Aktor Pierre Gruno ditetapkan jadi tersangka dugaan pemukulan di bar. Semalam, Pierre Gruno juga langsung menjalani pemeriksaan sebagai tersangka.

Pierre Gruno ditetapkan tersangka dalam kasus pemukulan kepada pria bernama Giri D Budisetiawan. Hal itu diungkapkan oleh Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Irwandhy.

"Hari ini Terlapor saudara PSH alias PG, telah kami tetapkan sebagai tersangka dalam dugaan pasal 351 KUHP," kata Kompol Irwandhy kepada awak media, Kamis (13/7/2023) malam.

-

-

Kompol Irwandhy juga menyebut Pierre Gruno telah menjalani pemeriksaan sebagai tersangka.

"Dan dilakukan pemeriksaan kepada yang bersangkutan sebagai Tersangka. Terimakasih," tutupnya singkat.

Pierre Gruno dilaporkan oleh Giri D Budisetiawan. Pierre Gruno diduga melakukan penganiayaan kepada Giri D Budisetiawan di dalam bar sebuah hotel yang berada di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Diduga akibat adanya pemukulan itu menyebabkan korban luka di bagian wajah.

Laporan dugaan pemukulan itu teregister dengan nomor LP/B/1981/VI/2023/SPKT/Polres Metro Jaksel/Polda Metro Jaya. Dalam laporan tersebut, Pierre Gruno dilaporkan dengan tuduhan pasal 351 KUHP tentang penganiayaan.

Kuasa hukum Pierre Gruno, Richard Leonard dan Carles mengatakan kliennya usdah berupaya untuk meminta maaf dan mengupayakan perdamaian. Upaya itu dilakukan oleh adik Pierre Gruno.

"Komunikasi sudah dibuka sama adiknya Om Pierre sendiri. Dari pihak klien kami juga tadi, dari kemarin, sebelum ini juga ada niatan untuk membuka komunikasi dengan pihak pelapor. Cuma memang sampai saat ini belum ada," kata Carles.

Pihak pelapor juga disebut belum membuka pintu damai hingga saat ini. Pelapor dikatakan masih menutup komunikasi.

"Karena dari sana, pihak sana masih nutuplah, tapi tetap pada prinsipnya klien kami meminta maaf nanti kalau ada kesempatan permintaan maaf secara langsung pada saudara Giri," kata Carles.

"Ya berharap seperti itu (ada perdamaian) karena kan, usia juga usia sudah sangat mapan, dewasa, bukan anak kecil lagi saya rasa juga," pungkas Richard Leonard.