanjang derita emas yang juga melemah pada tiga hari perdagangan sebelumnya. Dengan demikian, harga emas sudah melemah dalam empat hari beruntun dengan pelemahan mencapai 1,22%.
Namun, harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan Selasa (25/7/2023) pukul 06:12 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.954,88 per troy ons atau menguat 0,02%.
Analis dari RJO Futures, Bob Haberkorn, menjelaskan pelemahan emas disebabkan oleh sikap wait and see pelaku pasar menunggu kebijakan The Fed.
The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mulai hari ini dan berakhir besok. The Fed akan mengumumkan hasil rapat pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
"Emas saat ini melemah dan enggan bergerak karena trader bertaruh jika siklus kenaikan suku bunga The Fed akan semakin mendekati akhir," tutur Haberkorn, dikutip dari Reuters.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 99,8% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5% pada bulan ini.
Artinya, pasar sudah hampir yakin jika The Fed akan menaikkan suku bunga. Namun, yang paling ditunggu pasar bukanlah kenaikan suku bunga melainkan seperti apa kebijakan The Fed setelah Juli.
Pasar menunggu sinyal dari The Fed mengenai kapan pelonggaran kebijakan akan dilakukan.
Pelaku pasar berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini. Jika nantinya Chairman The Fed Jerome Powell masih memberikan sinyal hawkish maka emas bisa longsor.
Sebaliknya, jika The Fed sudah memberi sinyal jelas kebijakan dovish maka pasar diharapkan bisa menguat tajam.
Dengan tidak adanya kenaikan maka dolar AS diharapkan akan melemah dan yield surat utang pemerintah AS akan melandai.
Kondisi tersebut akan menguntungkan emas karena dolar semakin terjangkau untuk investasi.
Di sisi lain, emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield hanya merugikan emas.
"Kebijakan dovish dalam bentuk apapun akan membuat emas menguat tajam. Ada peluang emas untuk menembus US$2.000," tutur Carlo Alberto De Casa, analis dari Kinesis Money.
Faktor lain yang membuat emas terus melemah adalah tingginya imbal hasil surat utang AS. Imbal hasil surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun menembus 3,86% kemarin, meningkat pesat dari 3,74% pada Rabu pekan lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[-]
-
Emas Akhiri Tren Buruk, Sanggupkan Terus Menguat?
(mae/mae)
Sentimen: positif (96.9%)