Sentimen
Negatif (99%)
1 Jul 2023 : 01.35
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kasus: zona merah

Tokoh Terkait

Manufaktur China Kontraksi, Ringgit Malaysia Makin Anjlok!

1 Jul 2023 : 01.35 Views 4

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Manufaktur China Kontraksi, Ringgit Malaysia Makin Anjlok!

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang ringgit Malaysia melawan pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) terpantau makin anjlok pada hari ini, Jumat (30/6/2023). Melansir dari Refinitiv, per pukul 13.57 WIB tercatat melemah 0,02% menjadi MYR 4,67/US$

Pelemahan hari ini memperpanjang zona merah ringgit selama satu bulan penuh pada Juni sebesar 1,24%. Sedangkan sejak awal tahun ringgit telah anjlok sebesar 6,08%. Ringgit menjadi yang paling terjun dalam terhadap dolar AS dibandingkan negara tetangga di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Singapura, dan Thailand.

Foto: Google Finance
Pergerakan ringgit Malaysia melawan Dolar Amerika Serikat (AS)

Mengingat secara historis, pelemahan ini semakin mendekati penurunan terdalamnya di posisi MYR 4,88/US$ pada saat krisis keuangan 1998 atau seperempat abad yang lalu.

-

-

Anjloknya ringgit Malaysia disinyalir akibat tekanan dari the Fed yang potensi masih akan menaikkan suku bunga acuan-nya pada pertemuan FOMC di sisa tahun ini sebanyak dua kali. Hal ini disampaikan Jerome Powell, Chairman the Fed dalam pidatonya di ECB Forum di Sintra Portugal pada 28 Juni kemarin.

Masalah politik dalam negeri juga turut menekan kekuatan ringgit karena pada tahun ini Malaysia sedang bersiap menghadapi pemilihan umum terkait kepala negara bagian-nya. Melansir dari surat kabar the Star yang dilaporkan Nikkei Asia kemungkinan pemilu bisa berlangsung Agustus mendatang, akan tetapi ada spekulasi pasar yang kabarnya bisa digelar sebulan lebih cepat.

Lebih lanjut Rais Hussin, Presiden dan CEO Emir Research turut sependapat menyampaikan "Ketidakpastian pemerintahan masih akan melanjutkan tekanan menjelang pemiiu negara bagian yang akan datang dan akan mempengaruhi investor, olehnya itu ringgit masih bisa melemah" Ungkapnya yang dikutip dari Nikkei Asia.

Penurunan tajam pada ringgit juga membayangi prospek ekspor Malaysia, tercatat pada April lalu ekspor yang meliputi elektronik, minyak bumi, dan minyak sawit mengalami penurunan drastis hingga 17,4% secara tahunan (yoy), lebih buruk daripada penurunan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 1,4% yoy.

Menurut profesor ekonomi di Sunway University menyampaikan dalam kondisi normal, pembelahan ringgit memang bisa meningkatkan daya saing ekspor, akan tetapi dalam kondisi saat ini permintaan global yang turun membuat keuntungan ekspor makin tergerus.

Prospek mata uang Malaysia ini juga masih dipengaruhi oleh China yang pertumbuhan ekonominya masih cenderung lesu. Sejak 2009 lalu, negeri asal panda ini menjadi mitra dagang terbesar Malaysia. Tercatat pada Mei lalu, neraca dagang China berada di US$ 65,81 miliar, merupakan yang terendah sejak Februari dan berada di bawah ekspektasi pasar di US$ 92 miliar.

Data terbaru dari NBS yang rilis pada pagi ini, juga menunjukkan kondisi manufaktur China masih di jeratan zona kontraksi, terlihat dari PMI manufaktur pada Juni 2023 di 49. Meskipun sedikit lebih baik dibandingkan Mei lalu yang berada di 48,8. Sebagai informasi, level PMI Manufaktur di bawah 50 merupakan area kontraksi, sedangkan di atas 50 menunjukkan area ekspansif.


[-]

-

Video" Indonesia Mulai "Tinggalkan" Dolar AS, Sudah Tepat?
(tsn/tsn)

Sentimen: negatif (99.2%)