MLI Klaim Candaan soal Nabi Ibrahim Kiriman Penonton Konten YouTube
Detik.com Jenis Media: Hiburan
Coki Pardede jadi sorotan lagi. Masih soal candaan yang terkait agama.
Kali ini dia dituding menertawakan kisah Nabi Ibrahim dalam satu video YouTube Majelis Lucu Indonesia (MLI). Video itu kini sudah dihapus dan MLI memberikan klarifikasinya terkait tudingan bercanda soal agama yang ditujukan kepada Coki Pardede.
Patrick Effendy, Co-founder sekaligus CEO Majelis Lucu Indonesia, menyebut bahwa sejak awal topik bercanda soal Nabi Ibrahim itu bukan datang dari para komedian. Topik itu justru datang dari penonton MLI di YouTube.
"Konten Battle Dark Jokes itu juga nggak ada yang dari anak-anak, itu materi dari penonton, semua dari penonton yang dibacakan oleh Adri, dan Coki dan Muslim jangan bereaksi," kata Patrick Effendy saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (5/7/2023).
"MLI itu tidak pernah punya niat untuk membercandakan agama, sama sekali nggak ada. Justru kita ada karena ada perbedaan, politik identitas segala macem, ini jadi suatu macam gorengan untuk pertikaian," sambungnya.
Coki Pardede juga bicara soal tudingan yang ditujukan kepadanya. Dia tidak mempermasalahkan bagaimana masyarakat bereaksi terhadap candaan tersebut.
Entah karena terbiasa atau apa, namun Coki Pardede menyebut bahwa kontroversi, pro, dan kontra memang sudah jadi bagian dari media sosial. Sebagai orang yang aktif di media sosial, hal itu pun dilihatnya sebagai sebuah risiko.
"Kalau buat gue nggak apa-apa, itu bagian dari sosial media sendiri," ucap Coki Pardede.
Dia sendiri heran mengapa video tersebut bisa viral setelah tiga tahun berlalu. Ia mengira masalah bukan ada dalam video tersebut, tetapi pada orang yang kembali menaikkan video yang diketahui sudah lama dihapus dari channel YouTube Majelis Lucu Indonesia.
"Bila itu suatu saat dinaikkan kembali, permasalahannya bukan di kita, tapi yang naikin ada masalah apa," ujar Coki Pardede.
Meski begitu, ia paham dengan liarnya media sosial karena apapun yang beredar di sana, siapapun tidak akan bisa mengontrol hal tersebut.
"Menurut gue setiap orang punya hak untuk menginterpretasikan apapun yang ada di sosial media, karena sosial media kita tidak bisa mengontrol apa yang ada disana," pungkasnya.
(aay/mau)Sentimen: positif (92.8%)