Sentimen
Negatif (99%)
13 Jul 2023 : 09.39
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Kasus: Zona Hijau

Tokoh Terkait

Kabar dari Amerika Bisa Bantu Rupiah Hari Ini, Siap Berpesta?

13 Jul 2023 : 09.39 Views 3

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Kabar dari Amerika Bisa Bantu Rupiah Hari Ini, Siap Berpesta?

Jakarta, CNBC Indonesia - Melandainya inflasi Amerika Serikat (AS) bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah hari ini. Pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (12/7/2023) nilai tukar rupiah terpantau semakin perkasa melawan dolar Amerika Serikat (AS). Merujuk data Refinitiv, mata uang garuda menguat 0,40℅ menuju angka Rp15.075/US$.

Melonjak nya rupiah melanjutkan tren hari sebelumnya yang juga menguat 0,36℅ terhadap dolar AS. Dengan begitu, sejak awal tahun mata uang RI berhasil mempertahankan kekuatan di zona hijau sebesar 3,15%.
Tren penguatan rupiah kemarin tak lepas dari aliran dana masuk yang positif. Terpantau dari seluruh pasar saham baik negosiasi dan reguler asing mencatatkan net buy sebesar Rp545,23 miliar.

Selain itu, tingginya minat surat utang negara (SUN) turut mendorong permintaan rupiah. Diketahui pada hasil lelang kemarin, total penawaran yang diterima pemerintah pada lelang mencapai Rp 47,79 triliun. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan penawaran pada lelang sebelumnya yang mencapai Rp 37,56 triliun.

-

-

Surat utang seri benchmark tenor 5 dan 10 tahun sangat diminati investor dengan penawaran Rp 29,93 triliun atau 56,53% dari total penawaran. Tawaran yang datang dari investor asing juga meningkat tajam menjadi Rp 9,66 triliun pada lelang kemarin dibandingkan lelang sebelumnya yang tercatat Rp 5,93 triliun.

Sebagian besar penawaran diketahui berasal dari asing untuk seri SUN jangka panjang 10 dan 15 tahun. Meningkatnya permintaan dari asing berarti dana asing masuk sehingga rupiah ikut menguat.

Selain itu, dari faktor eksternal yang mendorong rupiah di zona positif kemarin adalah ekspektasi pelaku pasar terhadap inflasi AS yang semakin melandai. Inflasi diperkirakan masih akan menjadi penopang utama rupiah hari ini.

Faktanya semalam hasil rilis data inflasi AS lebih baik dari ekspektasi pasar yang proyeksi turun ke 3,1℅ (year on year/yoy). Tercatat data inflasi AS melandai ke 3% (yoy) pada Juni 2023, dari 4% (yoy) pada Mei. Melandainya inflasi AS menjadi kabar gembira karena ekspektasi pasar melihat pelonggaran kebijakan moneter AS bisa menjadi kenyataan.

Laju inflasi Juni juga menjadi yang terendah sejak Maret 2021 dimana inflasi menyentuh 2,6%. Sementara itu, inflasi inti AS mencapai 4,8% (yoy) pada Juni 2023, dari 5,3% (yoy) pada bulan sebelumnya dan ekspektasi pasar di 5,0℅ (yoy).

Rilis data inflasi AS yang mendekati target The Fed 2% diharapkan akan membuat bank sentral melunak. Walaupun begitu, bos The Fed Jerome Powell sempat menegaskan akan kembali menaikkan suku bunga acuan setelah menahan suku bunga pada Juni di kisaran 5,0-5,25%.

Laju inflasi sebesar 3% (yoy) pada Juni juga semakin mendekat kepada target The Fed yakni di kisaran 2%. CME FedWatch Tool memperkirakan 94,2% kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25% pada bulan ini.

Pasar memang berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli tidak bisa dihindari. Namun, dengan inflasi yang melandai maka The Fed diharapkan sudah menghentikan kebijakan ketatnya pada September.

Dengan inflasi AS yang melandai lebih cepat dan ekspektasi melonggarnya kebijakan The Fed maka investor asing diproyeksi akan mengalir deras ke dalam negeri.

Perhatian investor kini juga tertuju ke China yang pagi ini akan mengumumkan data neraca dagang sekaligus ekspor - impor nya. Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics, neraca dagang China pada Juni akan meningkat menjadi US$74,8 miliar. Pada bulan sebelumnya neraca dagang China sebesar US$65,8n miliar.

Sementara ekspor diperkirakan terkoreksi 9% pada Juni. Angka ini jauh lebih besar dari koreksi 7,5% pada bulan lalu. Sedangkan impor diperkirakan terkoreksi 4%. Impor yang negatif menandakan bahwa tingkat daya beli China masih lesu.

Ekonomi negeri asal panda tersebut penting diperhatikan karena merupakan tujuan ekspor terbesar RI yang mana menjadi faktor pergerakan rupiah juga. Oleh karena itu perlu diantisipasi jika impor China terkoreksi lagi maka pasar keuangan bisa kena imbas nya.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, tren pergerakan rupiah melawan dolar AS terpantau turun yang menunjukkan penguatan rupiah masih berlangsung, walaupun level psikologis Rp15.000/US$ masih belum bisa ditembus ke bawah.

Tren penguatan rupiah masih bisa berlanjut dengan target terdekat ke support sekitar Rp15.030/US$. Apabila posisi tersebut diuji ada poteñsi gap up yang pernah terjadi pada 6 Juli 2023 bisa tertutup.

Kendati demikian, risiko berbalik arah melemah juga perlu diantisipasi dengan melihat resistance terdekat di posisi Rp15.090 yang diambil dari garis rata-rata selama 20 jam dàn 100 jam atau moving average 20 dan 50 (MA20 dan MA50).

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


[-]

-

Bos BI Beberkan 5 Alasan Kenapa Rupiah Bakal Perkasa di 2023
(tsn/tsn)

Sentimen: negatif (99.9%)