Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Kab/Kota: Shanghai
Tokoh Terkait
Drama Merger Bank hingga Investor Asing Kabur
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menghijau pada perdagangan Selasa (10/7/2023). Sejumlah sentimen mayoritas bursa saham global menjadi penyebab cerahnya IHSG kemarin.
IHSG ditutup melesat 0,98% ke posisi 6.796,92. Tinggal sedikit lagi, IHSG dapat kembali menembus level psikologis 6.800.
Secara sektoral, beberapa sektor menjadi penopang IHSG pada hari ini, yakni sektor energi (3,79%), sektor kesehatan (2,38%), sektor konsumer sekunder (1,61%), dan sektor bahan baku (1,26%).
Penguatan IHSG terjadi di tengah menghijaunya bursa Asia pada hari ini. Hingga akhir perdagangan hari ini, indeks Nikkei 225 naik tipis 0,04%, Hang Seng melesat 0,97%, Shanghai Composite menguat 0,55%, dan Straits Times Singapura naik 0,46%.
Sementara d bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street juga ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,62%, S&P 500 bertambah 0,24%, dan Nasdaq Composite berakhir naik 0,18%.
Positifnya Wall Street dan sebagian besar bursa Asia-Pasifik terjadi karena investor bersiap untuk serangkaian data inflasi pada pekan ini. Data inflasi seiring dengan laporan pekerjaan yang dirilis minggu lalu yang menimbulkan adanya kekhawatiran pasar atas potensi kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Namun, masih ada harapan bahwa inflasi kembali melandai ke sekitar 3%. Konsensus ekonom menyebut, CPI tahunan AS per Juni akan turun menjadi 3,1% dari bulan sebelumnya 4%, dan menandai laju tahunan paling lambat sejak Maret 2021.
Selain kabar tersebut, beberapa kabar emiten kemarin juga menarik untuk disimak sebelum pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (12/7/2023).
1. Drama 'Kawin Paksa' Bank Nobu dan Bank MNC Terus BergulirRencana merger PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) dan PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) dikabarkan terancam batal. Salah satu sebabnya adlaah kedua bank sama-sama telah memenuhi ketentuan modal inti minimum. Selain itu, kedua pemilik disebut menemui jalan buntu saat berdiskusi siapa pengendali bank pasca-merger.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae pun menampik kabar tersebut. Ia mengatakan bahwa tidak ada pernyataan dari otoritas batalnya merger dua bank konglomerat tersebut.
"Kalau ada delay process secara teknis saya kira bisa saja terjadi," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/7/2023).
Padahal sebelumnya, OJK mendorong keduanya untuk melebur karena tidak mampu memenuhi ketentuan modal inti Rp3 triliun, seperti yang disyaratkan otoritas kepada bank umum.
2. Bursa Tegur 'Keras' KB Valbury Sekuritas Gara-Gara Hal IniBursa Efek Indonesia telah mengenakan sanksi teguran tertulis kepada PT KB Valbury Sekuritas. Teguran tersebut karena kegiatan operasional belum sesuai dengan ketentuan.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan operasional PT KB Valbury Sekuritas belum sesuai dengan ketentuan terkait Pelaksanaan Customer Due Diligence (CDD) dan/atau Enhanced Due Diligence (EDD), dan Manajemen Risiko terkait Transaksi Nasabah," mengutip keterbukaan informasi BEI, Selasa (11/7).
Untuk diketahui, PT Valbury Sekuritas Indonesia diketahui dulunya bernama PT KB Valbury Sekuritas. Perubahan ini terjadi pasca Valbury diakuisisi oleh perusahaan Korea KB Securities.
3. Investor Asing Pilih Kabur dari RI, Rupiah Terus TerancamPergerakan nilai tukar rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) masih terpantau terus melemah ke atas level psikologis Rp15.000/US$. Merujuk pada data Refinitiv pada perdagangan kemarin, Senin (10/7/2023) mata uang Garuda ditutup ambles 0,40% secara harian menjadi Rp15.190/US$ di pasar spot.
Ambruk-nya rupiah tak lepas dari aliran keluar dana asing akibat investor yang menarik diri dari pasar keuangan domestik, terutama di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Menurut data Kementerian Keuangan menunjukkan kepemilikan SBN oleh investor asing per Jumat (7/7/2023) tercatat Rp843,09 triliun atau setara 15,38%.
Tak hanya itu, di pasar saham sejak awal bulan masih ramai pembagian dividen dan tak tanggung-tanggung ada 37 emiten yang melewati masa cum date hingga perdagangan kemarin. Kecenderungan investor ketika memasuki masa ex date akan menjual sahamnya karena sudah mengamankan hak-nya mendapatkan dividen.
Selain itu, pengamat menilai faktor lain yang menyebabkan asing kabur adalah ketatnya pengambilan valas domestik, sentimen bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang ingin menaikkan suku bunga acuan hingga dua kali di sisa akhir tahun ini dan perkembangan data ekonomi di China yang berada di bawah ekspektasi pasar.
4. 9 Perusahaan Batu Bara Terbesar Dunia, Ada BUMI & ADRO!Tingginya jumlah produksi batu-bara Indonesia menjadikannya terdapat dua perusahaan energi besar yang jumlah produksinya masuk dalam top 9 dunia dengan mengecualikan China.
Melansir Financial Times, Data Wood Mackenzie menunjukkan terdapat PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) berada pada peringkat 7 dan 8.
Sementara sisanya dipegang oleh perusahaan asing. Antara lain, Glencore, Peabody, Suek, RWE, Arch dan Seriti Power.
5. Sebulan Saham BNBA Ngacir 113,85%, Ada Apa?Saham emiten bank mini yakni PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) terpantau melonjak lebih dari 20% pada perdagangan sesi II Selasa (11/7/2023). Per pukul 15:01 WIB, saham BNBA terbang 22,37% ke posisi harga Rp 1.395/unit.
Diketahui, saham BNBA sudah melesat delapan hari beruntun, jika memasukkan perdagangan hari ini. Dalam delapan hari terakhir, saham BNBA sudah melesat hingga 8,477%. Dalam sebulan terakhir, saham BNBA sudah meroket 113,85% dan sepanjang tahun ini sudah melejit hingga 50,27%.
Isu yang tengah beredar di pasar yakni tingginya minat investor asing terhadap industri keuangan sepertinya menjadi penyebab saham BNBA masih mempertahankan penguatannya hingga hari ini.
Ada rumor bahwa BNBA bakal diakusisi oleh perusahaan-perusahaan asing. Namun, rumor tersebut masih cukup liar dan belum jelas siapa yang akan melakukan akuisisi terhadap BNBA.
[-]
-
Jelang Merger, Bank MNC dan Nobu RUPSLB Bulan Depan(mkh/mkh)
Sentimen: negatif (100%)