Ini Penyebab Rupiah Menguat Tajam, Lanjut Lagi Hari Ini?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali Juni 2023, rupiah berhasil ditutup menguat 0,67% melawan dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp14.885/US% di pasar spot. Hal ini menunjukkan hari terbaik rupiah pasca berhari-hari tak berdaya terhadap dolar AS. Dengan begitu, secara tahunan rupiah masih mencatatkan penguatan hingga 3,73%.
Penguatan rupiah disinyalir berkat perbaikan fundamental dari rupiah, sehingga prospek ke depan masih akan menunjukkan penguatan.
Menurut SPV Treasury & International Banking BCA, Branko Windoe mengatakan posisi nilai tukar rupiah tidak lepas dari kondisi aliran dana asing di pasar keuangan. Saat terjadi inflow di tengah optimisme pasar terhadap berakhirnya kenaikan suku bunga the Fed maka potensi penguatan rupiah berlanjut.
Selama sebulan terakhir inflow ke pasar modal RI masih tercatat positif mencapai Rp2,01 triliun dari pasar reguler dan negosiasi. Masuknya aliran dana asing ini senada dengan potensi kenaikan suku bunga the Fed akan berakhir pada FOMC pertengahan Juni mendatang, hal ini terlihat dari data probabilitas suku bunga ditahan sudah dominan mencapai 72,7% melansir dari pemeringkat FedWatch.
Gubernur Bank Sentral Indonesia, Perry Warjiyo juga menyatakan bahwa Bank Indonesia (BI) berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar dan akan bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk memastikan pasar obligasi juga stabil.
Pasar obligasi diyakini memiliki imbal hasil yang tinggi sehingga masih menarik minat asing untuk menyimpan dananya di Indonesia. Sebagai informasi, BI telah menerbitkan instrumen baru berupa term deposit valas dengan suku bunga yang atraktif mulai dari 5,10% sampai 5,50% dengan tenor penyimpanan dari 1 bulan hingga 6 bulan.
Branko Windoe juga sependapat dengan hal tersebut, Ia mengatakan "Real yield Indonesia termasuk yang positif, jadi kalau mau dibandingkan negara-negara tetangga kita yang paling tinggi. Mungkin beberapa ada yang positif tapi masih jauh di bawah kita, jadi investasi di Indonesia ini masih menarik" Ungkap nya lebih lanjut kepada CNBC Indonesia Senin (5/6/2023).
Prospek investasi di Indonesia yang masih menarik ini harapannya bisa meningkatkan inflow atau permintaan akan rupiah berlanjut. Dari sisi BI juga optimis instrumen baru yang diterbitkan bisa menyimpan devisa hasil ekspor (DHE) dalam beberapa bulan di dalam negeri, sehingga cadangan devisa masih akan kuat.
Lebih lanjut Brando mengungkapkan stabilitas rupiah masih akan berlanjut dalam rentang Rp14.600 - Rp15.000 terhadap dolar AS.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah sudah berhasil menguat menembus rata-rata pergerakan harga selama 20 hari dan 50 hari (Moving average/MA 20 dan MA 50). Posisi Rp14.900/US$ saat ini menjadi resistance terdekat yang paling potensial diuji.
Menilai dari indikator lainnya, menggunakan indikator Relative Strength Index (RSI) secara hourly sudah berada di wilayah jenuh jual atau oversold di posisi 34,14. Sebagai informasi, RSI merupakan leading indicator yang mengawali pergerakan harga, apabila mendekat wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Posisi rupiah saat ini sudah semakin mendekati MA 100 sebagai support terdekat di Rp14.870/US$. Penguatan rupiah masih potensi terjadi apabila rupiah mampu menembus support tersebut.
Namun perlu diantisipasi juga volatilitas di pasar masih bisa menekan pelemahan rupiah, karena berdasarkan RSI sudah oversold akan memicu potensi pembalikan arah menuju resistance terdekat yang potensi diuji dalam jangka pendek.
Foto: Refinitiv
Pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[-]
-
Market Focus: Blackout Period The Fed & Rupiah Kian Perkasa
(tsn/tsn)
Sentimen: positif (98.1%)