Heboh Utang AS Dulu Bikin RI Ambruk, Kini Ceritanya Beda Bos!
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan menyebut, persoalan Amerika Serikat (AS) yang menimbulkan potensi gagal bayar, sampai saat ini tidak mengganggu pasar keuangan Indonesia. Dana asing justru deras masuk ke tanah air.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu menjelaskan, persoalan debt ceiling di AS juga pernah terjadi pada 2011. Saat itu perdebatan di parlemen cukup alot, dan menimbulkan kondisi politik yang tidak terlalu kondusif.
Sehingga saat menimbulkan ketidakpastian yang membuat pasar global harus mengalibrasi lagi risiko-risiko yang mereka hadapi. Saat itu, cadangan devisa alias dolar di tersimpan di banyak negara berkembang termasuk Indonesia justru kembali ke AS. Padahal saat itu rating utang AS sudah turun dari AAA menjadi AA+. Terjadi capital outflow besar-besaran dari Indonesia.
Nah, yang terjadi tahun ini, menurut Febrio realitanya sungguh berbeda dibandingkan dengan kondisi potensi gagal bayar AS seperti 2011 silam. Dana asing justru mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia.
"Tahun ini, kita khususnya Indonesia sangat berbeda. Saat ini menikmati current account surplus dari tahun lalu. Tahun ini pun di kuartal I-2023 kita current account surplus sekitar 0,9% dari PDB (Produk Domestik Bruto)," jelas Febrio kepada CNBC Indonesia, Jumat (26/5/2023).
Pun Febrio meyakini bahwa dana asing masih akan terus masuk ke pasar keuangan tanah air. Tercermin dari mayoritas surat utang negara berkembang, dimana rata-rata suku bunganya meningkat, namun Indonesia malah terbalik.
"Capital inflow masih berlanjut trennya, walaupun ketidakpastian di global masih sangat tinggi. Indonesia saat ini tingkat suku bunga menurun. Selisih SBN 10 tahun rupiah dengan 10 tahun US Treasury selalu di bawah 300 basis poin," ujarnya.
Artinya kata Febrio underlying atau aset yang menjadi dasar untuk pasar keuangan domestik kuat. Fundamental ekonomi Indonesia juga terjaga dengan baik, di mana pertumbuhan ekonomi selama 6 kuartal berturut-turut sudah di atas 5% dan inflasi hingga April 2023 yang turun menjadi 4,33% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 4,97%.
"Kalau tetap disiplin dan melihat konsisten dari underlying pertumbuhan ekonomi membaik, inflasi membaik, yang kita lihat justru capital inflow," kata Febrio lagi.
Untuk diketahui, surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) meningkat tajam pada kuartal I-2023 setelah investor asing membanjiri pasar keuangan Indonesia. Bank Indonesia (BI) mencatat surplus NPI pada kuartal I-2023 menembus US$ 6,52 miliar. Surplus ini jauh lebih besar dibandingkan pada kuartal IV-2022 yakni US$ 4,73 miliar.
Surplus juga berbanding terbalik dengan defisit sebesar US$ 1,82 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Melonjaknya surplus pada NPI tak bisa dilepaskan dari banjirnya investor asing yang masuk ke pasar keuangan, seperti tercermin dalam transaksi finansial.
"Kondisi ketidakpastian pasar keuangan yang mulai mereda mendorong peningkatan arus modal asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik sehingga menyebabkan surplus pada investasi portofolio," tulis Bank Indonesia.
Investasi portofolio juga mencatat surplus sebesar US$ 3,02 miliar pada Januari-Maret 2023. Surplus disebabkan oleh besarnya investor asing yang memborong Surat Utang Negara (SUN).
Aliran dana asing pada SUN berdenominasi rupiah tercatat US$ 3,6 miliar pada kuartal I-2023. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan pada kuartal IV-2022 yang tercatat US$ 1, 6 miliar.
Dengan pembelian tersebut maka kepemilikan asing pada SUN meningkat menjadi 17,6% per akhir Maret 2023, dibandingkan 17% pada akhir Desember 2022.
[-]
-
Basah Basah Basah! RI Diserbu Dana Asing US$ 6 Miliar(cap/cap)
Sentimen: negatif (99.2%)