Sentimen
Netral (96%)
31 Mei 2023 : 16.29
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

BPIP: Orde Baru Pakai Sistem Pemilu Tertutup Aman-Aman Saja, Senang-Senang Saja

31 Mei 2023 : 23.29 Views 2

Liputan6.com Liputan6.com Jenis Media: Politik

BPIP: Orde Baru Pakai Sistem Pemilu Tertutup Aman-Aman Saja, Senang-Senang Saja

Usai pernyataan itu publik menjadi geger. Sebab, dengan diberlakukannya sistem pemilu tertutup diyakini terjadi kemunduran demokrasi pascareformasi 1998. Salah satunya dikatakan oleh Anies Baswedan yang kini tengah maju sebagai bakal calon presiden pada pemilu 2024.

"Kalau jadi tertutup kita kembali ke era pra demokrasi, calon legislatif ditentukan oleh partai dan rakyat tidak bisa ikut menentukan orangnya, sebuah kemunduran bagi demokrasi kita. Jadi sistem proporsional terbuka harus dipertahankan, jangan sampai dihapus karena itulah indikator bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat," kata Anies saat ditemui di Kawasan Brawijaya Jakarta Selatan, Selasa, 30 Mei 2023.

Pengamat politik Adi Prayitno menilai jika pada akhirnya MK memutuskan sistem pemilu menggunakan proporsional tertutup, maka terjadi kemunduran politik di Tanah Air.

"Sistem proporsional tertutup itu adalah sistem yang cukup jahiliyah ya. Terutama pada level penentuan siapa yang harus terpilih menjadi anggota dewan," ujar Adi.

Adi menjelaskan dengan menerapkan sistem tertutup atau coblos gambar partai, pilihan rakyat akan berbeda dengan suara partai. Karena yang jadi itu bukan mereka yang mendapatkan suara mayoritas, tapi mereka yang ditunjuk oleh partai.

"Jadi anggota dewan hanya karena didasarkan pada nomor urut jadi, terutama nomor urut 1 dan nomor urut 2. Bagi saya sistem proporsional jika praktiknya sama seperti di zaman Orde Baru, saya kira ini sistem politik yang cukup mundur, yang cukup jahiliyah, terbelakang," tuturnya.

Penerapan sistem proporsional tertutup, menurut Adi, lebih banyak mudaratnya ketimbang untungnya bagi rakyat.

Dari segi mudarat, kata Adi, pilihan politik rakyat akan berbeda dengan partai karena suara terbanyak belum menjadi anggota dewan. Kedua, rakyat tidak punya keleluasaan yang harus memilih siapa yang menjadi anggota dewan, tapi yang menentukan anggota dewan itu adalah partai.

"Yang ketiga ini seperti membeli kucing dalam karung. Bahwa yang terpilih itu bukan pilihan rakyat," katanya.

Meski demikian, Adi memandang, tetap ada nilai positif dalam sistem proporsional tertutup yakni, caleg-caleg adalah mereka yang sudah lama berproses di partai.

"Itu artinya caleg tidak ujug-ujug menjadi caleg, dia harus melalui proses rekrutmen, kaderisasi, dan sekolah politik yang cukup panjang. Saya kira pesan dalam sistem proporsional tertutup di situ," tuturnya.

 

 

 

 

 

 

Sentimen: netral (96.2%)