Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Resmi Masuk Masa Endemi, Rupiah Bisa Menguat Lagi Hari Ini?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mengakhiri perdagangan kemarin, Rabu (21/6/2023) di Rp 14.940/US$, menguat 0,37% di pasar spot. Padahal pada awal perdagangan kemarin rupiah sempat melemah menyentuh di atas Rp15.000/US$.
Penguatan rupiah terjadi disinyalir karena merespon pengumuman perubahan status Covid-19 menjadi endemi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin akhirnya mengumumkan akhir dari status pandemi covid-19. Masyarakat mulai kemarin akan memasuki masa endemi setelah merasakan 3 tahun pandemi covid-19.
Jokowi menyatakan keputusan ini mempertimbangkan banyak aspek. Terutama adalah kondisi perkembangan kasus yang semakin mendekati nihil per hari.
"Setelah tiga tahun berjuang hadapi pandemi COVID-19 Sejak hari ini Rabu, 21 Juni 2023 pemerintah cabut status pandemi. Dan kita mulai memasuki masa endemi. Keputusan ini diambil pemerintah dengan mempertimbangkan angka konfirmasi harian COVID-19 mendekati nihil," ujar Jokowi, Rabu (21/6/2023).
Kendati demikian, dari eksternal pasar keuangan RI masih mendapat tekanan berat pada hari ini menyusul perkembangan di Amerika Serikat (AS)
Chairman The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga ke depan karena inflasi masih cukup tinggi dan juga masih cukup jauh dari target yang ditetapkan sebesar 2%.
"Tekanan inflasi terus tinggi dan proses menurunkan inflasi menjadi 2% masih jauh," katanya dalam sambutan yang disiapkan untuk dengar pendapat di depan Komite Jasa Keuangan DPR.
Lebih lanjut, Powell juga menyampaikan bahwa pasar tenaga kerja masih ketat meskipun ada tanda-tanda bahwa kondisi melonggar, seperti peningkatan partisipasi angkatan kerja dalam kelompok usia 25 hingga 54 tahun dan beberapa upah moderat.
"Kami telah melihat efek pengetatan kebijakan suku bunga pada permintaan di sektor ekonomi yang paling sensitif terhadap suku bunga. Akan memakan waktu, bagaimanapun, untuk efek penuh dari pengekangan moneter untuk direalisasikan, terutama pada inflasi," ujar Powell.
Powell juga mencatat bahwa untuk menurunkan inflasi memang dibutuhkan perlambatan ekonomi. Alhasil, pelaku pasar harus bersiap ketika perekonomian AS mengalami resesi.
Sementara di dalam negeri, pasar akan memantau hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada hari ini dan menanti kebijakan suku bunga terbaru dari BI.
Pelaku pasar memproyeksi BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% pada bulan ini. BI juga diperkirakan belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Dengan perkembangan terbaru dari pernyataan Powell maka BI dihadapkan pada pilihan yang sulit. Masih besar potensi kenaikan suku bunga The Fed bisa membuat rupiah terus tertekan ke depan. Investor asing juga diperkirakan akan memilih meninggalkan pasar keuangan Indonesia.
Bila BI tetap bertahan di suku bunga 5,75% sementara The Fed Fund rate (FFR) yang saat ini di kisaran 5,0-5,25% masih bisa naik maka real rate yang diterima investor akan berkurang. Kondisi ini membuat aset ber-denominasi rupiah tidak menarik.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu satu jam, pergerakan rupiah melawan dolar AS kemarin (21/6/2021) berhasil berbalik arah menguat setelah sempat menyentuh di atas Rp15.000/US$
Dengan begitu posisi Rp15.000/US$ menjadi level resistance yang perlu diantisipasi apabila rupiah masih lanjut melemah.
Secara tren saat ini rupiah masih cenderung sideways dan mengikuti pergerakan rata-rata 100 jam atau moving average 100 (MA100). Bertepatan dengan MA100 di Rp14.930/US$ bisa menjadi target untuk penguatan rupiah dalam waktu dekat atau bisa dibilang menjadi posisi support.
Foto: Tradingview
Rupiah melawan dolar AS
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[-]
-
Eropa Dilanda "Petaka" Resesi, AS Memburuk! Rupiah Perkasa!
(tsn/tsn)
Sentimen: negatif (87.7%)