Awas, Makanan-Minuman Bisa Makin Mahal karena Dolar AS Perkasa
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Dolar AS gagah perkasa terhadap mata uang asing. Akibatnya, mata uang banyak negara lunglai, tak terkecuali rupiah.
Pada Kamis (29/9), dolar AS diperdagangkan senilai Rp15.228 terhadap rupiah. Angka ini menguat tipis 0,25 persen dibandingkan kemarin yang sempat menyentuh Rp15.236.
Bahkan, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah bisa lesu hingga Rp15.400 terhadap dolar AS pada September. Bulan ini sendiri tersisa dua hari.
Lalu, apa implikasinya jika dolar AS semakin mahal?
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pelemahan nilai tukar rupiah akan membuat barang impor menjadi lebih mahal. Ujung-ujungnya, berdampak pada harga barang konsumsi dan barang baku, serta barang modal.
"Beberapa industri yang memiliki proporsi bahan baku impor cukup besar, seperti makanan dan minuman," jelasnya kepada CNNIndonesia.com.
Makanan dan minuman itu, sambung Josua, menggunakan banyak bahan baku impor, seperti gula, gandum, dan kedelai.
Tidak cuma itu, sektor industri lain yang juga menggunakan banyak barang impor, yakni elektronik, tekstil, hingga farmasi.
Ekonom Celios Bhima Yudhistira sepakat, barang elektronik akan terdampak penyesuaian biaya karena penguatan dolar AS.
"Sebagian sparepart otomotif, bahan baku tekstil, makanan dan minuman, sampai obat-obatan," katanya.
"Untuk bahan pangan yang rawan adalah garam, gula, gandum, kedelai, bawang putih, atau pangan dengan porsi impor cukup besar. Ini perlu diwaspadai," terang dia melanjutkan.
[-]
(skt/bir)Sentimen: positif (86.5%)