Sentimen
Negatif (88%)
26 Jun 2023 : 21.03
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Shanghai

Tokoh Terkait

Awal Pekan Terakhir Juni, Bursa Asia Dibuka Beragam

26 Jun 2023 : 21.03 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Awal Pekan Terakhir Juni, Bursa Asia Dibuka Beragam

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka bervariasi pada perdagangan Senin (26/6/2023), di mana kekhawatiran investor akan resesi muncul kembali karena masih ketatnya suku bunga beberapa bank sentral utama.

-

-

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,17%, Straits Times Singapura menguat 0,46%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,48%.

Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,47%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,65%, dan ASX 200 Australia terpangkas 0,31%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung bervariasi terjadi di tengah masih memerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,65%, S&P 500 terkoreksi 0,77%, dan Nasdaq ambles 1,01%.

Presiden bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) San Francisco, Mary Daly mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Reuters bahwa dua kenaikan suku bunga lagi tahun ini adalah proyeksi yang "sangat masuk akal".

Dia mengikuti komentar Ketua The Fed, Jerome Powell yang menyatakan bahwa The Fed belum mencapai akhir dari siklus pengetatan kebijakan dan Powell juga memberikan sinyal jika The Fed akan melanjutkan kenaikan dengan hati-hati.

Meskipun pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan lalu suku bunga tidak dinaikkan, namun kemungkinan kenaikan suku bunga masih besar menurut Powell.

Dalam pengumuman kebijakan moneter tersebut, The Fed juga merilis dot plot yang menunjukkan suku bunga bisa dinaikkan lagi di sisa tahun ini.

Dot plot tersebut menunjukkan suku bunga bisa berada 5,6% atau di rentang 5,5% - 5,75%. Artinya, masih ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi masing-masing sebesar 25 basis poin.

Powell juga mengatakan bahwa pasar tenaga kerja juga masih ketat meskipun ada tanda-tanda bahwa kondisi sedang melonggar, seperti peningkatan partisipasi angkatan kerja pada kelompok usia utama 25 hingga 54 tahun dan beberapa penurunan dalam upah.

Namun, dia mencatat bahwa jumlah pekerjaan yang tersedia masih jauh melebihi jumlah tenaga kerja yang tersedia.

"Kami telah melihat dampak pengencangan kebijakan kami terhadap permintaan di sektor-sektor yang paling sensitif terhadap suku bunga. Namun, dibutuhkan waktu bagi efek penuh pembatasan moneter untuk direalisasikan, terutama dalam hal inflasi," tambah Powell.

Meski begitu, pasar mengharapkan suku bunga dapat setidaknya naik satu kali pada pertemuan Juli sebesar 25 bps.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 71,9% The Fed akan mengerek lagi suku bunga acuan sebesar 25 bp pada Juli mendatang. Sedangkan sisanya yakni sebesar 28,1% The Fed akan kembali menahan suku bunga.

Di lain sisi, aktivitas manufaktur di AS melambat lebih dari yang diharapkan pada Juni lalu. Berdasarkan data Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur flash versi S&P Global, aktivitas manufaktur AS mencapai level terendah dalam enam bulan terakhir, yakni menjadi 46,3, dari sebelumnya di angka 48,4 pada Mei lalu.

Angka ini juga berada di bawah ekspektasi pasar dalam survei Dow Jones sebesar 49. PMI menggunakan angka 50 sebagai batas acuannya. Jika di bawah 50, maka aktivitas manufaktur disebut mengalami kontraksi, sedangkan di atasnya disebut mengalami ekspansi.

Dengan masih hawkish-nya sikap The Fed dan beberapa bank sentral utama lainnya, serta makin melambatnya aktivitas manufaktur AS, membuat investor semakin khawatir bahwa resesi global bakal terjadi pada tahun ini, terutama di Eropa yang telah resmi memasuki resesi secara teknikal.

CNBC INDONESIA RESEARCH


[-]

-

The Fed Bikin Investor Optimis, Bursa Asia Dibuka Cerah
(chd/chd)

Sentimen: negatif (88.6%)