Sentimen
Positif (50%)
30 Mei 2023 : 10.22
Informasi Tambahan

Agama: Islam

BUMN: Garuda Indonesia

Event: SEA Games

Saya Jaga Depan Lift Semalaman Sebelum Final SEA Games 2023

30 Mei 2023 : 17.22 Views 3

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Sport

Saya Jaga Depan Lift Semalaman Sebelum Final SEA Games 2023
Jakarta, CNN Indonesia --

Manajer Timnas Indonesia U-22 Sumardji mengungkap berbagai cerita seru di balik prestasi emas SEA Games 2023.

Banyak hal-hal yang terjadi dalam proses mengakhiri puasa gelar 32 tahun. Sumardji mengingat detik menuju momen bersejarah untuk sepak bola Indonesia tersebut.

Sumardji yang bertanggung jawab dari A sampai Z keperluan skuad Garuda Muda, harus rela tidak tidur untuk mengawasi para pemain. Ia bahkan harus berpatroli agar pemain tetap disiplin.

-

-

Buah pengorbanan itu pun membuahkan hasil. Di bawah kendali pelatih Indra Sjafri, Indonesia sukses meraih medali tertinggi di cabor sepak bola putra pesta olahraga Asia Tenggara.

Berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia.com dengan manajer Timnas Indonesia, Sumardji:

Timnas Indonesia U-22 menang lawan Vietnam di semifinal. Seberapa besar pengaruh aspek mental dalam kemenangan itu?

Iya, biasanya kalau kita itu dari 2-0, terus 2-1, menit-menit akhir 2-2. Biasanya kita itu kalah, kita yang drop.

Tapi begitu kita bikin gol [skor 3-2] sudah pasti mental kita yang juara. Siapa yang mencetak gol dulu itu naik mentalnya.

Bagaimana kondisi pemain saat H-1 final SEA Games? Apakah ada kegelisahan di sana?

Sebenarnya, kita yang grogi, coach Indra stres, saya lebih stres ketika lawan Vietnam. Malam sebelum lawan Vietnam, saya sama coach Indra itu jalan di depan kamar, ke sana ke mari. Saya bilang [ke coach Indra] "Jangan stres coach! Hahaha".

Benar ini kejadiannya, tanya saja dia.

Kira-kira jam berapa itu kejadiannya?

Malam itu. Jadi abis makan malam, kita stres itu sebelum lawan Vietnam, asli itu. Enggak bohong saya.

Saya jujur paling takut lawan Vietnam. Karena apa? Vietnam itu provokasinya kita tahu kan, ketika bermain. Itu selama ini yang dipakai. Kemarin terbukti, satu-satunya kartu merah di menit ke-64, Arhan kena kartu merah.

Itu kalau anak-anak mentalnya tidak kuat terus kondisinya skor sama, terus ada perpanjangan waktu, bisa kalah kita. Jumlah pemain kalah tapi dengan mental yang gigih dari pemain, [Muhammad] Taufany bisa mencetak gol. Itu meringankan kita untuk ke final.

Saat melawan Thailand di final terlihat lebih ringan beban pemain para pemain Timnas U-22. Padahal kan ini partai final?

Kalau kita mempelajari skuad, kita pelajari semua. Pemain Vietnam itu dari 20 pemain, kita semua tahu kekuatan dan kelemahannya. Analis mempelajari semuanya.

Kalau lawan Thailand juga kita pelajari juga 20 pemainnya. Artinya memang ada sisi kelemahan dari Thailand, terutama bek nomor 4 [Jonathan Khemdee] dan 5 [Songchai Thongcham], itu dia lambat sekali.

Tapi Vietnam itu semua pemainnya cepat. Thailand nomor 4 sama 5 itu lambat. Itulah evaluasi dari coach Indra makanya dia di final sudah lebih percaya diri.

Saya saja yang deg-degan terus karena biasanya kita kalau final itu ada saja masalahnya.

Timnas Indonesia U-22 menyanyikan lagu Indonesia Raya di atas podium juara SEA Games 2023. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)

Seberapa gelisah para pemain dan pelatih ketika malam sebelum final?

Dari sisi pemain, pelatih mulai dari coach Indra, Bima, dan lain-lain itu sudah enjoy.

Berarti sudah terpikir dapat medali emas SEA Games 2023?

Oh enggak. Saya hanya berpikir kita sudah melaju sampai sini masa iya tidak mencurahkan semuanya.

