Sentimen
Negatif (100%)
12 Jul 2023 : 09.03
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Institusi: IAIN

Kasus: pengangguran

Partai Terkait

Daftar Negara yang Pernah Mengalami Hiperinflasi dan Stagflasi

12 Jul 2023 : 09.03 Views 2

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Daftar Negara yang Pernah Mengalami Hiperinflasi dan Stagflasi
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo sempat khawatir lonjakan inflasi RI bisa mengarah hiperinflasi. Ia bahkan meramalkan hiperinflasi ditandai dengan inflasi yang tembus di kisaran 10 sampai 12 persen pada tahun ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indonesia tembus di level 5,95 persen (yoy) pada September 2022, tertinggi sejak Oktober 2015 yang saat itu tercatat 6,25 persen (yoy).

Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan Indonesia masih sangat jauh dari kata hiperinflasi. Namun, ancaman stagflasi Indonesia sudah di depan mata.

-

-

Hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi secara riil yang lebih rendah dari inflasi tahunan.

"Saya justru melihat ancaman ke Indonesia bukan inflasi atau hiperinflasi, tapi sudah mengarah pada stagflasi," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (4/10).

Di sisi lain, Presiden Bank Dunia (World Bank) David Malpass meminta seluruh negara di dunia mewaspadai risiko stagflasi di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Stagflasi adalah kondisi inflasi dan kontraksi terjadi secara bersamaan. Inflasi melonjak, sedangkan pertumbuhan ekonomi menurun dan angka pengangguran meningkat. Biasanya, stagflasi terjadi saat resesi ekonomi terjadi di suatu negara.

Dalam hal ini Malpass meyakini risiko resesi di Eropa akan meningkat sejalan dengan perlambatan ekonomi China. Lantas, negara mana saja yang pernah mengalami hiperinflasi dan stagflasi?

1. Hungaria

Melansir Investopedia, hiperinflasi pernah menimpa Hungaria pada 1946. Hiperinflasi Hungaria disinyalir direkayasa oleh pemerintah sebagai cara untuk mengembalikan ekonomi pascaperang.

Pemerintah menggunakan inflasi sebagai pajak pada warganya untuk membantu membayar reparasi pascaperang dan melakukan pembayaran kepada tentara pendudukan Soviet. Inflasi juga dimaksudkan untuk merangsang permintaan agregat untuk memulihkan kapasitas produksi.

Saat itu, tingkat inflasi harian mencapai 207 persen dan harga naik dua kali lipat setiap 15 jam. Bahkan, inflasi bulanan di Hungaria bahkan mencapai 41.900 triliun persen pada Juli 1946. Inflasi ini merupakan peristiwa terburuk yang pernah tercatat dalam sejarah.

2. Zimbabwe

Zimbabwe pernah mengalami hiperinflasi pada 2007 lalu. Saat itu inflasi harian naik 98 persen. Harga-harga naik dua kali lipat setiap 24,8 jam.

Sementara iu, inflasi bulanan negara tersebut meningkat hingga 79,6 miliar persen. Pada akhir periode hiperinflasi di 2008, nilai dolar Zimbabwe telah terkikis hingga harus diganti dengan berbagai mata uang asing.

Hanya setelah Zimbabwe meninggalkan mata uangnya dan mulai menggunakan mata uang asing sebagai alat tukar, hiperinflasi negara itu berkurang.

3. Yugoslavia

Yugoslavia mengalami hiperinflasi pada 1994. Saat itu, tingkat inflasi harian mencapai 64,6 persen dan harga naik dua kali lipat setiap 34 jam.

Pada awal 1994, inflasi bulanan negara itu naik 313 juta persen. Karenanya, warga Yugoslavia langsung buru-buru membelanjakan uang mereka ketika gajian untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Hiperinflasi dipicu karena PBB memberlakukan embargo perdagangan internasional terhadap Yugoslavia antara Mei 1992 dan April 1993. Embargo itu berimbas pada penurunan produksi dari industri.

Hal ini pun menurunkan output yang berimbas pada pendapatan pajak dan defisit fiskal pemerintah, meningkat dari 3 persen dari PDB pada 1990 menjadi 28 persen pada 1993.

4. Amerika Serikat (Stagflasi)

Istilah stagflasi pertama kali muncul pada 17 November 1965 saat politisi Partai Konservatif Inggris, Iain MacLeod, memberikan pidato di hadapan parlemen.

Namun, fenomena itu baru terjadi di AS pada 1970 di mana saat itu ekonomi negeri Paman Sam tengah kacau akibat resesi.

Resesi tersebut disebabkan pengeluaran berlebihan untuk perang Vietnam dan inflasi tinggi karena krisis minyak setelah embargo OPEC. Kondisi AS kemudian diperparah dengan meningkatnya persaingan pasar global dari kekuatan produksi Jepang dan Jerman.

[-]

(mrh/dzu)

Sentimen: negatif (100%)