Investor Pesta Pora! Ini Deretan Saham Tercuan, Ada yang 200%
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja pasar saham RI sepanjang semester pertama 2023 cenderung kurang memuaskan, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau ambles di semester I-2023.
IHSG ambles 2,09%. IHSG juga tampak berada di dalam tren sideways. Pergerakannya terbatas di 6.500-6950 saja, hanya nyaris menyentuh level psikologis 7.000.
Meski kinerja IHSG kurang menggembirakan di semester I-2023, namun ada beberapa saham yang mencatatkan penguatan signifikan hingga ratusan persen, hanya dalam waktu enam bulan saja.
Berikut sepuluh saham yang menguat signifikan sepanjang semester I-2023.
Diposisi pertama terdapat saham emiten pengolahan kayu yakni PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU), yang meroket hingga 206% sepanjang semester I-2023. Namun pada perdagangan terakhir semester I-2023 yakni Selasa pekan lalu, saham KAYU ditutup ambles 1,29% ke posisi Rp 153/saham.
Kinerja saham yang membaik membuat saham KAYU berhasil terlepas dari notasi khusus X Kriteria 1 pada 30 Mei lalu. Investor pun kembali memburunya dan membuat saham KAYU berhasil melesat cukup tinggi.
Berikutnya ada saham emiten otomotif yakni PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) yang terbang 148,28% sepanjang semester I-2023. Bahkan, meroketnya saham IMAS membuat saham otomotif Grup Salim tersebut tergolong saham bagger.
Istilah saham bagger merujuk pada jenis saham yang bisa memberikan keuntungan berkali-kali lipat sehingga banyak diburu.
Tak hanya kinerja sahamnya yang cemerlang sepanjang semester I-2023, kinerja keuangan IMAS juga sudah membaik di kuartal I-2023.
IMAS membukukan kenaikan laba bersih 125,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 178,47 miliar pada kuartal I 2023. Pendapatan bersih Indomobil juga naik 13,9% yoy menjadi Rp7,2 triliun pada periode yang sama.
IMAS juga sempat mengambilalih perusahaan produsen kendaraan premium yakni Mercedez Benz Indonesia. IMAS dan distributor otomotif global Inchcape Motors Private Limited (Inchcape) pada 31 Maret lalu telah mengambilalih Mercedez Benz Indonesia.
Secara garis besar kondisi IHSG dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni ketidakpastian ekonomi global.
Mulai dari kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang masih hawkish hingga kondisi ekonomi negara-negara yang memiliki hubungan dagang dengan Indonesia yang cenderung melemah seperti China.
Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa dia memperkirakan lebih banyak kenaikan suku bunga ke depan karena inflasi masih cukup tinggi dan juga masih cukup jauh dari target yang ditetapkan sebesar 2%.
Komentar tersebut muncul setelah kesimpulan dari pertemuan dua pekan lalu ketika The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya, setelah 10 kali kenaikan berturut-turut.
Namun, para pejabat The Fed mengindikasikan ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi di akhir tahun ini.
Sementara itu, data ekonomi dari China terus mengecewakan. Sektor manufaktur mengalami kontraksi yang dalam, kemudian impor anjlok. Pun dengan pertumbuhan penjualan ritel dan produksi industri yang lebih rendah dari ekspektasi pasar.
Berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS), Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) turun ke level terendah lima bulan di 48,8 tercatat turun dari 49,2 pada April. Angka PMI ini juga mematahkan perkiraan kenaikan menjadi 49,4.
Sektor manufaktur yang berkontraksi juga terlihat dari impor China dilaporkan anjlok 4,5% pada Mei. Bahkan, anjloknya impor sudah terjadi dalam tiga bulan beruntun impor.
Kondisi ini membuat China disebut perlu segera melakukan penyeimbangan perekonomian oleh Direktur Pelaksana Dana Moneter International (IMF), Kristalina Georgieva, dari pertumbuhan yang ditopang investasi berubah menjadi konsumsi.
Selain itu, anjloknya harga batu bara juga turut memberikan efek besar. Sebab sektor enrgi ambruk sepanjang 2023.
Harga batu bara dunia anjlok 68,35% sepanjang semester pertama 2023, membuat sektor energi di pasar saham Indonesia ambruk 23,76%.
Kondisi eksternal yang negatif tersebut menenggelamkan kabar positif dari ekonomi Indonesia yang sejauh ini cukup kokoh, kinerja keuangan emiten yang solid, serta bagi-bagi dividen jumbo.
CNBCINDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[-]
-
Abis ke Gocap, Saham Ini Malah Meroket 70%
(chd/chd)
Sentimen: negatif (61.5%)