Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Perang Dunia II
Kab/Kota: Badung
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Tanda-tanda Triple Crisis Mulai Nyata, Indonesia Harus Apa?
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan dunia bisa mengalami krisis di tiga sektor secara berbarengan (triple crises). Tiga sektor yang dimaksud adalah keamanan, ekonomi, dan lingkungan.
Dalam akun Twitter resminya, @SBYudhoyono, ia mengatakan sektor keamanan terancam krisis semenjak perang Rusia-Ukraina, yang bisa membahayakan keamanan internasional. Perang yang terjadi sejak Februari lalu itu hingga kini belum menunjukkan tanda terakhir.
"Jika perang di Ukraina makin 'liar' dan tidak terkendali, terjadinya perang dunia disertai penggunaan senjata nuklir bisa menjadi kenyataan," ujar SBY, Selasa (11/10).
Tak hanya perang Rusia-Ukraina, hubungan China-Taiwan juga memanas setelah Ketua Parlemen AS Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan. Taiwan bahkan telah menggelar simulasi perang terutama serangan udara sebagai antisipasi menghadapi ancaman China pada Senin (25/7).
"Ingat, Perang Dunia II dulu, mandala besarnya ada di Eropa & Asia. Haruskah kita biarkan terjadi lagi?," ujar SBY.
Sementara dari sektor ekonomi, SBY mengingatkan soal ancaman resesi global yang semakin nyata seperti yang telah diperingatkan oleh lembaga seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Presiden Bank Dunia David Malpass sebelumnya mengatakan kebijakan moneter bank sentral yang cukup agresif akan menghambat proses pemulihan ekonomi global. Imbasnya, ekonomi dunia diperkirakan melambat menjadi 0,5 persen tahun depan.
Kemudian IMF memperkirakan ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen pada tahun ini dan 2,9 persen tahun depan.
Adapun dari sektor lingkungan, SBY khawatir apabila goncangan ekonomi dan keamanan global tidak terkendali saat pandemi covid-19 masih ada, maka penyelamatan bumi dari pemanasan global bisa gagal.
Sebab, negara-negara di dunia tidak lagi peduli dan menjadikan upaya penyelamatan bumi menjadi prioritas.
Hal ini terlihat manakala negara-negara di Eropa kembali melirik sumber energi fossil, batu bara, saat ada gangguan pasokan gas dari Rusia.
Sebetulnya, apa yang disampai SBY dalam Twitternya sudah bolak balik dikatakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), meski ia tak menyebut istilah triple crisis.
Kala itu, Jokowi menilai perang Rusia - Ukraina membuat banyak negara mengalami krisis ekonomi, energi, dan pangan.
"Kita harus bersama-sama berjuang untuk menghentikan perang dan membangun perdamaian, tetapi kita juga harus bersiap untuk memitigasi dan mengelola krisis dengan sebaik-baiknya," ujar Jokowi saat membuka Kongres Kelima World Conference on Constitutional Justice (WCCJ) di Badung, Bali, Rabu (5/10).
Jokowi, dalam kesempatan terpisah, juga mengatakan kelangkaan energi dan pangan serta ancaman inflasi global, di tengah perang Rusia-Ukraina akan memperparah krisis ekonomi dunia.
Padahal, perekonomian dunia masih belum pulih usai dihantam pandemi covid-19 selama lebih dari dua tahun ini.
"Perang yang membuat pusing semua negara ini akan memperdalam krisis perekonomian dan meningkatkan ketegangan politik dunia," tuturnya mengingatkan dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2022 bertema Percepatan Pemulihan Ekonomi Indonesia 2022, Selasa (22/3).
"Harga minyak mentah, harga gas, harga pangan, seperti gandum pun naik. Tak terkecuali harga komoditas barang tambang dan batu bara. Kenaikan harga-harga dibayangi dengan lonjakan inflasi. "Permasalahan ini menjadi tantangan banyak negara, termasuk juga Indonesia," imbuh Jokowi.
Selain kondisi ekonomi yang dihantui ancaman krisis, Jokowi pun menyinggung masalah lingkungan, di mana perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini makin mengarah pada kondisi yang mengerikan.
Menurutnya, cuaca ekstrem akan semakin sering terjadi dan disertai risiko tinggi.
"Frekuensi, intensitas, dan durasi bencana hidrometeorologi akan makin meningkat. Daya adaptabilitas tanaman dan produktivitas tanaman semakin menurun dan ini mengancam ketahanan pangan di negara kita," kata Jokowi pada puncak peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-72, Rabu (30/3).
Pada kesempatan berbeda, Jokowi mengatakan tingkat inflasi global, konfrontasi geopolitik, dan perubahan iklim membuat dunia semakin diselimuti ketidakpastian dan tidak bisa diprediksi.
"Sekarang semua berubah ditambah konfrontasi geopolitik, plus perubahan iklim sehingga sekarang bisa kita lihat bencana alam semakin sering terjadi," ujarnya di Investor Daily Summit, Selasa (11/10).
"Dengan situasi yang ada sekarang ini negara manapun dapat terlempar cepat keluar jalur apabila tidak hati-hati dan tidak waspada baik dalam pengelolaan moneter maupun fiskal," lanjutnya.
Indonesia Harus Bagaimana jika Terimbas Triple Crises? BACA HALAMAN BERIKUTNYASentimen: negatif (100%)