Sentimen
Positif (79%)
15 Jul 2023 : 18.30
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Yogyakarta

Anies Singgung Ketimpangan RI karena Ada Wilayah Gelap, Sudah Benar?

16 Jul 2023 : 01.30 Views 3

Detik.com Detik.com Jenis Media: Ekonomi

Anies Singgung Ketimpangan RI karena Ada Wilayah Gelap, Sudah Benar?
Jakarta -

Bakal calon presiden (Bacapres) Anies Baswedan menyatakan ketimpangan di Indonesia dapat terlihat dari gelap terangnya sebuah wilayah di malam hari. Semakin terang suatu wilayah artinya semakin kecil ketimpangan yang terjadi.

Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet permodelan yang dilakukan Anies untuk mengukur ketimpangan memang sudah sering digunakan oleh banyak pihak.

"Ketimpangan kelistrikan ini juga bisa menggambarkan bagaimana ketimpangan antarwilayah dan di beberapa paper ini digunakan untuk misalnya melihat bagaimana ketimpangan antara dua negara ataupun suatu negara dengan beberapa kota di dalamnya," beber Yusuf Rendy kepada detikcom, Sabtu (15/7/2023).

-

-

Benarkah Ketimpangan Dilihat dari Gelap dan Terang?


Ketimpangan Terang dan Gelap

Artinya, ketimpangan yang digambarkan Anies lewat kata gelap dan terang memang benar adanya. Sejalan dengan itu, Yusuf Rendy pun mengatakan ketimpangan antar wilayah memang relatif sangat tinggi saat ini.

"Menganalisis ketimpangan melalui ukuran satelit pencahayaan listrik dan juga penghitungan ukuran ketimpangan wilayah sebenarnya hasilnya linear. Artinya seperti Indonesia sudah dijelaskan di atas bahwa ukuran ketimpangan wilayah itu memang relatif masih tinggi," ungkap Yusuf Rendy.

Melihat ketimpangan di Indonesia bisa dilihat dari gini ratio. Gini ratio mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk yang dihitung dengan skala 0 sampai 1. Bila angka gini ratio mendekati 1 berarti semakin timpang, sementara bila angka gini ratio mendekati 0 maka ekonomi semakin merata.

Rasio Ketimpangan

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat gini ratio di Indonesia terakhir pada September 2022 sebesar 0,381, turun 0,003 poin dari Maret 2022 0,384.

Nyatanya masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang gini ratio-nya berada di atas level rata-rata nasional. Paling tinggi adalah DI Yogyakarta yang mencapai angka 0,459, kemudian Gorontalo dengan angka 0,423, lalu DKI Jakarta dan Jawa Barat berada di level 0,412.

Jubir Anies Buka Suara

Mengutip detikNews, Juru Bicara serta Tim Ahli Ekonomi Anies Baswedan, Thomas Lembong menyebut ekonomi Indonesia tidak merata.

"Kita suka terpukau sama angka dan statistik yang kelihatannya bagus, sampai kita buta pada fakta di depan kita yang kasat mata. Gelapnya banyak kota sekunder dan tersier di malam hari, menunjukkan perkembangan ekonomi di Indonesia yang sangat tidak merata," kata Tom Lembong melalui keterangan tertulis.

Menurut Tom, variabel ekonomi makro seperti produk domestik bruto (PDB) juga kerap membuat banyak kalangan melupakan persoalan komposisi pertumbuhan. Meski PDB Indonesia memang masuk kategori salah satu yang paling tinggi di antara negara-negara besar di dunia, lanjutnya, harus diperhatikan juga persoalan angka agregat sektor dan daerah yang masih timpang.

"Angka seperti itu (PDB) adalah angka agregat yang menyembunyikan komposisi pertumbuhan. Struktur pertumbuhan kita sekarang adalah segelintir sektor dan daerah yang pertumbuhannya kencang, sementara lebih banyak lagi sektor dan daerah yang pertumbuhannya rendah bahkan stagnan. Ketimpangan adalah salah satu tantangan utama kita saat ini," ujarnya.

Tom menilai isu pemerataan listrik yang disampaikan Anies di rakernas APEKSI menjadi penting, karena ketika distribusi listrik lebih merata, akan mampu mengakselerasi aktivitas perekonomian secara lebih luas, sehingga bisa berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional.

"Karena dalam sebuah perkembangan ekonomi yang sehat, urbanisasi (perkembangan perkotaan) terutama di kota-kota sekunder dan tersier, adalah mesin pertumbuhan yang seyogyanya memberikan sumbangan terbesar pada pertumbuhan ekonomi nasional. Itu fenomena yang sama di hampir semua negara berkembang. Jadi kita perlu fokus yang lebih besar, pada kebijakan pengembangan kota sekunder dan tersier," tutup Tom Lembong.

(hal/ara)

Sentimen: positif (79.5%)