Sentimen
Positif (47%)
19 Jun 2023 : 10.21
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Kasus: pengangguran

Tokoh Terkait

Kabar Gembira Bagi Dunia! Amerika Mau Baikan Dengan China

19 Jun 2023 : 10.21 Views 6

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Kabar Gembira Bagi Dunia! Amerika Mau Baikan Dengan China

Pasar keuangan Tanah Air cenderung bervariasi pada pekan lalu Kedatangan Menteri Luar Negeri AS ke China menjadi perhatian utama, jika mampu memperbaiki hubungan kedua negara tentunya bisa memberikan dampak positif.  Pelaku pasar akan menanti keputusan suku bunga Bank Indonesia pada pekan ini.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada pekan lalu mencatatkan kinerja yang beragam, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat tipis, sedangkan rupiah terpantau melemah dan Surat Berharga Negara (SBN) terpantau diburu oleh investor.

Sepanjang pekan lalu, IHSG naik tipis 0,07% secara point-to-point (ptp). Dalam 5 hari perdagangan, Indeks hanya mencatatkan 2 kali penguatan yakni pada awal pekan dan pada perdagangan Kamis (15/6/2023), masing-masing penguatannya 0,42% dan 0,21%.

Sedangkan pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu, IHSG juga ditutup melemah 0,23% ke posisi 6.698,547. Pada pekan lalu, IHSG bergerak di zona psikologis 6.600 - 6.700.

-

-

Data pasar menunjukkan investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell)mencapai Rp 1,74 triliun di seluruh pasar sepanjang pekan lalu.

Sedangkan untuk rupiah, sepanjang pekan lalu melemah 0,64% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) secara point-to-point (ptp). Namun pada perdagangan akhir pekan lalu, mata uang Garuda ditutup menguat tipis 0,07% di level Rp 14.930/US$.

Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun ke 6,306% per akhir pekan lalu, turun 3,5 basis poin (bp) dari posisi akhir pekan sebelumnya di 6,341%.

Yield yang turun menandai harga SBN yang semakin mahal karena investor mengincar SBN, terutama investor asing.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sentimen pasar global pada pekan lalu cenderung positif, di mana banyak data-data ekonomi terutama di AS yang membuat pasar optimis bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat merubah sikapnya menjadi lebih dovish di pertemuan mendatang.

The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%. Namun, pasar global sempat dibuat kecewa karena The Fed tetap memberikan sinyal akan ada kenaikan lagi di sisa tahun ini.

Dalam pengumuman kebijakan moneter tersebut, The Fed juga merilis dot plot yang menunjukkan suku bunga bisa dinaikkan lagi di sisa tahun ini. Dot plot tersebut menunjukkan suku bunga bisa berada 5,6% atau di rentang 5,5% - 5,75%. Artinya, masih ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi masing-masing sebesar 25 basis poin (bp).

Tidak hanya dinaikkan, suku bunga tinggi akan dipertahankan dalam waktu yang lama. Hal itu diungkapkan oleh ketua The Fed, Jerome Powell.

Dalam dot plot bisa dilihat tidak ada satu anggota Komite (FOMC) yang menginginkan suku bunga akan dipangkas tahun ini.

"Pemangkasan suku bunga akan tepat dilakukan saat inflasi turun secara signifikan. Dan sekali lagi, kita berbicara beberapa tahun ke depan," kata Powell.

Namun, kekecewaan pasar kembali berkurang setelah dirilisnya data tenaga kerja AS pada Kamis waktu setempat.

Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran tercatat 262.000 pada pekan yang berakhir pada 10 Juni, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yang tercatat 249.000. Jumlah klaim pekan tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2021.

Kenaikan klaim pengangguran yang meningkat bisa menjadi sinyal jika ekonomi AS melambat sehingga ada harapan inflasi AS berikutnya turun tajam.

Dari dalam negeri, pasca pengumuman kebijakan The Fed, pasar keuangan relatif sepi sentimen. Kondisi ekonomi dalam negeri sudah sangat mendukung bagi masuknya investor asing.

Inflasi yang terus melandai dan pertumbuhan ekonomi yang masih kencang pada kuartal I-2023 bisa menjadi daya tarik.

Namun, berbagai ketidakpastian global masih menahan investor asing masuk kembali ke pasar keuangan Tanah Air, terutama ke pasar saham dan rupiah.

Sentimen: positif (47.1%)