Ratusan Bintik Hitam Matahari Muncul, Ini Dampaknya Bagi Bumi
Detik.com Jenis Media: Tekno
Matahari 'berpesta' seperti tahun 2002. Jumlah bintik Matahari yang teramati bulan lalu adalah yang tertinggi selama hampir 21 tahun. Temuan ini merupakan tanda aktivitas Matahari mendekati puncaknya yang biasa disebut maksimum Matahari. Namun, ini terjadi lebih cepat dan diperkirakan akan jauh lebih ekstrem dari perkiraan semula.
Pada Juni lalu 163 bintik Matahari muncul di permukaan Matahari, menurut Space Weather Prediction Center. Terakhir kali bintik hitam sebanyak ini berserakan di Matahari adalah pada September 2002, ketika 187 bintik Matahari teramati.
Para ilmuwan sangat memperhatikan jumlah bintik Matahari karena ini adalah cara termudah untuk melacak perubahan aktivitas Matahari selama kira-kira 11 tahun siklus Matahari. Adapun bercak gelap disebabkan oleh medan magnet Matahari yang menembus permukaan Matahari, yang hanya terjadi saat medan semakin terjerat dengan dirinya sendiri saat siklus Matahari berlangsung, sebelum akhirnya membalik sepenuhnya untuk memulai siklus berikutnya.
Pada awal setiap siklus Matahari, saat Matahari dalam keadaan paling tenang atau dikenal sebagai solar minimum, hampir tidak ada bintik Matahari sama sekali. Tetapi saat Matahari mendekati maksimum, jumlah bintik hitam meningkat tajam hingga bintang tersebut tertutup dan mereka mulai menyemburkan jilatan api Matahari yang semakin sering dan kuat.
Siklus Matahari saat ini, tercatat oleh para ilmuwan sebagai siklus ke-25 sejak secara resmi dimulai pada Desember 2019. Saat itu, para ilmuwan memperkirakan siklus tersebut akan mencapai puncaknya pada tahun 2025 dan intensitasnya serupa dengan siklus sebelumnya.
Namun, karena siklus Matahari ke-25 telah berkembang, ia telah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia jauh lebih aktif daripada yang diperkirakan oleh prediksi awal dan para ahli sekarang percaya bahwa maksimum Matahari akan tiba lebih awal dan jauh lebih kuat dibandingkan yang terakhir kali terjadi.
Perkembangan siklus Matahari dan dampak pada Bumi
Selama 28 bulan terakhir berturut-turut, jumlah bintik Matahari yang diamati lebih tinggi dari prediksi perkiraan awal siklus Matahari. Misalnya, angka prediksi untuk bulan Juni hanya 77, kurang dari setengah jumlah bintik Matahari yang sebenarnya. Pada Desember 2022, jumlah bintik Matahari mencapai angka tertinggi dalam delapan tahun.
Jumlah bintik Matahari di bulan Juni lebih besar dibandingkan bulan mana pun selama maksimum Matahari terakhir, yang menunjukkan bahwa puncak yang akan datang akan jauh lebih aktif. Kecenderungan saat ini lebih sejalan dengan siklus Matahari ke-23, yang memuncak antara tahun 2000-2001. Selama maksimum Matahari tersebut, jumlah bintik Matahari tertinggi adalah 244, tercatat pada Juli 2000.
Pada 29 Juni tahun ini, bintik Matahari yang baru muncul 48 jam sebelumnya membengkak dengan cepat dan menjadi raksasa berukuran sekitar 10 kali lebih lebar dari Bumi. Peristiwa ini tercatat sebagai salah satu bintik Matahari terbesar dari Siklus Matahari ke-25.
Pada 2 Juli, petak gelap raksasa ini 'meludah', mengeluarkan semburan Matahari kelas X (jenis terkuat yang dapat dihasilkan Matahari), yang menghantam langsung ke Bumi dan menyebabkan pemadaman radio di AS bagian barat dan Samudra Pasifik bagian timur. Ini adalah tanda lain bahwa maksimum Matahari semakin dekat dan akan lebih ekstrem dari yang diperkirakan.
Tapi bintik Matahari bukan satu-satunya indikator maksimum bahwa aktivitas Matahari yang akan datang akan lebih kuat dari yang terakhir kali terjadi. Pada bulan Maret, termosfer (lapisan atmosfer Bumi tertinggi kedua) mencapai suhu tertingginya selama hampir 20 tahun setelah menyerap kelebihan energi dari badai Matahari yang melanda planet kita pada awal tahun 2023.
Simak Video "Fenomena Langka Gerhana Matahari Hibrida Akan Terjadi Hari Ini"
[-]
(rns/agt)
Sentimen: positif (99.1%)