Sentimen
Positif (99%)
24 Jul 2023 : 13.36
Informasi Tambahan

BUMN: BUMD

Grup Musik: APRIL

Hewan: Ayam

Kab/Kota: Jabodetabek, Blitar, Kendal

Kasus: stunting

Tokoh Terkait

Ternyata Ini Biang Kerok Harga Telur dan Ayam Masih Mahal

24 Jul 2023 : 20.36 Views 3

Detik.com Detik.com Jenis Media: Ekonomi

Ternyata Ini Biang Kerok Harga Telur dan Ayam Masih Mahal
Jakarta -

Harga telur ayam dan daging ayam tak kunjung turun sejak akhir April 2023. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan kenaikan harga daging ayam dan telur ayam merupakan dinamika yang tidak bisa dihindari karena kenaikan biaya pokok produksi yang membebani produsen.

"Kenaikan harga dipengaruhi misalnya dengan naiknya harga DOC yang sebelumnya Rp 5.000 saat ini sampai Rp 8.000 per ekor. Harga jagung dulu Rp 3.150 per kg saat ini Rp 5.000 per kg. Bahkan sebelumnya sampai di atas Rp. 6.000 per kg. Oleh karena itu, tugas kita bersama menjaga kewajaran harga di tiga lini yaitu di tingkat produsen, pedagang, dan konsumen sesuai arahan Bapak Presiden." ujar Arief, dalam keterangannya dikutip Senin (24/7/2023).

Arief menambahkan proses harga keseimbangan baru ini merupakan bagian dari transisi kewajaran harga, baik di sisi produsen dan konsumen. Karena sebelumnya ternyata ketidakseimbangan harga dan menyebabkan para peternak mengalami kerugian besar, dan di waktu yang sama harga ayam dan telur di pasaran sangat murah.

-

-

"Bulan Januari 2023 lalu, saudara-saudara kita Peternak Ayam dan Ayam Petelur sudah banyak merugi dan tutup karena tidak sesuainya biaya produksi versus harga jualnya. Nah ini harus kita urai satu persatu. Jangan sampai harga murah di atas kertas tapi sedulur peternak bangkrut, malah tidak ada telur nanti di masyarakat," terangnya.

Untuk itu, Arief menekankan saat ini pemerintah terus membantu untuk memperbaiki dari sisi peternak yang sempat mengalami kerugian. Karena khawatir jika situasi itu tidak diperbaiki, Indonesia terancam krisis pasokan daging ayam dan telur.

"Tentu kita tidak ingin para produsen ini berhenti berproduksi, sebab ketika peternak berhenti berproduksi maka neraca akan defisit kita tidak dapat memenuhi kebutuhan protein dari unggas dari produksi dalam negeri. Ini yang kita hindari," terang Arief.

"Saat ini waktunya kita mensupport Peternak Ayam Broiler dan Peternak Ayam Petelur agar mendapatkan harga yang baik. Sambil kita kontrol harga di tingkat konsumen bersama sama." tambahnya.

Arief mengungkapkan dalam menjaga keseimbangan harga tersebut pihaknya melakukan sejumlah langkah strategis dan menyeluruh dari aspek hulu hingga hilir. Selain mengeluarkan regulasi terkait harga acuan, Bapanas juga mendorong stabilitas pasokan melalui Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) jagung pakan dari daerah surplus di wilayah Sumbawa dan Dompu Nusa Tenggara Barat ke daerah sentra peternak di Blitar dan Kendal.

Dengan intervensi pemerintah yang menekan harga distribusi jagung pakan tersebut, dapat menekan harga telur dan daging ayam di tingkat hilir.

Pada saat yang sama, di tingkat hilir pemerintah melalui penugasan kepada BUMN pangan ID FOOD menggelontorkan bantuan pangan berupa telur ayam dan daging ayam kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) tiga kali di 7 provinsi sesuai data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Adanya bantuan ini di satu sisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi khususnya pangan sumber protein dan mendukung penurunan stunting, di sisi lain produk peternak terserap oleh pasar dengan baik.

"Kita terus mendorong percepatan penyerapan bantuan daging ayam dan telur ayam ini ke masyarakat sehingga mampu memenuhi kebutuhan asupan protein sekaligus menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi pangan." ujar Arief. Hingga saat ini, realisasi bantuan telur ayam dan daging ayam untuk tahap pertama telah mencapai 98%, dan saat ini sedang dalam proses pendistribusian untuk tahap kedua dan ketiga.

Selain itu, Bapanas bersinergi dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, BUMN Pangan, BUMD, asosiasi dan pelaku usaha pangan terus melakukan intervensi pasar dalam bentuk Gerakan Pangan Murah (GPM) daging ayam.

Pada periode Iduladha bulan Juni 2023, NFA berkolaborasi dengan pemerintah daerah, BUMN pangan, asosiasi, dan pelaku usaha pangan merespon cepat kenaikan harga daging ayam dengan menggelar GPM di 3.800 titik guna memastikan pemenuhan stok dan kebutuhan daging ayam dan telur ayam khususnya di wilayah konsumen seperti DKI Jakarta.

"Mencermati dinamika harga daging ayam ras yang akhir-akhir cenderung meningkat, maka sejak 18 Juli 2023 hingga awal Agustus 2023 NFA bersama stakeholder terkait kembali menggelar GPM daging ayam di 1.995 titik di wilayah Jabodetabek. Tentunya untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga dan menekan inflasi di bulan Juli ini agar tetap berada dalam kondisi yang terkontrol di 3 plus minus 1 persen." ujarnya.

Harga acuan daging ayam dan telur ayam diatur di Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 5 tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras.

Harga telur ayam di produsen Rp 22.000 sampai Rp 24.000/kg dan di konsumen Rp 27.000/kg. Untuk harga daging ayam di sisi produsen Rp 21.000 sampai Rp 23.000/kg dan harga penjualan ke konsumen Rp 36.740/kg.

Sebagai informasi, berdasarkan catatan Panel Harga Pangan milik Badan Pangan Nasional, Senin (24/7/2023) untuk harga daging ayam saat ini tembus Rp 47.000 per kilogram (kg), bahkan di Indonesia bagian timur ada yang tembus Rp 50.000/kg seperti di Maluku. Secara rata-rata nasional daging ayam di angka Rp 37.100/kg.

Sementara harga telur ayam rata-rata nasional Rp 30.850 per kg. Harga tertinggi ada di Maluku, di mana telur ayam tembus Rp 37.000/kg dan terendah ada di Aceh Rp 27.120/kg.

(ada/das)

Sentimen: positif (99.9%)