Sentimen
Negatif (99%)
8 Jul 2023 : 20.43
Informasi Tambahan

Kab/Kota: New York

Ahli Sebut Kebocoran Data eHAC Jangan Dianggap Enteng

8 Jul 2023 : 20.43 Views 3

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Tekno

Ahli Sebut Kebocoran Data eHAC Jangan Dianggap Enteng
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), Damar Juniarto, menyatakan dugaan kebocoran data Indonesia Health Alert Card atau eHAC yang digagas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tidak bisa dianggap enteng.

Damar membandingkan dugaan kebocoran sekitar 1,3 juta data masyarakat Indonesia, dengan 600 ribu data pengguna Facebook yang diolah oleh lembaga konsultan Cambridge Analytica.

Data itu yang diolah Cambridge Analytica disebut menjadi salah satu faktor kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) pada 2016 silam.

-

-

"Dengan data 600.000 pengguna Facebook, Cambridge Analytica ngubah wajah politik dalam pemilu AS 2016. Jangan lupa," ujar Damar lewat akun Twitter pribadinya, Selasa (31/8).

[Gambas:Twitter]

Damar menyatakan hal itu menanggapi pernyataan warganet yang seolah menganggap remeh kebocoran data eHAC.

Skandal analisis data pribadi pengguna Facebook buat kepentingan kampanye pilpres AS pada 2016 oleh Cambridge Analytica terungkap pada Maret 2018. Hal itu terkuak dalam laporan surat kabar The New York Times dan The Observer.

Mereka menggunakan data itu salah satunya buat melakukan menjelekkan dan memojokkan pesaing Trump saat itu.

Cambridge Analytica memperoleh data itu dari peneliti lain yang akan menggunakan data pengguna Facebook buat tujuan akademis. Berbekal data itu, Cambridge Analytica merancang kampanye buat Donald Trump di ranah media sosial.

Para peneliti Cambridge Analytica menggunakan data perilaku pengguna Facebook buat memetakan konten dan mendorong masyarakat buat memilih Trump. Akibat skandal itu, pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, diperiksa oleh Senat AS terkait dengan komitmen mereka buat menjaga kerahasiaan data pengguna.

Kemarin para peneliti siber vpnMentor mengungkap laporan dugaan kebocoran data aplikasi eHAC. Dugaan kebocoran data itu meliputi kumpulan data penduduk dalam negeri, warga asing hingga pejabat.

Tim peneliti vpnMentor, Noam Rotem dan Ran Locar, mengatakan eHAC tidak memiliki privasi dan protokol keamanan data yang mumpuni, sehingga mengakibatkan data pribadi lebih dari satu juta pengguna yang disimpan di peladen terekspos.

Para peneliti juga menemukan semua infrastruktur di sekitar eHAC terekspos, termasuk informasi pribadi tentang sejumlah rumah sakit di Indonesia, serta pejabat pemerintah yang menggunakan aplikasi tersebut.

Atas temuan itu, para peneliti vpnMentor disebut dua kali menghubungi Kemenkes untuk memberitahu adanya dugaan kebocoran 1,3 juta data di aplikasi eHAC. Namun, pesan tak kunjung direspons hingga akhirnya vpnMentor menghubungi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Tim peneliti vpnMentor menyatakan mereka menghubungi BSSN pada 22 Agustus lalu, dan BSSN disebut membalas di hari yang sama. Dua hari kemudian, pada 24 Agustus, peladen itu dinonaktifkan.

(can/ayp)

[-]

Sentimen: negatif (99.6%)