Makanya penekanan itu saat final adalah mental. Mentalnya harus kuat. Kalau mentalnya kuat pasti juara. Itu dibuktikan sama anak-anak.

Fisik para pemain Timnas Indonesia U-22 juga tampaknya terlihat begitu prima?

Terlihat waktu pertandingan dari awal sampai akhir itu tidak ada yang drop. Satu rotasi. Kemudian saya bilang, bahwa pemain kita ini fisiknya itu bagus sekarang.

Kondisi setelah dipegang Shin Tae Yong ini fisik. Kalau bicara pintar, kita sudah pintar pemainnya, skill ya. Memang mental yang masih kurang.

Makanya kemarin dibantu tim psikolog, pak Ketum bantu. Tujuannya untuk meningkatkan mental.

Kapan sebenarnya tim psikolog mulai bekerja bersama tim?

Baru [SEA Games] ini. Sebelumnya ada tapi tidak melekat. Tes IQ ada sebelumnya, tapi tidak melekat seperti sekarang.

Kita komunikasi betul. Psikolog itu dua orang.

Dengan latar belakang polisi, apa batasan Anda dalam hal menggembleng pemain Timnas U-22?

Memang semua ada batasannya. Berbeda menerapkan ke anak buah dengan pemain timnas. Saya memang keras ke anak-anak timnas itu tapi ada batasnya.

Contohnya, berperilaku sesuai aturan disiplin. Kemudian meningkatkan mental. Mental petarung, pejuang, itu tidak bisa ujug-ujug tapi melalui proses.

Kita harus ada kumpul-kumpul, berikan penekanan tema hari ini apa, besok apa. Jadi ibaratnya kita harus mematri hati orang, hati pemain harus begini lho dan itu step by step.

Kalau di polisi kan beda, kalau salah kita bisa enggak karu-karuan. Kalau kita tidak bisa membedakan antara arahan ke polisi dan pemain bisa ambyar itu pemain.

Bagaimana cara Anda meredam emosi ketika dipukul kubu lawan di final?

Jadi setelah skor 3-2, rupanya si Tegar mau selebrasi tapi langsung ditarik dan dipukuli. Saya mau sujud syukur di pinggir lapangan, tapi malah melihat anak buah saya dipukuli.

Saya mendekat itu mau memisahkan, begitu saya dekat itu langsung saya dipukul. Setelah itu ditarik dan terpelanting. Yang narik itu orang Thailand juga.

Anda enggak mau balas pukul saat itu?

Begini, kita harus tahu sepak bola. Hati harus tetap satu sebelum duduk di bench. Kalau ada keributan apapun, sebagai manajer saya harus tetap tenang dan bisa menyelesaikan. Itu tanggung jawab saya.

Kalau saya emosional, tidak selesai masalah itu. Memang dari dulu, ribut di bench itu biasa, tapi paling hanya cekcok mulut, dorong-dorongan itu biasa. Tapi yang ini luar biasa.

Banyak juga yang bilang ke saya, 'Kenapa sampeyan enggak balas?' Saya bilang kenapa harus balas. Lagipula bagaimana membalasnya karena mungkin mereka marah karena ada sebabnya. Sebabnya mungkin karena kalah. Kita harus meredam diri kita sendiri.

Saya setelah pertandingan itu justru yang nyari mereka, saya cari mereka untuk salaman.

Sumardji terkena serangan ofisial Thailand pada laga final SEA Games 2023. (Photo by MOHD RASFAN/AFP via Getty Images)

Apakah kubu Thailand dan Indonesia memang sengaja dipisah setelah pertandingan?

Sama polisi memang dipisah. Waktu salaman sebentar bisa, setelah itu dipisah. Sebelum penyerahan medali sudah dipisah.

Saya cuma sempat bertemu sebentar. Sama coach Indra dan lain-lain untuk salaman. Tapi pas dicari-cari itu enggak ada mereka.

Bagaimana cerita awal soal sujud syukur setelah tercipta gol?

Karena bangsa ini mayoritas muslim, jadi rasa syukur kalau di muslim itu sujud syukur. Itu bentuk rasa syukur kepada yang maha kuasa.

Karena saya berpikir, sepak bola ini kan susah juga untuk menang. Saya yakin kalau tidak ada uluran tangan Yang Maha Kuasa akan lebih susah.

Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>

Tidak Tidur Jelang Final SEA Games 2023 BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Sentimen: positif (50%)