Siasat Kantong Anti Boncos usai Tarif Ojol dan BBM Naik
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNN Indonesia --
Sekarang apa-apa mahal. Kalimat itu seakan menjadi keluhan semua orang usai pemerintah menaikkan harga BBMÂ jenis pertalite, solar bersubsidi, dan pertamax.
Bagaimana tidak. Bukan hanya pemilik motor dan mobil saja yang akan terdampak kenaikan harga BBM, tapi juga masyarakat yang memanfaatkan transportasi umum.
Maklum, tarif dasar ojek online (ojol), ongkos bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), dan tarif angkutan kota (angkot) makin mahal setelah harga BBM naik.
Masyarakat yang biasa memanfaatkan ojol untuk ke kantor tentu harus merogoh kocek lebih dalam. Begitu juga dengan mereka yang sering naik angkot atau pergi ke luar kota dengan bus AKAP.
Situasi ini jelas akan membuat kantong masyarakat boncos. Apalagi, peningkatan biaya transportasi tak diiringi dengan kenaikan gaji di perusahaan.
Bisa dibilang, gaji segini-gini saja, tapi biaya hidup melonjak gila-gilaan.
Lantas, bagaimana agar keuangan tetap sehat di tengah kenaikan biaya transportasi dan gaji pas-pasan?
1. Evaluasi Pengeluaran
Perencana Keuangan OneShildt Consulting Budi Rahardjo mengatakan masyarakat harus mengevaluasi pengeluaran setiap bulan. Dari situ akan ketahuan mana saja pengeluaran yang benar-benar perlu atau hanya sekadar untuk kesenangan.
"Pengeluaran harus dicek surplus berapa, yang bisa ditabung berapa, pengeluaran lain berapa, amal berapa, pengeluaran kurang penting berapa," ungkap Budi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (9/9).
Jika ternyata banyak pengeluaran tidak penting, masyarakat bisa mulai memperbaiki kebiasaan agar keuangan lebih sehat ke depannya.
2. Pangkas Pengeluaran Tidak Penting
Budi menjelaskan masyarakat bisa melihat alokasi keperluan yang tidak terlalu mendesak atau penting. Salah satunya asuransi.
"Asuransi dikurangi tidak apa-apa. Diatur lagi asuransi yang paling dibutuhkan mana. Tapi tidak dihilangkan 100 persen," ujar Budi.
Ia mencontohkan seseorang memiliki asuransi jiwa dengan uang pertanggungan Rp500 juta. Seseorang itu bisa mengurangi jumlah uang pertanggungan menjadi Rp400 juta agar premi yang harus dibayar lebih murah setiap bulan.
"Diturunkan agar menyesuaikan premi, jadi lebih murah," imbuh Budi.
Senada, Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho mengatakan masyarakat mau tak mau mengurangi pengeluaran jika tak ingin boncos.
Salah satu pos yang harus dikurangi adalah biaya untuk senang-senang. Misalnya, mengurangi jajan melalui ojol, makan di luar, dan nongkrong.
"Yang bisa dikurangi sifatnya kesenangan, misalnya yang sering ngopi jajan atau jajan dengan layanan antar coba dikurangi dulu. Lalu yang sering jalan-jalan, kurangi dulu, kalau memungkinkan disetop, setop dulu," papar Andi.
Kemudian, masyarakat juga bisa mengurangi menu makan dengan yang lebih sederhana. Hal ini untuk menekan biaya belanja bulanan.
Lalu, masyarakat yang biasanya ke kantor dengan mobil atau sepeda motor bisa mulai beralih menggunakan KRL yang lebih murah.
"Mau tak mau ada kenyamanan yang harus berkurang," ucap Andi.
Jangan Tambah Utang Baru BACA HALAMAN BERIKUTNYA
Sentimen: negatif (96.9%)