Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Kasus: pengangguran
Tokoh Terkait
Walaupun Eropa Resesi, Rupiah Tetap Bisa Menguat Lagi!
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mencatatkan kinerja yang mengecewakan pada perdagangan Kamis (8/6/2023). Rupiah melemah 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.890/US$ di pasar spot. Rupiah sudah melemah dua hari berturut-turut.
Sejak awal Juni, Mata Uang Garuda sudah melemah 1%. Pelemahan ini beriringan dengan aktivitas impor China yang turun tiga bulan beruntun. Hal tersebut jadi perhatian karena negara asal panda tersebut merupakan tujuan ekspor terbesar RI. Artinya, prospek ekspor dalam negeri potensi bisa turun.
Meski mengalami pelemahan, Perry Warjiyo Gubernur Bank Indonesia menyatakan bahwa terdapat empat alasan potensi penguatan mata uang rupiah yaitu pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, inflasi yang masih terkendali, pembayaran cadangan devisa yang masih rendah, dan imbal hasil SBN dan aset keuangan yang masih menarik.
Poin-poin tersebut mendorong potensi aliran modal asing tidak hanya datang dari penanaman modal asing, tetapi dana asing juga berpotensi masuk melalui investasi dalam aset keuangan.
Berdasarkan hal tersebut, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 14.800-15.200/US$ untuk tahun ini. Tahun 2024, Rupiah masih berpotensi menguat di kisaran Rp 14.600-15.100/US$.
Disamping itu dari Amerika Serikat (AS), data baru yang dirilis pada hari Kamis lalu menunjukkan klaim pengangguran awal mencapai level tertinggi sejak Oktober 2021, artinya ada potensi pelemahan pasar tenaga kerja. Kenaikan juga meningkatkan harapan bahwa Fed akan menghentikan kampanye kenaikan suku bunga pada pertemuan minggu depan.
Namun, jeda yang kemungkinan bakal di ambil The Fed belum tentu mengakhiri kampanye kenaikan suku bunganya. Terlebih, keputusan Bank of Canada untuk melanjutkan menaikkan suku bunga setelah jeda awal pekan ini dapat "menambah warna pada keputusan Fed."
Berdasarkan CME FedWatch Tool, pasar menilai peluang sekitar 72% bahwa Fed mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan berikutnya. Hal ini tentunya membuka peluang penguatan rupiah. Selain itu resesi Eropa juga menjadi perhatian. Pergerakan bursa saham Eropa yang bervariasi pada perdagangan Kamis waktu setempat menjadi indikasi pelaku pasar tidak merespon negatif resesi tersebut. Artinya, rupiah tidak akan mendapat sentimen negatif dari resesi Eropa, dan peluang penguatan cukup besar.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah masih cenderung sideways bertepatan dengan garis rata-rata pergerakan atau moving average selama 100 hari (MA100). Posisi MA20 di Rp14/870/US$ menjadi support yang potensial diuji.
Sementara untuk resistance terdekat berada di Rp14.920/US$ yang diambil dari MA50-nya. Membandingkan dengan harga pada penutupan kemarin di Rp14.890/US$, saat ini posisi rupiah lebih dekat dengan support.
Apabila harga menyentuh support akan ada potensi penguatan rupiah, akan tetapi tetap perlu diantisipasi karena kecenderungan harga biasanya akan memantul artinya ada kemungkinan pembalikan arah rupiah kembali melemah ke resistance selama support terdekat belum bisa ditembus.
Foto: Refinitiv
Pergerakan rupiah melawan dolar AS
[-]
-
Terus Menguat, Rupiah Sukses Tembus ke Bawah Rp 15.000/USD
(tsn/tsn)
Sentimen: negatif (66.3%)